Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memiliki Anak itu Mahal

7 Februari 2023   00:14 Diperbarui: 7 Februari 2023   00:39 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul mengerikan!  Tetapi inilah fakta yang terjadi di tengah masyarakat.  Di saat bagi sebagian pasangan memiliki keturunan bukan masalah.  Tetapi cukup banyak pasangan yang merindukan anak namun tak kunjung hadir.  Entah terbentur oleh kondisi kesehatan atau dikarenakan rahasia Tuhan.

Lupakan bagi mereka yang ekonominya terkendala.  Tetapi miris melihat pasangan yang berkecukupan namun lalai membesarkan dan mendidik buah hatinya.  Padahal memiliki keturunan tidak cukup hanya dibesarkan.  Ibaratnya jika semula bayi dan kemudian dewasa?

Berasumsi dengan dimanjakan secara “fisik” materi, maka aman terkendali?  Padahal pemenuhan secara materi sifatnya relatif cukup dan tidaknya.   Berbeda dengan membentuk karakter dan memperhatikan kejiwaannya.  Ada nilai dan takaran yang pasti.

Jelas anak harus dididik dan dibentuk agar tumbuh menjadi pribadi yang sehat dan tangguh.  Dikenalkan salah dan benar, baik ataupun buruk!   Singkat cerita, memiliki keturunan adalah sebuah tanggungjawab!

Percayalah masa promo alias masa pacaran tidak seindah kehidupan perkawinan.  Hingga ada becandaan untuk dua sejoli kasmaran.  "Hahahah.....tunggu saja waktunya begitu tagihan listrik muncul!  Tunggu saja mata terbelalak melihat mahalnya biaya sekolah anakmu!  Megap-megapnya dirimu ketika melihat harga pampers dan susu anakmu yang mungkin seharga nyawamu!"

Horor, tetapi itulah kenyataan!  Terkecuali anak bagi kita hanyalah meneruskan keturunan.  Mengenai ini, jadi teringat ungkapan sadis seseorang.  "Kambingpun sayang anaknya!"  Ngeri..... dan dipastikan kita bukanlah kambing, bukan?  Bahkan singa pun bukan, karena singa sekalipun tidak pernah memangsa anaknya!  Maka tidak seharusnya kehadiran seorang anak manusia diabaikan/ dikorbankan.  Melupakan atau meniadakan haknya. 

Sekalipun anak adalah buah hati kedua orang tuanya.  Tetapi anak adalah individu yang berbeda.  Anak bukan obyek, apalagi aset!  Artinya anak memiliki keinginan dan cara berpikir seperti halnya orang tuanya juga.  Sehingga ketika mendidik dan membesarkannya semestinya juga menghormati hak anak.

Tetapi disadari atau tidak, ini "terlupakan" oleh banyak pasangan yang kemudian tenggelam dalam kehidupannya masing-masing.  Label mengejar materi berdalil demi sang buah hati menjadi dilematis.  Di satu sisi terkesan benar.  Tetapi di sisi lainnya, kini ada anak.  Ada keturunan di tengah perkawinan mereka.  Mereka tidaklah lagi sejoli kasmaran, karena sudah ada satu pribadi yang menjadi tanggungjawab keduanya.

Adapun definisi anak menurut Konvensi PBB untuk Hak Anak pasal 1 berbunyi:  Anak adalah semua orang yang berusia di bawah 18 tahun, kecuali ditentukan lain oleh hukum suatu negara. Semua anak memiliki semua hak yang disebutkan di dalam Konvensi ini.

Sedangkan 10 hak anak yang harus dipenuhi menurut Konvensi Hak Anak yang dilakukan PBB pada tahun 1989, yaitu:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun