Jadilah aku terobati! Â Meski suami tidak bisa pulang untuk merayakan Natal bersama kami. Â Tetapi hari ini setidaknya aku bisa mengajak kedua anakku ziarah ke makam ompung mereka yang biasa mereka panggil ompung cowok. Â Di makam bapakku, kami bertiga membuat hati dari taburan bunga mawar merah. Â Kemudian ada salib di atasnya yang kami buat dari taburan bunga kristan putih dan anggrek ungu.
Tunggu! Â Kita sepakat, bahwa yang sudah berpulang ke rumah Bapa sudahlah putus hubungan dengan kita yang masih melanjutkan hidup di dunia ini. Â Tetapi aku bahagia bisa membawa kedua anakku ziarah ke makam bapak. Â Ompung cowok mereka yang begitu dekat sedari keduanya masih bayi hingga usia SD. Â Hingga bapak menutup mata.
Aku juga bahagia karena bisa mengajak mamaku dan adekku ziarah bersama kedua anakku. Â Ditambah cuaca yang sangat mendukung. Â Sehingga tidak begitu sulit untuk kami membawa mama yang berkursi roda.
Memandangi makam bapak. Â Di dalam hati aku berkata, "Pak, ini kakak dan adek. Â Mereka sudah kuliah dan membanggakan. Â Di sini juga ada mama dan adekku. Â Setidaknya inilah yang bisa kulakukan sejak bapak berpulang."
Lalu setelahnya kami melanjutkan perjalanan menuju ibadah Natal. Â Tidak perlu heran, gereja pastilah penuh sesak setiap kali Natal. Â Tidak apa-apa juga. Â Ketimbang tidak mengingat bergereja sama sekali. Â Menurutku sih begitu. Â Sebab ada banyak alasan tentunya. Â Kemudian, bukan hak kita juga untuk menghakimi.
Hari ini, Natal 2024 diakhiri dengan makan siang bersama di sebuah mall. Â Menikmati nasi goreng dengan berbagai rasa. Â Ada nasi goreng iga, nasi goreng ikan asin dan ada juga nasi goreng teri ijo yang menjadi pilihan kami. Mungkin bukan menu yang istimewa. Â Tetapi kebersamaan di saat Natal adalah sesuatu yang mahal menurutku. Â Apalagi, serasa belum cukup Tuhan mengejutkanku. Â Setiba di rumah, satu kotak kue coklat tiba dengan manisnya dari sepupuku.
Bungsuku sampai berkomentar, "Waduhh...banyak sekali kue kita ma!"
Hah...ha...hah...aku jadi ingat! Semua bermula dari tiga toples kue kering. Â Tetapi berkat kasihNya Tuhan mengubah semua cerita menjadi luarbiasa indah. Â Akhirnya aku bisa merayakan Natal bersama kedua buah hatiku. Â Sekalipun papanya jauh di tempat kerja, dan kami hanya mengucap salam Natal via Whatsapp. Â "Selamat Natal papa, "Begitu ucap kakak dan adek.
Tiga toples kue kering kini menjadi sukacita. Â Walau bungsuku harus segera kembali ke Kota Bandung, hanya sehari setelah Natal. Â Terima kasih untuk kado Natal dariMu, Tuhanku. Â Lucu, bukankah aku yang seharusnya memberikan kado di hari kelahiranMu?Â
Terima kasih Tuhan untuk sukacita dan hidup yang t'lah Kau berikan untukku. Â Terpujilah Tuhan.
Jakarta, 26 Desember 2024