[caption caption="Menaklukkan Sungai Amandit/dethazyo"][/caption]Mendengar nama Bamboo rafting untuk kedua kalinya membuat rasa trauma dalam diri pribadi melanda. Dahulu Bamboo rafting pernah dilakukan pada salah satu sungai di Garut, Jawa Barat. Aktivitas memilih bambu, merakit, hingga menaikinya sendiri bersama 3 orang teman. Selama perjalanan mengarungi derasnya aliran sungai, ketika bertabrakan dengan batu, salah satu bambu lepas dan mengenai pelipis kiri.
Pada saat itu nyali sedikit ciut ketika mendengar bamboo rafting. Namun kali ini berbeda, saat ini kita dalam mengikuti rangkaian kegiatan dari dari Datsun Risers Expedition. Berada di Kalimantan Selatan, tepatnya di desa Loksado, dengan sungai bernama Amindit, Kecamatan Loksado, Kalimantan Selatan, sungguh kombinasi yang pas. Semangat dengan sendiri kembali meninggi, berbeda tempat berbeda pula sensasi yang akan dimunculkan. Begitulah prinsip sederhana yang kami pegang.
Mendapatkan info Risers 3 (saya, Harry, Fawzy) akan dipandu dengan instruktur yang telah mengenal sungai detail sungai ini sedari dulu hatipun dibuat lega. Di samping kita belum beranjak ke level pro dalam olahraga extreme ini, tingkat risiko bisa sedikit diminimalisir.
Segala peralatan untuk basah-basahan telah disiapkan, tinggal membawa diri untuk segera menyatu dengan derasnya arus air dan kerasnya hempasan batu mengenai rakit kita. Begitu semangatnya hingga teriakkan kecil berubah menjadi besar. Semakin keras sampai-sampai gendang telingga menerimanya lebih dari kadar makmimal.
[caption caption="great Journey/dethazyo"]
Melirik ke kiri dan ke ke kanan memperlihatkan kita akan mahakarya sang maha kuasa berbentuk indahnya alam Kalimantan. Betapa beruntungnya bisa melangkahkan kaki ketempat ini. Mungkin yang ada di benak kita terdahulu Kalimantan hanya sebagai gudangnya perusahaan asing mengais rejeki dengan mengubah hutan rimba menjadi ladang sawit serta mengganti fungsi hutan dengan mendirikan ragam pabrik penghasil limbah bagi si pribumi.
[caption caption="get ready/dethazyo"]
Tepat di tengah perjalanan, hujan pun menguyur deras, tingkat dinginnya air menyatu padu dengan bulir-bulir rintik hujan. Membuat tubuh dilanda kedinginan, untuk mencegah agar tak terkena hipotermia. Aktivitas mendayung ditingkatkan menjadi dua kali dari sebelumnya. Hal itu membuat tubuh kita tetap terjaga dari dinginnya udara yang menusuk.
Sampai akhirnya tak terasa 2 jam perjalanan menelusuri sungai Amandit, pengalaman ini nantinya siap dibagikan kepada keluarga, teman-teman, hingga lainnya secara luas. Guna membawa pesan sederhana. “Pariwisata lebih menguntungkan dibanding membangun pabrik". Masyarakat lokal merasakan manfaat, masyarakat luar mendapatkan pengalaman, begitu kiranya sinergi yang nanti akan dimunculkan.
Go Risers..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H