Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Serba-serbi Hamper dan Parsel di Indonesia

8 Mei 2021   01:01 Diperbarui: 8 Mei 2021   01:07 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.idntimes.com/

Hari Raya Idul Fitri semakin dekat.  Tetapi sayang, seperti juga tahun lalu pandemi masih membatasi kerinduan keluarga Indonesia untuk bersilahturahmi.  Sehingga sebagian orang nampaknya mewakili kehadirannya dalam bentuk hamper atau parsel.  Rasa bahagianya tentu tidak sama.  Tetapi, kita harus bisa berkompromi dengan zaman dan kondisi.

Tradisi parsel bukan hal baru bagi kita.  Tetapi, istilah hamper belakangan inilah yang membuat sedikit berbeda.  Pertanyaannya apakah keduanya sama ataukah sebaliknya?

Jika kita merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), parsel memiliki arti "bingkisan yang berisi berbagai hadiah, misalnya aneka kue, makanan dan minuman dalam kaleng, bahkan barang pecah belah.  Kesemuanya ditata apik, menarik dalam keranjang dan dikirimkan kepada kerabat atau keluarga di hari raya.  Sedangkan isitilah "hampers" pada KBBI, berarti "parsel".   Sehingga dengan demikian hamper dan parsel berarti sama.

Tetapi tidak demikian yang termuat dalam kamus Cambridge.  Dijelaskan pada Cambridge Dictionary, hampers berarti sebuah boks atau kotak yang berisi makanan dan minuman, yang biasanya diberikan sebagai hadiah di hari raya, misalnya Natal ketika itu.  

Sedangkan parsel bermakna suatu benda atau kumpulan benda yang dibungkus kertas, terutama agar bisa dikirim lewat pos.  Sehingga sedikit berbeda arti disini.

Diketahui budaya mengirimkan hampers sudah muncul di Prancis pada abad 11.   Ketika itu hamper atau parsel dibuat dari keranjang anyaman yang umumnya dari kayu willow.  Isinya adalah makanan dan minuman untuk dibawa berburu atau saat melakukan perjalanan jauh.

Lalu bagaimana parsel di Indonesia?  Tentunya di setiap negara menyimpan ceritanya sendiri.  Sedangkan di Indonesia, budaya parsel sudah dimulai sejak zaman penjajahan.  

etapi, ketika itu dilakukan oleh wanita Indonesia untuk mengirimkan makanan kepada pasukan di garda depan.  Kebiasaan yang kemudian berlanjut dan berkembang dilakukan terus hingga momen hari besar, seperti Idul Fitri, Natal, dan momen spesial lainnya.

Indonesia sendiri memang sudah lekat dengan tradisi dan budaya saling berbagi.  Kita tentunya hingga kini tidak melupakan tradisi saling mengirim ketupat beserta opor dan rombongannya.  Bukti bahwa bangsa kita memang memiliki tradisi berbagi kebahagiaan sudah sejak lama. 

Sehingga menurutku kehadiran parsel dan hamper hanyalah bentuk lain atau modifikasi dengan sentuhan luar, dan lebih memungkinkan karena kita dapat saling berkirim walau dipisahkan oleh jarak jauh sekalipun berkat jasa kurir pengiriman.

Berkirim parsel dan hamper selalu menyenangkan.  Kecantikan kemasan hamper dan parsel kerap mencuri hati.  Sering kita begitu tergoda dan bingung memilih yang terbaik untuk dikirimkan.  Tetapi, justru lupa hal yang perlu diperhatikan saat mengirimkan hamper ataupun parsel, yaitu:

  1. Budget, hal terpenting karena kita juga harus realitis memberi sesuai kemampuan.  Sebentuk perhatian tidak bisa diukur dengan angka.  Artinya, terpenting adalah niat tulus, dan bukan nilai rupiahnya.

  2. Jenis parsel atau hamper, perlu disepakati dulu ingin mengirimkan hamper atau parsel, dan pastikan juga isinya.  Mengingat saat ini isinya pun bermacam, ada yang berupa makanan, dan berupa barang pecah belah.  Bahkan di masa pandemi ini ada parsel unik yang berisi kebutuhan seperti masker, sanitizer dan disinfektan.

  3. Tanggal pengiriman, harus diperhitungkan karena jika terlalu dekat menjadi sulit untuk pengiriman.  Sebagai contoh, salah satu bakery ternama memberikan batas pengirman parsel atau hamper 1 minggu diterima setelah pembelian si pengirim.

  4. Memilih toko yang terjamin, agar parsel atau hamper yang dikirimkan memiliki kualitas produk terjamin, tidak kadaluarsa ataupun gagal dalam pengiriman.

Pengalaman inilah yang baru saja aku alami bersama beberapa teman.  Kami begitu rindu ingin berbagi kebahagiaan di saat Lebaran.  Tetapi keterbatasan budget dan gerak sempat membuat kami panik, dan mencoba mencari solusi lewat pemesanan online.  Hanya saja, pemesanan online pun memiliki keterbatasan waktu pengiriman, dan inilah yang baru ketahui.  Pelajaran berharga untuk kami kedepannya nanti.

Satu hal yang pasti hamper dan parsel adalah bentuk kehadiran kita untuk ikut berbahagia walau dipisahkan oleh jarak.  Sehingga keterbatasan budget janganlah menjadi sandungan.  Kita sesuaikan saja dengan kondisi yang ada.

Ingat, bukan rupiah yang menjadi takaran kebahagian di Hari Raya Idul Fitri nanti, tetapi perhatian yang tulus dari hati yang bersih.  Terlebih karena kita masih diberikan kebersamaan di Idul Fitri tahun ini, sekalipun tidak secara fisik.

Jakarta, 8 Mei 2021

Sumber

Tirto Id

Tirto Id

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun