Meminjam sebuah cerita anak seorang teman. Â Si anak dinyatakan eligible atau masuk dalam 40% jalur SNBP. Â Diketahui bahwa pada SNBP dalam hal memilih PTN ketentuannya adalah 1 PTN di provinsi domisili sekolah, 1 lagi haruslah di luar. Â Ataupun tetap 1 PTN di provinsi domisili sekolah dengan prodi yang sama atau berbeda. Â Kemudian, dikarenakan anak ini berasal dari Jakarta, maka pilihan pertama dipilihnya "jaket kuning" dengan prodi impian sesuai minatnya, Fakultas Hukum (FH). Â Sedangkan pilihan keduanya sebuah PTN "bukan papan atas" di Kota Gudeg dengan prodi Komunikasi. Â Ehhhm.....
Wuih.... ternyata cerita berkata berbeda. Â Kenapa? Â Sebab anak ini diterima di PTN pilihan keduanya! Â Masalahnya, bukan diterima di PTN tersebut yang bikin puyeng. Â Namun prodi yang menjadi pilihannya! Â Sebab keinginan terbesarnya sejak kecil adalah FH!Â
Sedari awal anak ini cukup sadar beratnya persaingan si jaket kuning. Â Namun ketika itu ketimbang memilih FH di PTN lainnya di Jakarta, dirinya memilih berani kehilangan. Â Tragisnya, tidak terpikirkan olehnya bakal tembus jalur undangan yang sayangnya asal saja dipilih jurusannya. Â Semua ini juga dikarenakan demi sebuah kebanggaan bisa tembus jalur undangan. Â Sekalipun nyatanya gagal merebut jaket kuning, dan justru berakhir di PTN lain dengan jurusan yang bukan minatnya.Â
Cerita pun menjadi meriah karena perang bintang antara orang tua dan anak. Â Serta sebuah konsekuensi bahwa ketika diterima di jalur undangan tidaklah boleh mundur. Â Kenapa? Â Sebab ada konsekuensi berat yang harus diterima oleh sekolah dan anak jika terjadi mundur.
Singkat cerita tidak ada pilihan lain kecuali menjalanin perkuliahan. Â Tentu berujung drama mewarnai perkuliahan si anak yang pada dasarnya tidak menyukai prodi yang dipilihnya. Â Kejadian ini pun terjadi pada anak lain yang nekat memilih sastra di PTN papan atas demi sebuah kebanggaan semu.
Tidak dipungkiri, siapa yang tidak bangga berkuliah di PTN papan atas? Â Tetapi, menurutku kuliah bukan menyoal warna jaket almamater! Â Melainkan sejauh mana kita mengenal kemampuan kita dan mengembangkan potensi yang ada.
Kembali kepada SNBP, SNBT ataupun Mandiri apakah kita nekat membuang peluang dengan ngasal pilih prodi? Â Pada dasarnya ini seperti halnya ketika memilih jurusan pun bukan demi gengsi. Â Bahkan juga bukan demi mimpi orang tua sekalipun.
Singkat cerita mulailah dengan pertanyaan, sudah siapkah saya? Â Kemudian kenali kemampuan diri sendiri serta mempersiapkan diri matang. Â Belajarlah mengenal medan, dan menerima fakta bahwa persaingan di PTN favorit sangatlah super ketat dan singset. Â Di atas langit masih ada langit! Â Bahkan merasa diri pintar dan siap saja tidak cukup, karena di luar sana pesaing ribuan!
Tetapi janganlah juga kalap nekat asal pilih prodi. Â Sebab ada tanggungjawab yang harus dijalanin dengan segala konsekuensinya. Â Artinya, bijak-bijaklah menentukan langkah agar tidak terjatuh di lubang kegagalan.
Sumber: