Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Apa itu Nirempati dan Aplikasinya di Dalam Bermedia Sosial?

24 Januari 2025   01:16 Diperbarui: 24 Januari 2025   01:16 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/

Penggunaan media sosial (medsos) tidak semata tentang kebebasan berekspresi ataupun kreatifitas individu.  Melainkan diminta akan kesadaran dan tanggungjawab berinteraksi.  Apalagi medsos memiliki kemampuan jangkauan lebih luas, dan menghubungkan jutaan orang secara real-time.  Artinya, medsos ikut berperan sebagai media belajar, termasuk dalam hal pembentukan karakter.

Sebagai contohnya, belum lama seorang konten kreator yang juga anggota DPR RI ditegur dan diusir oleh salah satu warga Los Angeles karena dinilai tidak menunjukkan empatinya terhadap warga di sana yang kehilangan rumah akibat dilalap api.  Dirinya diketahui sedang melakukan rekaman di depan rumah warga yang terkena musibah.  Aksinya ini dinilai konyol karena seakan tak peduli dengan musibah yang terjadi.  Terlepas apakah ini demi konten ataupun tidak.  Namun, disinilah pentingnya kepekaan dan menjaga rasa orang lain.

Pastinya kita cukup akrab dengan istilah empati.  Di mana sebagai individu dan makhluk sosial sesama manusia diharapkan untuk dapat memahami perasaan orang lain.  Empati juga menggambarkan kondisi ketika kita diminta menempatkan posisi dari sudut pandang orang lain.  Artinya, bukan lagi perasaan kita yang dominan.  Melainkan menempatkan diri seandainya berada di posisi mereka.

Meskipun pada dasarnya empati sudah ada sebagai bagian dari sifat bawaan manusia.  Tetapi kadar empati yang dimiliki setiap orang berbeda.  Salah satunya dipengaruhi oleh pengalaman hidup.  Bagi yang tumbuh besar dalam lingkungan yang mengedepankan empati, maka sensitivitasnya dalam berempati juga akan lebih tajam.  Proses perjalanan hiduplah yang akan membentuk dan menjadikannya karakter.

Lain hanya dengan nirempati, yaitu ketika kita menjadi egois dengan tidak peka, dan tidak dapat menempatkan diri dengan abai terhadap perasaan orang lain.  Menganggap nilai yang dianutnya sebagai kebenaran yang wajar.

Tentu tidak ada siapapun yang mengingini musibah apapun.  Sehingga, apakah pantas mendokumentasikan atau terparahnya membuat konten di atas duka orang lain?  Kemudian membagikannya di akun medsos dengan dalih apapun.  Satu contohnya lagi yang sering terjadi, merekam kejadian kecelakaan dan membagikannya di Whatsapp.  Betapa kita kehilangan nurani terhadap yang tertimpa musibah.  Terkecuali jika ini dilakukan oleh seorang jurnalis ataupun pihak yang berkompoten untuk kepentingan yang mendasar.

Maka berikut beberapa ciri nirempati:

  • Tidak peduli/ peka terhadap orang lain
  • Egois
  • Acuh terhadap isu sosial
  • Kesulitan merespon secara emosial
  • Kesulitan berinteraksi sosial

Kemudian, berikut cara untuk memperbaiki diri/ menempatkan diri berempati di media sosial:

  • Buka diri dan mata lihat sekeliling
  • Ikut terlibat dalam kegiatan sosial
  • Mencoba menempatkan diri pada posisi orang lain
  • Mencoba memahami perasaan orang lain

Seperti halnya di dunia nyata, maka dunia maya juga menuntut siapapun bisa memiliki empati.  Meskipun adalah hak seseorang untuk mengekspresikan dirinya di media sosial.  Namun demikian harus diingat juga bahwa media sosial juga secara tidak langsung menjadi platform belajar yang mudah ditiru.

Artinya, prilaku nirempati tidaklah pantas.  Sejatinya, ketika kita berselancar di media sosial jangan menstimulus hal-hal negatif yang dapat melukai perasaan orang lain dan/ atau prilakunya ditiru karena "dianggap" wajar atau benar oleh orang lain. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun