“Persoalan sampah bukanlah persoalan lingkungan hidup yang berdiri sendiri, persoalan sampah yang terkait dengan bagunan ekonomi politik yang diciptakan oleh sebuah sistem yang sangat besar dan sistem tersebut memberikan pengaruh dalam melakukan rekayasa gaya hidup perkotaan yang konsumtif. Selain itu pula, saat ini sistem pengelolahan tidak bersinergi dengan aktifitas dan inisiatif lokal yang berkembang di komunitas”
Paparan tersebut disampaikan oleh Mardian, S.H, Maneger Advokasi Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Jakarta, pada pelatihan Aksi Konservasi air dan pengelolahan sampah di RW 08, kelurahan Jatinegara Kaum, Jakarta Timur. Setelah seminggu yang lalu WALHI dan Green Student Movement (GSM) memulai pelatihan ini di Penjaringan, Jakarta Utara. Kali ini (5/2/2012) mereka kembali mengadakan pelatihan aksi konservasi air dan pengelolahan sampah di kelurahan Jatinegara Kaum. Pelatihan dihadiri tidak hanya oleh ibu-ibu tetapi juga didampingi oleh para suami (bapak-bapak). Hal ini menunjukkan antusias yang tinggi akan adanya pelatihan ini. “Apa yang dilakukan oleh masyarakat RW 08 adalah sebuah gerakan revolusi melalui aksi nyata. Dengan program ini, diharapkan dapat menumbuhkan keperdulian masyarakat akan pentingnya kebersihan lingkungan dan bersama-sama melakukan dan memanfaatkan sampah disekitar mereka” ucapnya. Masalah sampah rumah tangga membuat warga RW 08 bingung mau dibuat apa. Warga memiliki antusias yang tinggi untuk mencoba mengelolah sampah yang dihasilkan sehari-hari. Namun kendala pengetahuan tentang penggunaan mesin cacah serta daur ulang mengandaskan upaya baik mereka. Bapak Mustakim, bendahara RW 08 kel. Jatinegara kaum, mengungkapkan niatnya. “Kami Warga RW 08 belum punya pengalaman mengelolah sampah, tapi warga kami ingin sekali mengelolah sampah sehingga bisa mengurangi volume sampah yang ada di warga kami.” Berkaca dengan realita yang ada, WALHI dan GSM secara optimal memberikan masukan dan tata cara bagaimana mengelolah sampah yang baik termasuk 3R (reduce, recycle, reuse). Tidak hanya itu, beberapa tong komposter untuk membuat kompos, diberikan secara cuma-cuma agar kegiatan pengelolah sampah khususnya sampah rumah tangga bisa terjawab. Warga RW 08 sangat bersyukur hingga mengajak WALHI dan GSM agar memantau lebih lanjut upaya pengelolah sampah yang nantinya mereka lakukan agar bisa optimal. “ kami warga RW 08 sangat bersyukur atas pelatihan yang diberikan. Harapan kami semoga WALHI dan GSM tidak bosan-bosan membimbing warga kami” ungkap bapak Mustakim dengan semangat. Bapak-Bapak VS Ibu-ibu Bukanlah hal lumrah jika perempuan memiliki antusias yang lebih ketimbang laki-laki dalam melakukan upaya-upaya penyelamatan lingkungan. Mereka yang menyediakan bahan makanan, memasak, mencuci hingga membuang bekas sampah dari aktifitas tersebut. Jadi sudah bisa dipastikan perempuan memiliki peran yang sangat besar. Namun tidak berarti kaum laki-lakinya tidak antusias. Di Penjaringan mungkin hanya ibu-ibu yang antusias mengikuti pelatihan aksi konservasi air dan pengelolahan sampah. Pemandangan berbeda ketika ada di RW 08 Jatinegara Kaum. Banyak diantara peserta pelatihan justru bapak-bapak. Mereka secara aktif mengikuti dari awal hingga akhir acara. Bapak suratmin, Ketua RW 08 kel. Jatinegara kaum berkomentar, lingkungan kan bukan hanya tanggung jawab ibu-ibu. Kami juga memiliki tanggung jawab. Ini kan lingkungan kami, sudah pasti menjadi tanggung jawab bersama. “kalau bisa bapak-bapak diberi pelatihan yang intensif akan cara-cara mengelolah sampah. Bila perlu buka panduannya dalam mengelolah sampah dibagikan satu-satu ke bapak-bapak RW 08. Saya akan bentuk tim pengelolah sampah dengan menunjuk salah satu warga menjadi operator mesin pencacah dan jajaran penguruh RW menjadi pemantau pelaksanaan pengelolahan sampah” kata Bapak Suratmin disela-sela acara. Semangat para bapak-bapak patut diapresiasikan. “hal ini membuktikan bahwa untuk berbuat sesuatu untuk bumi siapa saja bisa melakukan asalkan ada niat. mau dia itu perempuan ataupun laki-laki tidak ada masalah. Karena dengan bersama-sama maka perubahan yang kita idam-idam kan bukan hanya menjadi penghias tidur. Yeah, together we can make a better future” tutur Mega Pratiwi, Green Student Movement.