Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kado Natalku

26 Desember 2024   02:59 Diperbarui: 26 Desember 2024   02:59 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://ecovacs.id/

Setuju rasanya kalau kado Natal terindah adalah bersama keluarga terkasih.  Tetapi jika itu tidak bisa terwujud, apakah artinya Tuhan jahat?   Ha..hah...ha....apa iya Tuhan jahat?  Jangan-jangan kita saja manusia ini yang terlalu banyak maunya.  Sampai-sampai lupa mengucap syukur untuk semua kebaikanNya.  Lebih tepatnya begini, jika cocok menurut kita, maka Tuhan baik.  Jika tidak berarti Tuhan jahat?  Lha....lha...kok parah?

"Cius...anak-anak cuma libur beberapa hari, dan lanjut ujian akhir semester (UAS)?  Itu sih sama juga bohong, karena libur Natal justru dipakai belajar untuk UAS!"  Ramainya kami para ortu membicarakan keajaiban di tempat bungsuku kuliah.  Hiks...hiks...mau dikata apa.  Aku hanya diam sajalah.  "No komplain-komplain yah kamu," kataku berdamai dengan diri ini.

Padahal belum lama si kakak sudah berkabar, "Ma, nggak janji yah aku pulang untuk Natal.  Rempong banget ini ma.  Mau mengurus magang dan berbagai proyek untuk persiapan skripsi.  Jadi, yah lihat nanti saja yah ma."

Maka jadilah ceritanya aku cusss.... dengan si cepat Whoosh meluncur Kota Kembang Bandung dengan membawa koper kecil.  Pastinya bukan untuk kabur sih.  Tetapi mengunjungi si bungsu, dan sekaligus membeli beberapa toples kue kering untuk Natal.  Iya, hanya beberapa saja.  Lha..... si kakak dan adek jelas-jelas terkondisikan "tertahan" dengan kewajibannya sebagai mahasiswa.  Sedangkan bapake anak-anak juga kurang lebihnya sama, tertahan di lokasi kerjanya.

Singkat, padat dan tidak pakai lama aku habiskan waktuku bersama si bungsu.  Termasuk mampir ke Toko Kue Primarasa yang hari itu ramainya minta ampun.  Bahkan demi setoples sagu keju saja butuh perjuangan diantara himpitan para emak-emak.  Itu belum termasuk bonus kaget, karena harganya yang tetiba selangit.  "Wuih....serius harga kue kering kok begini amat sih ma?  Aku baru tahu loh ternyata nastar dan teman-temannya mehong-mehong."

Ha...ha....ha.....bungsuku semenjak jadi mahasiswa akhirnya mudeng.  Ternyata semua yang masuk ke mulutnya selama ini tidak ada yang murah.  Bahkan harga setoples kue kering bernama nastar, sagu keju, kastengels dan teman-temannya itu memang tidak terkatakan.  Apalagi kalau memakai mentega wisman.  Makin patenlah rasa dan harganya!  Tetapi kehadiran mereka seperti kewajiban.  Padahal nyaris di setiap rumah ketika berkunjung Natal pastilah bertemu mereka-mereka ini.  Itulah sekilas cerita perjuanganku demi 3 toples kue Natal.  Kue yang akan menemaniku bersama mama dan adekku di saat Natal nanti.

Beda sih, karena keluarga intiku tidak bersama.  Begitupun, puji Tuhan, aku tidak mengeluh sedikitpun.  Sendiri justru menyadarkanku kepada banyak kebaikan Tuhan.  PenyertaanNya begitu sempurna, dan lebih dari yang aku pikirkan hingga aku boleh ada sampai hari ini. 

Artinya, jika Natal kali ini harus sendiri tanpa kedua anak dan suami tidaklah sebanding dengan semua kemurahan dan kebaikan yang Tuhan berikan kepada keluarga kecilku.  "Tuhan baik, dan teramat baik.  Terima kasih Tuhanku."  Kataku menutup doa di dalam kamarku setiba dari Bandung.

Kemudian sampailah aku kepada hari-hari penuh kejutan.  Dimulai dari kejutan manis, kabar sukacita si kakak yang mengatakan bisa pulang untuk berhari Natal.  "Tapi harinya mepet yah ma!"  Lanjut dengan keponakan dan kakak iparku yang berturut-turut mengirim makanan dan kue Natal segambreng di malam Natal.  Berlanjut si bungsu yang tetiba bisa pulang!  Wow..... sesuatu banget, terima kasih Tuhan!

Kebayang nggak sih campur aduknya perasaanku?  Diawali semangat menyambut Natal.  Tetapi tetiba hancur lebur dikarenakan jadwal kuliah anak-anak dan juga suami yang tertahan di tempat kerjanya.  Lalu tetiba pula Tuhan mengganti semua kesepian itu menjadi kabar sukacita kembali. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun