Mohon tunggu...
Maria Jean
Maria Jean Mohon Tunggu... -

Indonesian-born, Australian Observer who's open minded and non-judgemental.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Internet Troll - (Provokator di Dunia Internet)

31 Mei 2013   11:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:45 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belakangan ini saya sering membaca komentar2 kasar, agak un-educated, berbau rada rasis dan sara di komen2 Kompas articles, apalagi kalau menyangkut Pak Gub dan Wagub. Terus terang saja, beberapa memang bikin kuping panas. Beberapa minggu lalu, saya membaca fenomena Internet Troll di Sydney Morning Herald (saya tinggal di Aussie) yg menjelaskan tentang ramainya komen2 dari beberapa orang yang mengkhususkan dirinya untuk selalu meninggalkan komentar yg melawan arus, kasar, dan makin merusak makin bagus. Saya kepingin berbagi disini supaya yang belum tau mungkin jadi tau bahwa dalam dunia internet wajar beredar komen2 kaya gini...dan memang solusi terbaik untuk menhilangkannya adalah dgn total ignorance...makin dicuekin makin akan hilang sendiri. Karena tujuan dari trolling ini adalah untuk mencari perhatian, termasuk cacimaki dari pihak2 yg tersinggung...intinya makin orang tersinggung, berarti misi makin sukses.

Mengambil definisi dari Wikipedia yang bisa anda google sendiri:

In Internet slang, a troll (/ˈtroʊl/, /ˈtrɒl/) is someone who posts inflammatory,[1]extraneous, or off-topic messages in an online community, such as a forum, chat room, or blog, with the primary intent of provoking readers into an emotional response[2] or of otherwise disrupting normal on-topic discussion.[3] The noun troll may also refer to the provocative message itself, as in: "That was an excellent troll you posted."

While the word troll and its associated verb trolling are associated with Internet discourse, media attention in recent years has made such labels subjective, with trolling describing intentionally provocative actions and harassment outside of an online context. For example, mass media has used troll to describe "a person who defaces Internet tribute sites with the aim of causing grief to families - SOURCE: WIKIPEDIA

Terjemahannya kira2 memberikan komentar inflammatory (apa yach bhs Indonya?) untuk memprovokasi pembaca menjadi emosional...juga utk menganggu komunitas online tersebut secara intentional dalam rupa harassments (pengejekan atau penyinggungan) secara tulisan...yg kadang tujuannya itu memang utk menyebabkan grief (kebetean, kesedihan, terluka/sakit hati etc) bagi org lain.

Di Australia sendiri sekarang websites sudah dimonitor oleh yg berwajib, and biasanya troll2 ini mendapatkan warning when they create something flaming and stirring.

Bottom line is, kalo liat komen2 yg kaya gini, cuekin ajah, jgn direply apalagi meng-harass balik...ntar kalo dicuekin juga cape sendiri khan :) Ngga perlulah komentar2 tak cerdas itu diperhatikan.

Ngga perlu sebut namanya khan, kita semua kira2 sudah tau siapa mereka :)

PS: Mohon maaf karena mempergunakan 2 bahasa disini...sama sekali tdk bermaksud sombong atau sok Inggris, tp bhs Indonesia formal saya memang kurang begitu baik dan ada bbrp kata2 dalam bahasa inggris yg sulit saya terjemahkan dalam bhs Indonesia. Mohon maklum.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun