"Alasan mengapa kita tidak berhasil membentuk kebiasaan adalah karena kita sering menyerah akibat tergiur oleh imbalan yang ada di depan mata. Orang yang dapat menepiskan imbalan yang mengiming-imingnya di depan mata untuk meraih imbalan di waktu mendatang atau menghindari hukuman sering disebut 'orang yang memiliki keteguhan hati'." (Fumio Sasaki)
Fumio Sasaki, merupakan seorang penulis terkenal asal Jepang, yang mengubah hidupnya saat menjadi seorang minimalis. Tetapi sebelum gaya hidup minimalis benar-benar melekat, dia harus menjadikannya kebiasaan.Â
Dalam buku Hello Habits, Fumio Sasaki menjelaskan bagaimana kita dapat membentuk kebiasaan baru yang kita inginkan dan menyingkirkan kebiasaan yang tidak bermanfaat bagi kita.Â
Berdasarkan teori dan teknik yang telah dicoba dan diuji dari kehidupannya sendiri, dia mengungkap kesalahan persepsi umum tentang "keteguhan hati dan bakat" dan menawarkan panduan langkah demi langkah menuju kesuksesan. Pada akhirnya, Sasaki menunjukkan bagaimana orang biasa seperti dirinya dapat menggunakan prinsip pembuatan kebiasaan yang baik untuk memperbaiki diri dan mengubah hidup.
Dalam buku ini Fumio Sasaki menjelaskan bahwa dalam mewujudkan target dan kebiasaan baru untuk dibentuk, ternyata dipengaruhi juga oleh  keteguhan hati, emosi, hingga situasi yang ada di sekitar kita.Â
Contohnya saja dalam membangun kebiasaan berolahraga, bagi sebagian orang hal itu sangat melelahkan, tetapi justru ada yang bersemangat saat berolahraga. Bagi yang merasa olahraga itu berat mungkin belum pernah mengalami langsung imbalan atau sensasi yang bisa didapatkan setelah olahraga. Sementara bagi yang terbiasa berolahraga, ada kepuasaan dan kebahagiaan sendiri yang bisa didapatkan tiap kali selesai berolahraga.
Fumio Sasaki mengatakan dalam buku ini bahwa ia punya kebiasaan selalu menyiapkan tikar yoga di dekat tempat tidur agar setiap bangun pagi, ia melihat tikar yoga dan tergerak untuk melakukan yoga dan mulai mengawali hari dengan kebiasaan baik.Â
Melakukan yoga rutin dan menjadikannya sebuah kebiasaan harian mungkin tidak mudah bagi orang lain, tapi siapa saja sebenarnya bisa memiliki  kebiasaan ini jika memiliki keteguhan hati dan bisa menciptakan situasi yang dapat mendorongnya menjaga kebiasaan sehat ini dengan kedisiplinan tinggi.
Setiap kali kita merasa sulit untuk membangun kebiasaan baru, kita bisa membuat hal-hal yang dirasa sulit menjadi proses kecil yang bisa dilakukan. Fumio Sasaki menyebutnya dengan 'chunking down'. Yaitu dengan cara membagi-bagi chunk berukuran besar menjadi beberapa chunk ukuran kecil. Dengan cara itu, maka otak akan menganggap bahwa itu bukanlah sesuatu hal yang sulit untuk dilakukan.
Selain itu, kita bisa membuat jadwal setiap harinya, agar setiap waktu yang kita punya tidak terbuang dengan sia-sia. Karena dengan menyusun jadwal dan mematuhinya dengan ketat, kita mulai melihat seberapa besar upaya yang harus dilakukan untuk menyelesaikan sebuah tugas, seberapa lelah pikiran kita setelah selesai mengerjakanya, dan seberapa banyak waktu istirahat yang diperlukan untuk memulihkan diri. Kita melihat tingkat kebiasaan yang perlu kita praktikkan untuk merasa puas.