Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerita Pak Sopir

17 Desember 2024   02:24 Diperbarui: 17 Desember 2024   02:24 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://dfrcollection.com/

Tumben hari ini Stasiun kereta api cepat Whoosh Halim ramai sekali, pikirku dalam hati.  Padahal tidak weekend, dan bukan musim liburan sekolah.  Setahuku di Bandung juga tidak ada acara apapun yang istimewa.  "Haiyaaa..... panas Jakarta kok yah totalitas sekali.  Kebanting kulit ini dengan sejuknya kota Bandung."   Mulutku ini tidak bisa kompromi mengeluh, sambil aku merapikan ikatan rambut.

"Taxinya bu," tetiba petugas taxi berwarna biru dan berlogo burung mengejutkanku.  Lalu aku menganggukan kepala, dan sigapnya koper kecilku pun langsung dibantu dibawakannya.  "Kantong plastiknya biarkan saya yang bawa mas."  Ucapku mengamankan oleh-oleh kue kering dari Bandung, khawatir aku toplesnya meluncur.  Iya, itu kue kering untuk persiapan menyambut Natal nanti yang sengaja kubawa dari Bandung.

Beberapa saat sejuk rasanya menikmati AC dalam taxi yang mulai laju.  "Ramai banget yah pak hari ini," aku membuka percakapan.  Yup, aku memang tidak bisa menjadi patung jika naik taxi.  Sebagai penulis, kesempatan bertemu orang adalah materi untuk tulisanku.

"Beberapa hari lalu sempat hujan bu.  Tidak besar, tetapi lumayan awet.  Di Bandung hujan terus yah bu?  Pasti semakin bertambah sejuknya."  Ramah dan lancar sekali si bapak menyambut percakapanku.  Bisa jadi bapak ini juga satu tipe denganku, tidak betah diam-diaman.

"Berapa harga karcis Whoosh sekarang bu?  Kalau murah, anak saya minta diajak coba naik Whoosh.  Tetapi nanti jika kuliahnya di Surabaya sudah libur.

Kamipun terlibat dalam percakapan yang seru.  Bahkan aku jadi kagum karena anak si bapak ini rupanya berkuliah di jurusan Informatika Universitas Airlangga (Unair).  Bertambah kagumku Unair didapatnya melalui jalur undangan (SNMPTN) dan saat ini putranya tersebutpun berkuliah dengan beasiswa.  Bak bonus kagum, bahkan anaknya ini sudah mendapatkan beasiswa sedari SMA!  Wow....!!!

Jadi pak, untuk naik Whoosh tidak ada harga karcis yang pasti.  Selain dilihat dari kelasnya yang dibagi 3, yaitu VIP, Bisnis dan Ekonomi, juga dilihat dari jam keberangkatannya.  Kurang lebihnya begitu pak, dan ajak sajalah putra bapak itu mencoba.  Ambil yang bisnis, seperti saya ini.  Nggak penting kelaslah, sampainya juga barengan," kataku, dan kamipun tertawa pertanda satu pemikiran tampaknya.

Percakapan kami loncat sana dan sini.  Namun si bapak fokus menanyakan pendidikan.  Tentang beasiswa LPDP, IISMA dan juga tentang anak keduanya yang mendapatkan kesempatan akselerasi.

Puji Tuhan, aku bisa menjawabnya dan dimengertinya dengan baik.  Sedikit banyak dikarenakan suka menulis dan pernah dipercaya sebagai perwakilan kelas membuat aku cukup paham mengenai yang ditanyakannya.  Meski bertanya juga dalam hati ini.  "Tumben banget ada seorang bapak sebegitunya menanyakan informasi pendidikan anak-anaknya.  Sebegitunya rasa bangga itu sangat bisa aku rasakan."

Tidak butuh lama dan mengalir saja bapak tersebut menceritakan dirinya.  Siapa sangka bapak ini lulusan Fakultas Teknik Sipil UGM dan sebelumnya menduduki posisi nyaman di sebuah perusahaan kontraktor.  Tetapi hidup adalah sebuah pilihan begitulah adanya.  Bapak ini memilih berhenti dari pekerjaannya dan fokus mengurus istrinya.  Hingga akhirnya kematian memisahkan mereka.  Selanjut ada tiga buah hati yang menjadi tanggungjawabnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun