Mohon tunggu...
Desyifa AuliaAsilah
Desyifa AuliaAsilah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Pangan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Tantangan Food Scientist di Masa Depan

14 Desember 2022   20:53 Diperbarui: 14 Desember 2022   21:21 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Kemajuan teknologi yang terjadi saat ini, membuat pangan pun berkembang dan menjadi sangat beragam baik dari segi jenis, rasa, teknologi pengolahan, bahkan experience yang didapatkan saat mengonsumsi pangan tersebut. Mobilitas manusia yang sangat cepat membuat waktu mereka untuk menyiapkan masakan di dapur semakin singkat.

Hal itu membuat banyaknya produsen yang berusaha menyediakan pangan yang cukup dipanaskan oleh konsumen bahkan ready to eat. Produk pangan tersebut tentu telah melalui berbagai pengolahan tingkat tinggi untuk memastikan produk tahan lama. Namun, proses pengolahan pangan dapat menimbulkan senyawa toksin yang berbahaya bagi tubuh manusia.

Hampir semua pengolahan pangan memanfaatkan panas. Suhu yang tinggi dapat merusak kandungan gizi pada bahan baku, seperti denaturasi protein, hilangnya vitamin, dan sebagainya. Selain itu, pengolahan pangan dengan suhu tinggi juga dapat membentuk senyawa toksin seperti Akrilamida, yang terbentuk selama proses pemanasan produk yang mengandung protein dan pati. Akrilamida ini bersifat karsinogen, merusak DNA, dan menurunkan tingkat kesuburan.

Permasalahan pangan tidak hanya tentang toksin yang mungkin terbentuk selama proses pengolahan. Populasi dunia yang terus meningkat, yang bahkan pada tahun 2050 diproyeksikan dapat mencapai 9,73 miliar jiwa, akan berdampak pada kebutuhan pangan yang menjadi kebutuhan primer setiap manusia pun meningkat. 

Namun, meningkatnya jumlah manusia membuat kebutuhan tempat tinggal juga meningkat sehingga akan banyak terjadi alih fungsi lahan, baik dari hutan maupun pertanian dan perkebunan menjadi pemukiman. Saat ini saja, dengan jumlah populasi dunia 8 miliar, tidak semua negara dapat mencapai ketahanan pangan yang baik. Dapat dibayangkan, kondisi dunia 28 tahun lagi akan se-chaos apa jika pola hidup kita tidak berubah.

Menyediakan pangan yang aman bagi miliaran populasi manusia di kondisi terbatas adalah tantangan bagi Food Scientist dan Food Technologist di masa depan. Menurut saya, diversifikasi pangan sangat perlu dilakukan untuk menghindari ketergantungan dan excess berlebih pada suatu bahan pangan. Misalnya, saat ini masyarakat Indonesia ketergantungan terhadap beras sebagai bahan pokok sehingga melakukan impor beras untuk mencapai swasembada pangan. Di masa depan nanti, impor bukanlah solusi lagi karena pasti negara lain pun akan mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya akibat populasi yang semakin meningkat.

Indonesia memiliki banyak komoditas selain beras yang menjadi sumber karbohidrat, seperti kentang, singkong, ubi jalar, dan sorgum. Memaksimalkan potensi bahan pangan yang ada di Indonesia merupakan hal yang tepat. Saat ini, sudah banyak dikembangkan produk beras analog berbasis hasil pertanian Indonesia, dengan memanfaatkan sorgum, bekatul, atau ubi jalar. Tidak menutup kemungkinan perkembangan produk berbasis hasil bumi Indonesia lainnya akan terus bermunculan.

Sebagai lulusan Ilmu dan Teknologi Pangan, kedepannya tentu akan ikut serta mengembangkan potensi hasil bumi Indonesia menjadi produk pangan yang aman, dapat dikonsumsi oleh banyak kalangan, dan memiliki nilai jual yang tinggi dengan menerapkan apa yang sudah dipelajari selama ini. Dengan memanfaatkan banyak komoditas yang awalnya tidak banyak dilirik masyarakat, tentu ketahanan pangan di masa depan dapat tercapai dan juga permasalahan seperti food loss dan food waste dapat diminimalisir. 

Optimasi proses, trial and error, uji sensori, dan tahapan lainnya perlu dilakukan untuk mencapai produk dengan kualitas dan daya tahan yang baik serta dapat diterima oleh masyarakat luas. Dengan ilmu yang telah didapatkan, saya yakin dapat berkontribusi pada ketahanan pangan Indonesia bahkan dunia di masa depan. Tentu hal tersebut tidak mudah, oleh karena itu, sejak saat ini saya akan terus berusaha, belajar dengan giat dan juga banyak menelusuri permasalahan yang banyak terjadi untuk dapat mempersiapkan diri menjadi Food Scientist yang baik di masa depan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun