Mohon tunggu...
Detha Arya Tifada
Detha Arya Tifada Mohon Tunggu... Editor - Content Writer

Journalist | Email: dethazyo@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Sumbawa di TMII

18 Maret 2015   05:57 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:30 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_356048" align="aligncenter" width="560" caption="Miniatur Istana Dalam Loka/dethazyo"][/caption]

Daya Tarik Miniatur Indonesia atau dikenal dengan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) selalu membawa sebuah pengalaman baru yang dapat dibagikan ketika mengunjunginya kembali. Pengenalan akan taman wisata budaya Indonesia sudah sedari dulu ada saat berumur dibawah 5 tahun. Namun perkenalan tersebut tak cukup, esensi TMII sebagai taman budaya belum dapat dicerna otak secara penuh, sampai ketika melangkahkan kembali kaki memasuki taman budaya yang berada di Jakarta Timur.

Beruntungnya memiliki tambatan hati aka pacar yang setiap minggunya pasti menyisihkan waktu untuk latihan menari disalah satu anjungan Rumah adat daerah dalam kawasan TMII, membuat akses keluar masuk tak perlu lagi membayar tiket masuk. Cukup memperlihatkan kartu member, maka dengan kartu sakti tersebut menjadi alasan yang cukup untuk mengubek keseluruhan taman yang diresmikan pada tahun 1975.

Tetapi tetap saja, setiap kali masuk ritual yang sama selalu berulang-ulang kali dilakukan. Tak lain mengunjungi kampung halaman sendiri yaitu anjungan yang menjadi kebanggaan bagi masyarakat Nusa Tenggara Barat (NTB), tepatnya Sumbawa Besar. Sebagai anak rantau, kangen kampung halaman adalah hal yang wajar, kebanggaan akan budaya serta tradisi yang kuat membuat diri pribadi sebagai putra daerah memiliki tanggung jawab moral untuk sejenak menjadi tamu ataupun sekedar mendalami seni, budaya serta adat istiadat yang tersaji lewat miniature istana Kerajaan Sumbawa, Dalam Loka Palace.

Kebanggaan menjadi orang Indonesia rasanya telah tertuang dalam taman dengan luas areal seluas 150 hektare. Seakan Sumbawa menjadi bagian yang tak terpisahkan dari Indonesia dengan nuansa kental berbagai kekayaan budaya serta keindahan sebuah daerah. Tentunya hal inilah yang mampu membangkitkan nuansa nasionalisme dalam diri berhiaskan kebanggaan tiada tara, serta sebagai obat penawar rasa rindu bagi siapa saja yang pernah menginjakkan kaki, terlebih lagi sebagai manusia yang lahir dan berkembang disuatu daerah.

Meneropong Sumbawa dari TMII

[caption id="attachment_356049" align="aligncenter" width="482" caption="Touchdown home/dethazyo"]

14266328062047004362
14266328062047004362
[/caption]

Sebenarnya banyak sekali anjungan yang patut dibahas secara rinci, tak pula bernada primordialisme (kebanggaan akan daerah yang berlebihan) membahas anjungan NTB lebih kepada agar semakin banyak masyarakat yang mengenal daerah yang di apit oleh 2 pulau, Bali dan Nusa Tenggara Timur (NTT).

Kecintaan akan daerah sendiri bisa dibuktikan dengan intensitas kehadiran mengisi daftar tamu dalam miniature istana Sultan Sumbawa, bukan masalah ketika terdengar subjektif terlebih kita bisa mendapatkan gambaran akan budaya, kekayaan alam, serta adat istiadat hingga pakaian khas secara mendalam apa yang tersaji ditempat asal dan gambaran yang terpatri dalam bangunan hasil copy-Paste istana Dalam Loka.

[caption id="attachment_356050" align="aligncenter" width="606" caption="adat nyorong/dethazyo"]

1426632868441896735
1426632868441896735
[/caption]

Kelengkapan informasi memang mudah diperoleh, petugas yang menjaga anjungan tak segan-segan memberi sedikit tour untuk menjelaskan satu demi satu apa saja yang dijajahkan didalam anjungan tersebut. Mulai dari Gunung Tambora dan Rinjani yang menjadi andalan pariwisata NTB, hingga adat pernikahan yang dikenal dengan adat “nyorong”(mempersunting mempelai wanita)  turut serta menambah pengetahuan akan khazanah kekayaan budaya ditanah leluhur.

[caption id="attachment_356051" align="aligncenter" width="610" caption="adat sumbawa/dethazyo"]

14266329241478832609
14266329241478832609
[/caption]

Sedari tadi rasanya jiwa dihipnotis untuk memberi gambaran akan keindahan serta kebanggaan semata, tak adil rasanya jika tak memunculkan segi kekurangan yang ada secara mata memandang. Salah satunya terlihat dari minimnya penyelenggara entah pihak swasta maupun pemerintah dalam meletakkan agenda acara seperti pagelaran tari ataupun kesenian lainnya secara rutin. Bahkan hari libur saja, hampir tak ada aktivitas yang tercium dari anjungan NTB selain petugas yang berjumlah 2 orang sebagai resepsionis. Tentunya pemandangan yang tak sama bisa terlihat dari anjungan lainnya yang rutin mengadakan kegiatan ataupun sebagai wadah tempat berkumpul sesama anak rantau yang memiliki keterkaitan ikatan darah dengan daerah asal.

Perasaan sedih tentunya ada, ditambah tidaknya ada informasi lengkap ketika seseorang entah pengunjung lokal maupun mancanegara ingin berwisata ke NTB. Padahal gairah pariwisata NTB baik pulau Lombok maupun Sumbawa sedang hangat-hangatnya menjadi pembicaraan baik dikalangan teman sepermainan maupun forum Traveller.

Kebingungan jelas dirasa, masukkan diatas tak hanya sebagai sebuah kritikkan semata, tentunya disisipi harapan agar fungsi TMII sebagai Miniatur Indonesia benar-benar terasa, wajah NTB benar-benar bisa direpresentasikan lewat TMII, jika tak benar-benar diseriusi maka anjungan tersebut hanya sebuah hiasan pariwisata tanpa suatu esensi untuk mengundang pelancong berburu tiket segera menuju NTB.

Melalui momentum 40 tahun TMII yang jatuh pada tanggal 20 April 2015 ini, doa serta harapan agar TMII yang notabene terletak di Ibu Kota bisa menjadi representasi awal pelancong untuk menjadi sentra informasi perekat budaya, lengkap segala jenis budaya serta Pariwisata yang ada di Indonesia.

@dethazyo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun