Para perantau pasti sangat merindukan kampung halaman. Kampung di mana mereka terlahir, kemudian dibesarkan. Rindu, hanya bisa diobati dengan temu. Tak heran, saat hari raya, banyak sekali para perantau yang mudik untuk menyambangi kampung halaman, melepas kerinduan.
Terlalu banyak hal yang membuat rindu kampung halaman saat di rantau. Buat saya, hal yang pertama adalah masakan ibu. Terbayang senyum ibu saat menyambut kedatangan anaknya. Seorang ibu pun pasti akan segera memasak kesukaan anaknya. Kalau saya, dibuatkan segelas teh tubruk oleh ibu saja sudah cukup senang, apalagi dimasakkan makanan kesukaan, jadi senang kuadrat.Â
Dulu, saat Simbah masih ada, beliau adalah salah satu yang membuat saya rindu untuk pulang. Masakan Simbah. Setiap kali saya pulang, pasti akan disambut dengan segelas teh tubruk berbau sangit. Setelah itu, Simbah pasti mengajak memetik daun ketela pohon yang muda untuk dimasak lodeh. Rasanya nikmat sekali. Apalagi, Simbah memasak masih menggunakan cara tradisional, yaitu memakai kayu.Â
Setelah itu, pasti kami yang mudik pergi ke pantai. Maklum, rumah Simbah sangat dekat dengan pantai. Namanya Pantai Bugel. Pantai ini masih asri dan alami, juga sepi. Kami sering hunting sunset di pantai ini. Tak hanya sunset, kami juga biasa membeli ikan di nelayan yang baru pulang, kemudian memasaknya di rumah simbah.
Yang paling penting dari semua itu adalah kehangatan. Ya, kehangatan yang tercipta di dalam sebuah keluarga. Saat di kampung halaman, kita akan bertemu dengan orang tua, juga sanak saudara. Obrolan obrolan yang kadang tak penting pun malah akan lebih mendekatkan satu sama lain.Â
Kalau Kompasianers, apa yang membuat rindu kampung halaman?Â
Jogja, 25 April 2023
