Mohon tunggu...
Desynta Nurmilasari
Desynta Nurmilasari Mohon Tunggu... Psikolog - Mahasiswa Psikologi Konseling (Bimbingan dan Konseling)

Saya merupakan seorang mahasiswa psikologi konseling Universitas Negeri Surabaya. Sebagai seorang Mahasiswa Psikolog konseling yang berdedikasi, saya berkomitmen untuk membantu individu mencapai kesejahteraan mental dan emosional mereka. Dengan latar belakang pendidikan yang kuat dalam psikologi dan pengalaman praktik yang luas, Saya menyediakan dukungan yang empatik dan berbasis bukti untuk klien saya. Saya memiliki pengalaman dalam menangani berbagai isu, termasuk kecemasan, depresi, stres, hubungan interpersonal, dan pengembangan diri. Dengan kemampuan komunikasi yang baik, Saya dapat melakukan pendekatan yang berpusat pada klien. Saya tertarik untuk terus belajar dan berkembang dalam berkontribusi pada bidang kesehatan mental dan mencari kesempatan untuk bekerja dalam lingkungan yang menantang dan inspiratif.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teori Belajar Humanistik dan Implementasinya dalam Pembelajaran, Membangun Potensi dan Pembangan Diri Siswa

23 Oktober 2024   15:52 Diperbarui: 23 Oktober 2024   16:18 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teori belajar humanisme adalah suatu teori dalam pembelajaran yang mengedepankan bagaimana memanusiakan manusia serta peserta didik mampu mengembangkan potensi dirinya. Teori belajar humanistik berakar pada gagasan bahwa pendidikan harus berfokus pada pengembangan individu secara menyeluruh, tidak hanya aspek kognitif, tetapi juga emosi, moral, dan sosial. 

Pembelajaran humanistik tidak hanya menjadikan siswa sebagai agen pembelajaran, tetapi juga menekankan peran guru sebagai fasilitator diskusi yang mendorong mereka untuk secara mandiri mengeksplorasi, bertanya, dan mengembangkan perspektif dunianya sendiri.

Teori ini dikembangkan oleh tokoh-tokoh seperti Carl Rogers dan Abraham Maslow. Menurut Teori Humanistik Maslow menjelaskan bahwa manusia harus memenuhi kebutuhannya yang paling rendah terlebih dahulu sebelum naik ke tingkat yang lebih tinggi, sampai ia bisa mengaktualisasikan dirinya. 

Hierarki kebutuhan ini terdiri dari lima tingkatan: kebutuhan fisiologis (seperti makan, minum, dan tempat tinggal), kebutuhan keamanan, kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki, kebutuhan penghargaan, dan aktualisasi diri. Aktualisasi diri dalam pandangan Maslow adalah pencapaian tertinggi dari kemampuan individu untuk mengembangkan dan mengekspresikan seluruh potensi, bakat, serta kapasitasnya.

Dalam konteks pendidikan,teori Maslow menawarkan wawasan yang mendalam tentang bagaimana kondisi psikologis dan sosial siswa yang sangat mempengaruhi kemampuan mereka untuk belajar secara efektif. Jika kebutuhan dasar seperti rasa aman atau kebutuhan akan penghargaan tidak terpenuhi, maka akan sulit bagi siswa untuk mencapai prestasi akademik yang optimal, apalagi mencapai aktualisasi diri.

Sedangkan menurut teori humanistik menurut Arthur Combs yang berfokus pada pemahaman individu sebagai makhluk yang memiliki potensi untuk tumbuh dan berkembang secara positif. Teori ini menekankan bahwa setiap individu memiliki potensi yang baik secara alami dan mampu berkembang secara positif. 

Dalam dunia pendidikan, Teori Combs ini memiliki relevansi yang sangat penting. Guru sebagai fasilitator pertumbuhan siswa yang harus memahami bahwa cara siswa memandang dirinya akan mempengaruhi motivasi, kepercayaan diri, dan kemampuan belajar mereka. 

Pendidikan yang hanya berfokus pada transfer pengetahuan tanpa memperhatikan pertumbuhan pribadi dan emosi siswa akan kehilangan elemen penting dalam proses pembelajaran.

Teori humanistik menurut Carl Ransom Rogers merupakan pendekatan yang menekankan pentingnya pengalaman subjektif individu dan kemampuan mereka untuk berkembang secara positif. 

Teoribini memperkenalkan konsep "self" (diri) dan pentingnya penerimaan diri dalam mencapai aktualisasi diri. Penerimaan diri yang mendalam dan jujur adalah langkah pertama menuju perubahan yang berarti dalam kehidupan individu. 

Jika struktur diri sudah terbentuk, kesadaran diri mulai terbentuk. Realisasi diri adalah kecenderungan untuk mengaktualisasikan diri sebagaimana yang dirasakan dalam kesadaran. 

Kecenderungan untuk mengaktualisasikan dengan demikian mengacu pada pengalaman organik individu, sebagai kesatuan total, sadar dan tidak sadar, spiritualitas dan kesadaran. (Syarifuddin, 2022: 113)

Menurut Carl Ransom Rogers bahwa  setiap individu adalah agen aktif dalam kehidupannya, yang mampu membuat keputusan berdasarkan pengalaman subjektif mereka. Dengan pendekatan ini, Rogers mendorong kita untuk melihat manusia bukan hanya sebagai produk dari pengaruh luar, tetapi juga sebagai pencipta dari kehidupannya sendiri.


Implementasi Teori Humanistik dalam Pembelajaran

Teori belajar humanistik merupakan salah satu pendekatan pendidikan yang berfokus pada pengembangan individu secara menyeluruh, mencakup aspek psikologis, emosional, dan pribadi. Pendekatan ini bertolak belakang dengan metode pengajaran tradisional yang cenderung menekankan pada pencapaian akademik dan kognitif semata. 

Teori humanistik, yang dipelopori oleh tokoh-tokoh seperti Carl Rogers dan Abraham Maslow, menekankan bahwa setiap individu memiliki potensi besar untuk tumbuh dan berkembang secara positif jika diberi lingkungan yang mendukung. Oleh karena itu, implementasi teori belajar humanistik dalam pembelajaran sangat penting untuk menciptakan pengalaman belajar yang bermakna dan holistik bagi siswa.


Peran Guru dalam Merancang Pembelajaran Berdasarkan Teori Humanistik

Teori humanistik dalam pendidikan memberikan pendekatan yang menekankan pada pentingnya pemahaman terhadap siswa sebagai individu yang unik dengan kebutuhan psikologis, emosional, dan pribadi. 

Dengan memahami teori ini, para guru dapat merancang pembelajaran yang lebih tepat, efektif, dan relevan bagi perkembangan setiap siswa. Inti dari teori humanistik, yang dikembangkan oleh tokoh-tokoh seperti Carl Rogers dan Abraham Maslow, adalah bahwa setiap individu memiliki potensi besar untuk berkembang secara positif jika diberi lingkungan yang mendukung. Guru harus memperhatikan beberapa berikut 

1. Memahami Kebutuhan Siswa

Dalam teori humanistik, penting bagi guru untuk memahami kebutuhan individu siswa secara lebih mendalam. Tidak semua siswa belajar dengan cara yan g sama, dan mereka juga tidak merespons dengan cara yang sama terhadap metode pengajaran tertentu. 

Teori ini menekankan bahwa perkembangan siswa akan lebih baik jika mereka merasa diterima, dihargai, dan diberikan kebebasan untuk mengembangkan diri sesuai dengan kepribadian dan minat mereka.Guru yang memahami teori humanistik akan lebih mampu menciptakan lingkungan kelas yang inklusif, di mana setiap siswa merasa didengar dan dipahami. 


2. Merancang Pembelajaran yang Berpusat pada Siswa

Teori humanistik juga menekankan pentingnya pembelajaran yang berpusat pada siswa (student-centered learning). Dalam pendekatan ini, guru berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa untuk mengeksplorasi potensi mereka sendiri. Guru tidak hanya berfokus pada penyampaian materi akademik, tetapi juga membantu siswa mengembangkan keterampilan emosional, sosial, dan kognitif. 

Selain itu, guru humanistik akan lebih memperhatikan umpan balik yang diberikan kepada siswa. Umpan balik yang konstruktif, tidak hanya berfokus pada hasil akhir tetapi juga pada proses dan usaha yang telah dilakukan siswa, dapat membangun rasa percaya diri dan motivasi intrinsik siswa untuk terus belajar dan  berkembang.

3. Membuat pengalaman belajar yang bermakna

Dalam teori humanistik, pembelajaran tidak hanya fokus pada hasil akhir, tetapi juga dalam proses belajar itu sendiri. Pengalaman belajar harus bermakna dan relevan dengan kehidupan siswa. Guru harus merancang pembelajaran yang mampu membuat siswa tidak hanya memahami arti konsep-konsep akademik, tetapi juga diri mereka sendiri dan dunia di sekitar mereka.

Dalam menciptakan belajar bermakna, guru dapat menggunakan pendekatan kontekstual, di mana konsep atau materi yang diajarkan terkait dengan situasi nyata sesuai dengan kehidupan siswa. 

Misalnya, dalam mata pelajaran sains, guru dapat mengajak siswa untuk melakukan eksperimen atau proyek yang berkaitan dengan masalah lingkungan di sekitar mereka. Dengan cara ini, siswa tidak hanya memahami konsep ilmiah, melainkan merasa apa yang mereka pelajari memiliki nilai dan relevansi dalam kehidupan sehari-hari.


Oleh karena itu peran guru sangat penting dalam merancang pembelajaran berdasarkan Teori Humanistik, dimana guru dapat membuat lingkungan belajar yang mendukung untuk perkembangan siswa secara menyeluruh.

 Dengan memahami kebutuhan individu, membuat pengalaman belajar bermakna, dan membangun hubungan positif dengan siswa, memberikan peluang bagi guru untuk membantu siswa agar berkembang lebih daripada hanya aspek akademik saja, tetapi juga ke arah pertumbuhan emosi dan pribadi.

Meskipun ada tantangan dalam penerapannya, pendekatan humanistik tetap relevan dan memberikan panduan yang berharga bagi guru dalam menghadapi berbagai dinamika dalam pendidikan modern. 

Dengan mengutamakan kesejahteraan dan potensi individu siswa, teori humanistik mengingatkan kita bahwa pendidikan adalah proses yang lebih luas daripada sekadar pencapaian akademik. Ini adalah proses untuk membangun manusia yang utuh, yang mampu berkembang secara positif di tengah masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun