Menyambut 76 tahun Indonesia merdeka, mungkin terlupa oleh generasi kekinian bahwa negeri ini diperoleh tidak dengan mudah. Â Miris, membandingkan dengan kondisi saat ini ketika banyak dari kita "lupa" mencintai republik ini.
Di masa perjuangan pergerakan nasional Indonesia ketika itu banyak berdiri organisasi pergerakan nasional. Â Diantaranya Budi Oetomo (1908), Sarekat (Dagang) Islam (1905/1906, 1912) dan Muhammadiyah (1912). Â Organisasi yang berdiri dengan dasar pemikiran sederhana, agar rakyat Indonesia memiliki perubabahan taraf hidup dalam sistem pemerintah kolonial Hindia-Belanda dalam berbagai kesempatan, pendidikan, perhimpunan serikat dagang dan pendidikan sosial-agama.
Diantara organisasi pergerakan nasional di tanah air, berdiri satu nama Perhimpunan Indonesia (PI) atau yang awalnya dikenal Indische Vereeniging. Â Didirikan pada 25 Oktober 1908 di Belanda oleh Sutan Kasayangan dan R.N. Noto Suroto yang tengah mengenyam pendidikan di negeri tersebut.
Perhimpunan Indonesia adalah organisasi pertama yang menggunakan nama Indonesia. Â Dikenal fokus pada kegiatan sosial-budaya yang menyatukan pelajar Indonesia yang tinggal di Belanda. Â Tetapi, seiring waktu, organisasi ini mulai bergerak dalam bidang politik.
Tujuannya untuk memperjuangkan kedaulatan dan kemerdekaan Republik Indonesia, dimana pemerintah Indonesialah yang memiliki tanggungjawab akan rakyat Indonesia, bukan Belanda.
Berdasarkan tujuan tersebutlah, PI merangkumnya dalam tiga pokok berikut:
- Indonesia ingin menentukan nasib sendiri
- Bangsa Indonesia harus bersatu melawan Belanda
- Bangsa Indonesia harus mengandalkan kekuatan dan kemampuan sendiri
Pokok pikiran PI sebenarnya terinspirasi oleh gerakan di tanah air. Â Pembedanya, PI memperjuangkan dan menuntut menuntut kedaulatan dari mata internasional atas kemerdekaan bangsa Indonesia. Â Radikal PI menyuarakannya, dan lantang bersuara dengan semboyan, "Indonesia Merdeka, Sekarang!"
Manuver PI terbilang gencar dan bekerjasama dengan perhimpunan-perhimpunan serta tokoh-tokoh pemuda serta mahasiswa yang berasal dari negara-negara jajahan di Asia dan Afrika yang mempunyai cita-cita yang sama dengan Indonesia.
Demi mendapatkan dukungan PI ikut serta dalam organisasi internasional, seperti Liga Demokrasi Internasional di Paris (1926), Liga Penentang Imperialis dan Kolonialisme di Brusel (1927), Kongres Wanita Internasional di Swiss (1927), dan Liga Komintern di Berlin (1927).
Aktivitas ini dicium oleh pemerintah kolonial Belanda. Â Empat tokoh PI diadili dengan tuduhan menghasut untuk memberontak terhadap pemerintah maka pada pada tanggal 10 September 1927. Â Mereka adalah, Moh. Hatta, Nasir Datuk Pamuncak, Abdulmajid Joyodiningrat, dan Ali Sastroamijoyo ditangkap dan diadili. Â Meskipun kemudian terbukti tidak bersalah. Â Namun setelah itu gerakan PI terus diawasi dengan ketat oleh pemerintah Belanda.
 Bercermin dari perjalanan bangsa ini hingga ke titik saat ini, semoga kita tidak menyia-nyiakan perjuangan para pendahulu kita.
Jika mereka terbukti mampu berjuang dengan segala keterbatasan agar kita bisa terbebas dari belenggu penjajahan dan menghirup kemerdekaan. Â Miris jika kini justru kita saling menghantam satu dengan lainnya sesama anak bangsa. Â Sebab seharusnya musuh kita adalah kemiskinan dan kebodohan. Â
 Jauh hari para pendahulu kita telah mempersatukan kita adalah sama, Indonesia.  Tanpa melihat kesukuan dan agama.  Sejatinya kita bersatu mengisinya dengan membangun negeri ini.  Mewujudkan mimpi pendahulu kita membawa harum nama Indonesia di mata dunia internasional.
Â
Jakarta, 28 Juni 2021
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H