Membicarakan bos itu akan asyik jika sudah berlalu, kebanyakan sih begitu. Â Termasuk aku, yang kebetulan lumayan kutu loncat bekerja di beberapa perusahaan asing dan auto atasannya Mr. Bos ekspat.
Menurutku mereka seru, karena perbedaan budaya. Â Dimulai dari bahasa, kebiasaan hingga cara pandang. Â Tetapi perbedaan inilah yang membuat kami saling belajar. Â Bahwa mereka sangat sportif, tepat waktu, menuntut kemandirian tetapi juga mengedukasi. Â Intinya, di dalam bekerja mereka menuntut profesionalisme. Â Nilai inilah yang mereka hargai, dan membuat hubungan kami bisa berlanjut sebagai teman diluar jam kantor.
Cerita lama ketika menjadi Private Secretary di sebuah perusahaan Phillipina. Â Tidak seperti pada umumnya Private Secretary, aku ini tidak suka dandan dan cenderung cuek. Â Bablas, tidak kinclong sama sekali. Â Bedak tipis dan lipstick saja andalanku, tampa alis cetar ataupun bulu mata membahana. Â Heheh...
Sangking capeknya melihat gaya tomboy cuekku, terlalu amat sering aku mendapat oleh-oleh make-up dari perjalanan dinas ke luar negeri. Â "I got something for you, my wife gave this for you dear." Â Pesannya sih begitu, tetapi ujungnya aku berikan kepada adekku. Â Hahah... aku memilih biasa-biasa saja, polos menjadi diriku apa adanya
"I am give-up," begitu kerap mereka katakan sambil geleng kepala sambil tertawa. Â Sekalipun begitu tetap saja ada oleh-oleh dari luar ataupun hadiah natal untukku. Â Bahkan hadiah di setiap ulang tahunku! Â Heheh...so sweet banget.
Iya memang manis, sebab disinilah letak persahabatan itu. Â Sekalipun aku loncat berpindah dari satu perusahaan asing ke perusahaan lainnya, mereka para eks Mr. Bos tetap menjalin komunikasi denganku. Â Mereka mendukung keputusanku ingin mengembangkan karir. Â Kami pun tetap chatingan via WA hingga saat ini. Â Sekalipun kini mereka sudah kembali tinggal di Phillipina.
Pernah sebelum pandemi satu dari mereka beberapa kali berkunjung ke Jakarta, dan menghubungiku lewat WA. Â "Hi, I'm here now. Â How about if we go for rendang. Â You could ask others if you like." Â Hahah...kocak, tetapi Mr. Bos yang ini memang sangat suka rendang. Â Maka aku pun mengumpulkan beberapa teman dan menikmati rendang favoritnya di daerah Sabang. Â "You better watch your cholesterol." Kataku bawel mengingatkannya, sebab Mr. Bos mempunyai riwayat jantung.
Hubungan asyik dan unik terus berlanjut, contohnya ketika Phillipina di lockdown. Lumayan sering mereka menanyakan kabarku, dan ujungnya kami saling bercerita. Â "How are dear, and how is your family?" Â Kami kemudian ngalor ngidul berbagi pengalaman selama pandemi ini. Â Hingga seorang diantara mereka ujung-ujungnya minta resep masakan Indonesia.Â
"Could you please write it down how to cook teri sambal and sambal goreng terasi. Â I miss badly, and my kids too." Â Ngakak habis aku mendengarnya. Â "Who is going to cook?" Â Kataku kemudian. Â "Who else do you think? Â Just give me the recipe, so I could blame you if taste not good." Â Katanya usil dengan emoticon ngakak.
Singkat cerita, aku memberinya resep, dan serius beberapa hari kemudian sebuah postingan masakan mampir di WA ku. Â "This is great, and my kids really love it. Â Thanks for the recipe." Â Katanya bahagia.
Kehebohan yang belum berakhir. Â Beberapa hari kemudian Mr. Bos yang sama datang dengan pemikiran out of the box. Â "Ehhmm...I don't know how to tell this, but I really miss emping badly. Â Do you think you could buy for me dear? Â No rush, only if the condition safe for you?"
Hiks...hiks...aku kok jadi kangen mereka yah? Â Gara-gara emping, jadi teringat usaha keras mereka mengajariku berdandan. Â Padahal mereka itu cowok dan atasanku. Â Hahahah....
Ceritaku tidak hanya itu, sebab penguasaan komputerku juga berkat Mr. Bos ekspat. Â Aku didukung penuh untuk menguasai berbagai aplikasi komputer. Â Termasuk mengalahkan angka musuh bebuyutanku. Â "Life is about learning. Â Then, keep explore yourself, and learn many things with confident. Â But, be humble always dear. Â Since this the hardest for most people." Â Katanya suatu kali ketika mampir menemaniku lembur menyelesaikan laporan statistik, sambil membawa sebungkus sate padang.Â
Jujur menurutku itu humble sekali, dan aku belajar menghargai darinya. Â Kita tidak harus menjadi tinggi hati karena merasa atasan, merasa lebih hebat, jago atau apapun.Â
"Indeed, life is about learning," dan aku beruntung memiliki atasan yang mengajariku banyak hal. Â Tidak hanya skill tetapi juga nilai hidup, yaitu persahabatan dan saling menghargai.
Jakarta, 11 Juli 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H