Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dilematis Memilih Jaket, ataukah Jurusannya?

28 Januari 2023   19:52 Diperbarui: 1 Februari 2023   01:08 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://skystarventures.com/

Meminjam sebuah cerita anak seorang teman.  Si anak dinyatakan eligible atau masuk dalam 40% jalur SNBP.  Diketahui bahwa pada SNBP dalam hal memilih PTN ketentuannya adalah 1 PTN di provinsi domisili sekolah, 1 lagi haruslah di luar.  Ataupun tetap 1 PTN di provinsi domisili sekolah dengan prodi yang sama atau berbeda.  Kemudian, dikarenakan anak ini berasal dari Jakarta, maka pilihan pertama dipilihnya "jaket kuning" dengan prodi impian sesuai minatnya, Fakultas Hukum (FH).  Sedangkan pilihan keduanya sebuah PTN "bukan papan atas" di Kota Gudeg dengan prodi Komunikasi.  Ehhhm.....

Wuih.... ternyata cerita berkata berbeda.  Kenapa?  Sebab anak ini diterima di PTN pilihan keduanya!  Masalahnya, bukan diterima di PTN tersebut yang bikin puyeng.  Namun prodi yang menjadi pilihannya!  Sebab keinginan terbesarnya sejak kecil adalah FH! 

Sedari awal anak ini cukup sadar beratnya persaingan si jaket kuning.  Namun ketika itu ketimbang memilih FH di PTN lainnya di Jakarta, dirinya memilih berani kehilangan.  Tragisnya, tidak terpikirkan olehnya bakal tembus jalur undangan yang sayangnya asal saja dipilih jurusannya.  Semua ini juga dikarenakan demi sebuah kebanggaan bisa tembus jalur undangan.  Sekalipun nyatanya gagal merebut jaket kuning, dan justru berakhir di PTN lain dengan jurusan yang bukan minatnya. 

Cerita pun menjadi meriah karena perang bintang antara orang tua dan anak.  Serta sebuah konsekuensi bahwa ketika diterima di jalur undangan tidaklah boleh mundur.  Kenapa?  Sebab ada konsekuensi berat yang harus diterima oleh sekolah dan anak jika terjadi mundur.

Singkat cerita tidak ada pilihan lain kecuali menjalanin perkuliahan.  Tentu berujung drama mewarnai perkuliahan si anak yang pada dasarnya tidak menyukai prodi yang dipilihnya.  Kejadian ini pun terjadi pada anak lain yang nekat memilih sastra di PTN papan atas demi sebuah kebanggaan semu.

Tidak dipungkiri, siapa yang tidak bangga berkuliah di PTN papan atas?  Tetapi, menurutku kuliah bukan menyoal warna jaket almamater!  Melainkan sejauh mana kita mengenal kemampuan kita dan mengembangkan potensi yang ada.

Kembali kepada SNBP, SNBT ataupun Mandiri apakah kita nekat membuang peluang dengan ngasal pilih prodi?  Pada dasarnya ini seperti halnya ketika memilih jurusan pun bukan demi gengsi.  Bahkan juga bukan demi mimpi orang tua sekalipun.

Singkat cerita mulailah dengan pertanyaan, sudah siapkah saya?  Kemudian kenali kemampuan diri sendiri serta mempersiapkan diri matang.  Belajarlah mengenal medan, dan menerima fakta bahwa persaingan di PTN favorit sangatlah super ketat dan singset.  Di atas langit masih ada langit!  Bahkan merasa diri pintar dan siap saja tidak cukup, karena di luar sana pesaing ribuan!

Tetapi janganlah juga kalap nekat asal pilih prodi.   Sebab ada tanggungjawab yang harus dijalanin dengan segala konsekuensinya.  Artinya, bijak-bijaklah menentukan langkah agar tidak terjatuh di lubang kegagalan.

Sumber:

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20220926163427-20-852842/nama-snmptn-dan-sbmptn-berubah-jadi-snbp-dan-snbt-pada-2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun