Tertegun , menemukan gadis belia yang biasa tertawa lepas. Entah apa yang menjadikan gadis ini diam hingga tak menyadari kehadiranku.
Apa lagi-lagi penyebab nya adalah Rama. Pria yang beberapa waktu lalu selalu dibanggakan?
"Kir,"
"Na,"
"Na, hey." Ucapku sedikit memekik dan menggoyangkan badannya.
"Something wrong happened? "
Gadis itu menggeleng perlahan, jemari lentiknya asik bermain ujung gelas yang kuyakini itu cokelat hangat kesukaannya. Sendu. Gambaran dari tatapan mata yang kelabu. Padahal langit sedang cerah merekah.
"Nanti sore ikut aku yuk ke surabaya, gimana mau kan? "
"Ngapain? "
"Berkelana dong. "
"Boleh."
Lalu mas-mas penjaga cafe datang memberi pesanan minuman taroku. Hingga tiba-tiba Kirana, gadis itu bertanya .
"Menurutmu, manusia itu apa sih? "
"Yah kalo aku manusia itu makhluk sempurna yang diciptakannya ."
"Selain itu? Apa manusia yang menciptakan bakatnya sendiri ataukah dari Nya?"
"Jadi, apa yang membuatmu bertanya seperti itu? "
"Tadi, Rama memintaku untuk belajar memasak. Aku sudah bilang itu kekuranganku , jika dia tak terima silahkan tapi malah aku didorong buat ngelakuin hal yang masih belum mau kupelajari. Kenapa manusia menuntut kemampuan seseorang?"
"Hmmm begitu yaaa, jadi Rama menyuruhmu memasak?"
Gadis itu mengangguk
"Menurutku sih Kir , memasak itu bagian dari perempuan toh lambat laun kamu juga pasti bisa. Bukan tidak mampu tapi belum belajar. Manusia emang diciptakan Nya dengan beragam kemampuan. Tapi ya dasarnya manusia dengan jiwa ego nya pasti lah ada kala ingin berkembang. Bukan berarti itu bukan garis kemampuan, tapi keinginan untuk bisa berkembang. Contohnya gini deh, pernah gak kamu iri sama manusia disekitarmu, hmmm misalnya iri padaku. Aku jago masak, jago main gitar, jago disemua bidang akademik, jago renang yang semuanya gak kamu bisa. Apa pernah dalam zona itu?"
"Hmmm me now."
"Oh I see. Hahaha"
"So, what should I do?"
" Just be yourself , Sang Nya menciptakan kamu dari hasil seksualitas bapak ibumu..."
"Lah, lah lah ,kok kearah sana ?"
"Ntar dulu Na, aku belum selesai elaaaah"
"Hahah iya iya bercanda. Mangga atuh neng geulis dilanjut dakwah nya."
"Hmmm. Ya setiap manusia dibekali kemampuan masing-masing, dengan kelebihan dan kekurangn. Tapi dasarnya manusia punya rasa sosialis, idialis yang kadang memusatkan egonya sering menjadi makhluk yang tamak akan segala hal, baik kalo dia iri karena kelebihan orang lain dan dia akan berusaha untuk bisa menjadi diri sendiri dan belajar dari kekurangan. Lah gimana jadinya kalo hanya ada rasa iri dan justru menjelekkan orang lain atas dasar persaingan? Ya kan? Memanusiakan manusia emang susah, jangan kan memanusiakan manusia. Memanusiakan diri sendiri aja kadang lupa. Suka gak percaya diri hingga akhirnya yaaaah kayak kamu sekarang. Stuck di zona gak terarah."
" Terus aku harus gimana?"
"Let it flow. Nanti lagi yaa dijelaskan lebih lanjut , aku lapar mau makan tuh pesananku dah datang. Kamu gak makan juga , Kir?"
Gadis itu menggeleng. Sepertinya dia di zona dimana sedang merasa dibandingkan dengan manusia lain oleh manusia yang diagungkannya, sungguh manusia yang manusiawi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H