Mohon tunggu...
Detha Arya Tifada
Detha Arya Tifada Mohon Tunggu... Editor - Content Writer

Journalist | Email: dethazyo@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Masih Pentingkah Resolusi?

28 Desember 2012   17:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:53 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_217115" align="aligncenter" width="645" caption="ilustrasi (dok. pribadi)"][/caption] Sudah menjadi tradisi setiap pergantian tahun seseorang membuat sebuah atau beberapa resolusi untuk tahun depan lebih baik. Entah resolusinya telah come true atau hanya menjadi sampah sehingga diri pribadi yang dapat menjawabnya. Ada yang membangga-banggakan resolusinya, adapula yang menyimpannya rapat hingga hanya ia pribadi yang tahu. Salah jika kita terlalu mendamba-dambakan resolusi yang kita buat, baik berupa draft vision board yang digantung dilemari, jendela atau sebagainya. Jika hanya menjadi pajangan memperindah kamar, hanya satu kata“nikmati.” Ada sedikit jargon dari salah satu iklan provokatif brand ternama  yang dapat membuat mata anda terbuka “Don’t tell people your dream, show them.” Tidak perlu berlama-lama duduk manis, lakukan yang bisa dikerjakan. Diakui atau tidak semua resolusi ataupun impian telah bebas berkeliaran diotak tanpa harus dituangkan dalam vision board. Bukan berarti menyalakan bahkan menghakimi para penggunavision board yang entah dari zaman apa telah diadaptasinya. Hanya cara tersebut terlihat kurang karena masih dalam kerangka mainstream. Sedikit berusaha keluar dari kerangka yang ada, lazimnya dikatakan out of the box. Cara tersebut akan sedikit membantu anda menyusun satu demi satu yang anda impikan. It’s all about taste. Saya pribadi menggunakan sebuah stiker sederhana dengan bacaan berbahasa Jepang  “Orenoyume,” yang artinya dalam bahasa Indonesia  oreno = mimpi, sedangkan yume = aku, gw. Mimpi gue atau gue punya mimpi bebasnya diartikan seperti itu. Stiker tersebut ditempel dimana tempat yang strategis dimana saya untuk merealisasikan mimpi itu. Semisal notebook saya, lemari saya, koper saya dan banyak lainnya. Fungsinya agar suatu saat ketika melangkah kita selalu ingat akan hal yang ingin kita realisasikan menjadi nyata. Pablo Picasso pernah mengatakan “Good Artists copy, great artists steal.” Memaknai pandangan yang senada dengan saya. Saya menceritakan sedikit sejarahnya. Ide ini berawal dari seorang teman, dan dipadukan dengan konsep ala saya. Vision board untuk saya terlalu rumit dan terlalu bingung memilih mana yang harus didahulukan. Kita tahu bahwa manusia setiap harinya memiliki keinginan yang berbeda-beda berlawanan dengan hukum pasti, jadi saya merealisasikan apa yang saya ingin kan bukan apa yang tercatat. Jadi apa ide yang anda tawarkan untuk menjadi perpanjang tangan anda untuk merealisasikan mimpi? Dare to Dream Resolusi senada dengan kebutuhan manusia, Beragam. Orang-orang dipersimpangan jalan dengan orang-orang yang berleha-laha duduk disuatu cafe secara kadar keinginan tentu berbeda. Ada yang menginginkan tahun depan mendapatkan rejeki yang banyak, serta ada yang ngebet ingin nikah. Mosi tidak percaya akan sebuah resolusi menjadi nyata adalah masalah besar. Faktortrust ini membuat resolusi hanya terangkum baik dalam pikiran namun tidak ada suatu tindakan untuk merealisasikan mimpi-mimpinya. Bisa saja kasus diatas butuh seorang motivator. Yang jelas saya tidak merekomendasikan untuk mencari motivator yang menjual harapan semata yang nampak dilayar televisi. Lebih dari itu sebuah motivasi untuk dapat bangkit dan berbuat. Jika bermimpi setinggi langit dianggap rendah, marilah bermimpi tanpa batas. Tidak akan ada orang yang menganggap rendah akan hal tersebut. Anda bebas memilih yang terbaik untuk anda, anda bebas pula menge-judge permainan indonesia yang piala AFC yang begitu buruk karena realitanya memang bermain buruk. Tidak usah takut mendapat cemohan “ kamu kan nonton doang, coba main sana?” anda mudah saja menjawab “gue penikmat, bukan pemain.” Kita makan direstoran aja bebas mengatakan soal rasa enak maupun tidak enak sekalipun kita tidak bisa membuatnya. Resolusi itu penting, dimana anda sedang berada dalam keadaan “galau” akut untuk segera mungkin “move on.” Move on sendiri posisi dimana kita berada dalam situasi yang sulit lalu beranjak kearah yang lebih baik. Resolusi tanpa tindakan tidak akan ada apa-apanya, sama halnya tindakan tanpa mainset sema dengan bullshit. Berani bermimpi dengan mencapainya ala pribadi masing-masing. Akan banyak cara yang membuat mimpi tersebut tercapai. Hindari cara-cara yang sudah terbiasa kita lihat. Karena setiap orang memiliki cerita sukses sendiri untuk dibagikan kemudian hari. Bagaikan menanam pohon, menjaga, dan ketika berbuah tinggal memetik hasilnya. Yang Jelas tergantung perawatan. @dethazyo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun