Mohon tunggu...
Desy Wulandari
Desy Wulandari Mohon Tunggu... Guru - MM FEB UNS

Penggerak pembelajar sepanjang hidup

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Revitalisasi Sekolah Boarding Menghadapi Pandemi Covid-19

4 November 2020   20:00 Diperbarui: 4 November 2020   20:15 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Kedua, permasalahan dari orang tua. Kegiatan pembelajaran online dilaksanakan di rumah masing-masing. Artinya orang tua menjadi pendamping langsung belajar anak. Banyak orang tua yang mendadak gagap akan perubahan tersebut. Yang biasanya beban tersebut dipikul sebagaian besar di sekolah oleh guru-guru, namun sekarang berubah sebaliknya. 

Terlebih orang tua yang juga masih harus sibuk bekerja dengan terpaksa harus meluangkan waktu juga mengatur strategi untuk dapat tetap mendampingi anak-anak mereka saat pembelajaran daring.

Ketiga, permasalahan dari guru. Guru beragam dari sisi kemampuan dalam melaksanakan kegiatan secara daring (online). Bagi guru yang tidak terbiasa dengan teknologi pasti akan menemui kesulitan. 

Belum lagi beban materi kurikulum yang tetap harus disampaikan dan harus disesuaikan dengan metode agar tetap bisa diterima oleh peserta didik dengan mudah. 

Meskipun dari Kementrian Pendidikan  kemudian menyusulkan adanya penyesuaian beban materi pembelajaran daring, namun tetap saja, pembelajaran secara online jauh lebih  rumit dibanding dengan pembelajaran secara tatap muka .

Keempat, permasalahan dari sekolah. Sekolah berasrama jelas mempunyai visi pelayanan pendidikan karakter yang lebih dibanding sekolah yang tidak berkonsep asrama dengan pelayanan pendidikan full 24 jam dibina di sekolah. Pendidikan karakter ini jelas hanya bisa ditempuh dengan pembinaan secara langsung.

Pendidikan karakter yang dilaksanakan secara daring jelas jauh berbeda dengan jika dilaksanakan secara tatap muka. Interaksi secara langsung yang dibutuhkan saat penanaman karakter menjadi hilang. Hal ini jelas akan berdampak pada kualitas output hasil dari pembelajaran online akan berbeda dengan saat pebelajaran tatap muka. Orang tua jelas menyadari hal tersebut. Imbasnya jelas ke sisi pembiayaan. 

Ada dampak orang tua yang mencabut anaknya dari sekolah, memindahkan ke sekolah yang dekat dengan rumah yang lebih hemat biayanya atau lebih mudah pengawasannya. Ada pula dampak desakan pemotongan biaya pendidikan sebagai kompensasi tidak terselenggaranya kegiatan pendidikan di asrama. Bagi sekolah hal tersebut menjadi berlipat ganda. 

Disaat adanya konsekuensi pemotongan biaya pendidikan, ada pula kenyataan meski sudah dipotong biaya pendidikannya, namun kelacaran pembayaran biaya dari orang tua pun juga semakin seret akibat dampak pandemi dari sisi ekonomi para orang tua. 

Dari sisi keuangan sekolah, meski ada beberapa penghilangan komponen biaya pendidikan akibat tidak terselenggaranya kegiatan belajar tatap muka, namun juga ada kompensasi di lain hal seperti pemenuhan sarana prasarana untuk kegiatan pembelajaran online seperti sarana  studio untuk shooting pembuatan media pembelajaran, juga pemenuhan internet untuk seluruh kelas yang diselenggarakan secara online. Dan juga pemenuhan sarana prasarana untuk pemenuhan protokol kesehatan di sekolah. 

Belum lagi sampai dengan akhir semester ganjil ini, dimana belum ada kepastian terkait kapan pembelajaran tatap muka akan boleh diselenggarakan, berimbas pada kegiatan penerimaan peserta didik tahun depan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun