Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Antara Jakarta, Bali dan Sumatra Penuh Cerita

8 November 2021   04:57 Diperbarui: 8 November 2021   05:42 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://infobrand.id/

Berlibur jarak jauh bukan hal baru bagi keluargaku.  Sedari kedua anak kami masih usia playgroup kecil, aku dan suami terbiasa membawa mereka berlibur jalan darat dengan kendaraan pribadi.  Alasan mendasar adalah murah meriah, hemat di ongkos.  Tetapi alasan paling utamanya agar lebih banyak yang bisa dilihat oleh kedua bocah kami.  Sehingga tercatat di dalam memori mereka hingga dewasa.  Memori Indonesia itu indah, dan memori kebersamaan dengan keluarga.

Jogyakarta menjadi kota pertama liburan jarak jauh kami.  Ngeri sedap sudah pasti sebab ketika itu jalan tol belumlah senyaman seperti sekarang.  Kedua anak kami pun masih bocah, masih minum susu di botol dan menggunakan pampers.  Lucunya, mereka juga ikut antusias membawa mainan untuk di perjalanan.

Tetapi parahnya ketika itu aku tidak bisa membawa mobil.   Sehingga otomatis hanya suami yang menyetir sepanjang perjalanan.  Artinya persiapan haruslah super matang.  Selain menemaninya berjaga dengan ngalor ngidul bercerita atau mendengar lagu favorit kami sambil ikutan bernyanyi.  Kopi dalam termos juga aku persiapkan untuk menahan kantuk suami.  Demikian juga camilan untuk mengganjal perut sepanjang perjalanan nanti.

Sedangkan untuk sebelum berangkat, suami sudah memastikan kondisi kendaraan, apakah layak untuk perjalanan jauh.  Kemudian juga mencari tahu rute dan lokasi rest area.  Sehingga kalaupun lelah, maka selalu kami putuskan untuk sejenak beristirahat di rest area sambil mengisi bahan bakar mobil.  Bahkan jujur, sering kali kami memilih bermalam di rest area menunggu matahari terbit.

Jogyakarta bukan kali pertama dan terakhir bagi keluarga kami berlibur jalan darat.  Masih banyak kali berikutnya kami membawa kedua buah hati kami mengunjungi Jogya, dan disusul dengan kota lainnya, Cirebon, Semarang, Kudus dan Surabaya.  Bukan sekali, tetapi beberapa kali untuk setiap kotanya.  Minimal di saat liburan kenaikan kelas, dan libur Natal.  Apalagi dengan keberadaan Trans Jawa kemudian, sehingga tidak terhitung entah sudah berapa kali kami mengunjungi Jawa.

Seiring waktu kedua bocah kami berangkat remaja.  Mereka pun terbiasa dengan perjalanan jauh yang kini terasa dekat.  Sehingga suamiku merasa tertantang untuk menyebrang pulau.  Hahah...penuh rahasia kejutan ini kami jaga, dan Bali menjadi kejutan penuh persiapan matang.

Dulu sebelum ada Trans Jawa kondisi belum senyaman sekarang.  Kami masih harus melewati sebagian tol dan sebagian jalan biasa, memilih antara Jalur Utara ataupun Selatan.  Sehingga waktu keberangkatan juga harus diperhitungkan agar kami tidak terjebak mobil truk besar dan kontainer yang biasanya banyak ditemui malam hari.  Termasuk juga menghindari terjebak pasar kaget jika harus melewati Brebes di dini hari.

Mengenai persiapan keberangkatan tidak jauh berbeda ketika anak-anak masih imut dengan ketika remaja.  Bahkan kali ini lebih beragam, karena remaja bisa lapar kapan saja.  Sehingga untuk mengatasinya, aku bersama anak-anak mempersiapkan nasi dan lauk pauk sederhana untuk dinikmati di jalan nanti.  Pilihan telor dadar, ikan teri sambal ataupun orek tempe selalu terasa nikmat selangit ketika dinikmati di saat perjalanan jauh bersama keluarga.

Sekedar informasi inilah garis besarnya yang dipersiapkan setiap kali melakukan perjalanan liburan dengan berkendaraan pribadi, yaitu:

  1. Pastikan kondisi kendaraan aman
  2. Perhitungkan waktu keberangkatan agar tidak terjebak kendaraan besar, semisal truk dan kontainer
  3. Berangkatlah dalam kondisi sehat
  4. Pelajari, dan persiapkan diri dengan peta rute perjalanan agar tidak salah arah petunjuk tol
  5. Pastikan saldo e-toll cukup
  6. Bekali diri dengan makanan dan minuman untuk di perjalanan
  7. Persiapkan power bank untuk gadget jika dibutuhkan

Singkat cerita, Bali pun bukan untuk sekali kami kunjungi.  Sejak keberadaan jalan tol, membuat semua menjadi jauh lebih aman dan nyaman, maka seingatku sudah 4 kali kami mengunjungi Bali dengan kendaraan pribadi.  Hebatnya, atas nama sayang keluarga maka suamiku the one and only yang menyetir kendaraan.  Namun, masih seperti dulu jika kantuk tidak tertahan, kami selalu memilih untuk tidur sejenak di rest area hingga matahari terbit.

Tentunya untuk ke Bali perjalanan kami lakukan bertahap, dari Jakarta biasanya kami bermalam di Jogya yang kini terasa begitu dekat sejak mulusnya jalan tol.  Kemudian lanjut ke Surabaya, dan juga bermalam beberapa hari, barulah kemudian ke Banyuwangi dan langsung menyebrang menuju Pulau Dewata.

Bahkan perjalanan terakhir kami adalah menyusuri Trans Sumatra.  Sebenarnya bukan kali pertama keluarga kecilku menyebrang Sumatra.  Tetapi biasanya kami hanya sampai Kota Lampung.  Barulah sebelum pandemi kemarin, beruntung kami berkesempatan menyusuri tol Sumatra hingga Jambi.  Tepatnya, perjalanan darat terakhir kami, Jakarta -- Lampung -- Pekanbaru -- Palembang -- Jambi -- Jakarta.  Perjalanan 2 minggu yang kami lalui semuanya dengan melewati tol.

Tetapi untuk perjalanan ke Sumatra terakhir kemarin ada hal-hal khusus yang harus diperhatikan.  Sekalipun melewati tol, suamiku memilih untuk tidak melanjutkan perjalanan malam hari ketika melewati daerah-daerah tertentu.  Pertimbangannya adalah menghindari kemungkinan kejahatan.

Ini bukan mengada-ada karena kami bertemu dengan korban di rest area yang kaca mobilnya dilempari telur.  Pertanyaannya, untuk apa?

Menurut suamiku kejadian seperti ini biasa dilakukan oleh peduduk sekitar di daerah rawan kejahatan.  Tujuannya agar kendaraan pribadi yang melintas berhenti di bahu jalan, dan disaat itulah terjadi kejahatan perampokan atau pemerasan.

Ngeri sedap berlibur dengan berkedaraan di tol memang.  Kondisi jalanan yang mulus kadang menjadi jebakan sebagian pengemudi asyik ngebut.  Bukan sekali, dan sudah banyak kali sepanjang perjalanan liburan kami melihat berbagai kecelakaan.  Dimulai dari truk gandeng terbalik, tabrakan beruntun hingga mobil terbakar.

Bahkan pernah di satu liburan ketika libur lebaran, perjalanan kami dibuat kaget.  Kami begitu kaget melihat jalan tol sangat padat, sehingga beberapa kendaraan memilih keluar jalur melewati jalan kota kecil di sekitar, termasuk juga kendaraan kami.  Sayangnya tetap saja kena antrian kemacetan karena memang begitulah libur lebaran rupanya.

Tetapi yang membuat jantung kami nyaris berhenti ketika mobil di depan kami tidak bergerak.  Sementara suamiku sudah membunyikan klason dengan terpaksa.  Tetapi tidak bergeming, dan mobil di belakang kami pun sudah ikut ramai membunyikan klakson.

Halu sudah dipastikan ada di benak kami sekeluarga, termasuk anak-anak.  "Jangan-jangan yang menyetir pingsan, atau jangan-jangan terkena serangan jantung," demikian kata mereka.

Aku lupa persisnya tahun berapa, tetapi liburan lebaran waktu itu memang sangat melelahkan dengan kemacetannya parah.  Samar dari belakang kami melihat si pengemudi yang hanya sendirian tertelungkup di stirnya.

Bayangkan, lewat 5 menit suara ramai klakson tidak membangunkannya.  Lalu, tiba-tiba seseorang dari mobil di belakang mobil kami terlihat menghampiri dan mengetuk kaca mobil tersebut cukup kencang.  Mungkin karena sudah kesal, dan mungkin juga agar si pengemudi terbangun.  Kaget, dan bersyukur ketika pengemudi tersebut terbangun.  Singkat cerita setelah percakapan singkat, kendaraan di depan kamipun bergerak.

Menurut suamiku, orang di mobil tersebut mengalami microsleep.  Istilah untuk mereka yang tertidur tiba-tiba dalam waktu detik hingga dua menit.  Namun bisa lebih lama jika orang tersebut benar-benar jatuh tertidur.  Umumnya terjadi karena kondisi tubuh dan otak yang sudah sangat lelah dan mengantuk berat tanpa disadarinya.

Wuihh...ngeri pikirku.  Beruntung sepanjang perjalanan liburan kami sejak anak-anak masih imut, hingga sekarang mereka remaja, selalu kami mempersiapkan perjalanan dengan matang.  Termasuk memilih tidak melanjutkan perjalanan dengan tidur di rest area saja hingga subuh.  Setidaknya dari diri kita sendiri ada kesadaran untuk menjaga keselamatan pribadi.  Ini juga artinya kita telah menjaga orang lain dari kemungkinan musibah.

Adapun saran dan masukan untuk berkendaraan ketika berlibur dengan kendaraan pribadi lewat tol adalah:

  1. Pastikan pengemudi sehat, dan tidak mengantuk
  2. Mematuhi aturan dan menjaga kecepatan
  3. Hindari kendaraan berada di belakang kendaraan besar
  4. Jangan memotong kendaraan ketika dua kendaraan di depan kita adalah kendaraan besar
  5. Pastikan bahan bakar kendaraan kita cukup
  6. Perhatikan waktu perjalanan

Semoga bermanfaat pengalaman keluarga kecilku ini.  Sekilas antara Jakarta, Bali dan Sumatra yang penuh cerita.  Kenangan yang akan terus berbekas bagi kedua buah hati kami.  Melelah iya, tetapi tergantikan dengan bahagia.  Sebab bukan hanya perjalanan, tetapi persiapan perjalanan jauh selalu kami lakukan bersama.  Inilah bonus kebahagiaan itu.

Terlebih sekarang ketika anak-anak telah remaja.  Keduanya kini bisa bergantian melek menemani papanya menyetir, atau kami bertiga melek menunggui papa anak-anak tidur sejenak di rest area.  Bukan waktu cepat sampai yang kami kejar, tetapi yang terpenting adalah selamat.

Ahh...jadi ingin berlibur lagi.  Semoga pandemi segera berakhir dan kita semua selalu berada di dalam lindunganNya.

Jakarta, 8 November 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun