[caption id="attachment_91339" align="alignright" width="300" caption="dok pribadi"][/caption] Ratusan siswa kelas XII SMAN 1 Sumbawa beserta orang tuanya berdatangan silih berganti ke gedung Wanita Sumbawa. Tampak terlihat jelas raut muka yang menggambarkan Suasana sedih, senang, gembira bahkan terharu. Tampak seisi ruangan dipenuhi dengan kursi-kursi. Bahkan satu panggung utama disediakan. Hari itu (23/4/2010) adalah suatu moment dimana terakhir kalinya kita bertemu dengan papan tulis dengan kapur kusam, bertemu dengan guru-guru yang baik, PR-PR yang menggunung, serta merelakan baju yang menjadi almater sekolah dilepaskan. Mudah ditebak hari itu dilaksanakan acara perpisahan kelas XII SMAN 1 Sumbawa Besar (Tahun Ajaran 2009-2010). Sebagai salah satu siswa yang akan diwisudakan (bahasa kerennya), hal ini menjadi salah satu moment berharga yang akan menjawab tantangan dari beberapa mimpi besar saya pribadi untuk dapat mengapainya. Planning-planing tentang dimana kita menginjakkan kaki selanjutnya sudah berada didepan mata. Tetapi tetap saja perpisahan ini membuat saya menjadi terharu. Terharu karena akan berpisah dari teman, terharu juga kerena berpisah dari guru-guru yang dengan semangatnya telah membimbing saya selama tiga tahun lamanya. Tiga terasa acara pun dimulai. Teman-teman yang lain telah mengambil posisi tempat duduk masing-masing. Acara pun dibuka dengan sambutan dari kepala sekolah, parahnya sambutan beliau hanya panjang belaka tanpa ada sesuatu yang intresting buat didengarkan. Jangan siswa, guru-guru bahkan orang tua murid malah asik-asik sendiri dengan aktivitas ngerumpinya masing-masing. Tibalah saatnya salah satu perwakilan dari seluruh kelas tiga memberikan review dari kami semua selama tiga tahun mengenyam bangku sekolahan di SMA 1 Tercinta kepada semua orang yang memenuhi gedung ini. Mulai dari pengalaman yang baik hingga pengalaman yang buruk diulas dalam waktu 30 menit. Penyampaian yang enerjik serta penuh dengan emosi tersaji dalam review singkat itu. Sontak hal tersebut membuat para siswa kelas XII menjadi terharu karena menyelami kata demi kata tersebut. Disebutnya nama saya sebagai salah satu nama siswa-siswa yang berprestasi membuat hati saya bangga telah bersekolah disalah satu SMA berlabel favorit di Sumbawa. Sebenarnya ada sesuatu yang mengganjal di hati pada saat itu, kenapa harus ada pengunguman siswa berprestasi. Saya justru menjadi kasian kepada siswa-siswa lainnya yang namanya tidak disebut. Setelah dipikir-pikir, bukan menjadi masalah yang besar pula. Secara ini juga hari perpisahan. Setelah mendapat plakat penghargaan. Saya langsung meninggalkan tempat karena ada sesuatu hal yang tidak dapat dijelaskan. Saya Cuma berpesan pada teman-teman “ tidak usah terlalu bahagia dulu karena pengunguman ujian nasional belum keluar”(hohohoho). penyesalan pun datang dengan sendirinya. saya cuma bisa berkata " kenapa tidak mengikuti acara perpisahan sampai selesai." Mungkin orang-orang berkata benar. penyesalan selalu datang terlambat. sekarang saya cukup senang karena mau tidak mau moment inilah yang menjadi langkah awal kita ke kehidupan yang baru.
"Ada kebahagian adapula kesedihan, ada pertemuan adapula perpisahan. Hanya satu kalimat yang bisa terucap " selamat berjuang menggapai masa depan teman-teman."
* True Story From My Notebook Sumbawa, 23 April 2010
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI