Kami pun duduk, dan aku benaran menjadi nyamuk. Â Tetapi enggak juga sih, karena di tengah pembicaraan mereka, sesekali mereka menanyakan aku mau apa lagi.
Parah kataku dalam hati, bisa meledak perutku. Â Lagian mereka kok jadi papa dan mama yang sibuk memperlakukan aku seperti anak mereka saja. Â Tetapi, aku memang ambil kesempatan sih, pilah pilih menu ringan. Â Maklum pilihan resto tempat janjian sahabatku ini terbilang mewah. Â Aku saja baru pertama kali, dan jadi yang terakhir karena tidak pernah lagi hingga kini.
Lha iyalah mewah, karena cowok temuannya ini seorang pengacara yang tergabung di law firm pengacara papan atas negeri ini. Â Itu sebabnya juga, sahabatku mulai terlihat ngantuk. Â Wajahnya terlihat tersiksa. Â Sementara si cowok asyik saja ngoceh dengan berbagai bahasa hukumnya.
Hahah...iya, ngantuk dan capek pastinya sahabatku. Â Memasang topeng senyum sebab topik pembicaraan cowoknya itu hanay kasus yang ditanganinya. Â Amat sangat membosankan! Â Aku saja yang dengar sekilas bosan. Â Apalagi sahabatku yang harus pura-pura memperhatikan, dan sesekali bersuara oo.... Â Ngakak dalam hati aku sambil menghabiskan ice cream rhum and raisin pilihanku. Â Nggak kebayang kalau aku tidak ikutan, bisa tertidur pulas benaran sahabatku ini.
Jujur sebagai nyamuk saja aku ngantuk berasa mendengar dongeng. Â Untung saja boleh pilih ini dan itu. Â Tetapi, sempat juga aku mengamati penampilan cowoknya itu, harum, rapi dan teratur sekali. Â Sangat berbeda dengan kami berdua yang rada tomboy walau kami berdua ini sekretaris.
Ceritaku ini belum termasuk ketika sesekali ditanyanya diriku, dan ujungnya bla...bla...menasehati kami. Â Duhhh....capek deh, berasa ada kabel yang putus, karena nggak nyambung.
Jujur tidak ada yang salah sih dengan si pengacara ini. Â Tetapi, latar belakang, karakter dan umur sepertinya cukup membuat semua jadi bersalahan. Â Meski sebenarnya harus diakui dia ini laki-laki yang baik, dan terpelajar. Â Tetapi jodoh memang unik karena tidak ada aturan baku yang pasti.
Singkatnya dengan susah payah, akhirnya sahabatku berhasil mengakhiri kondisi horor tersebut. Â Kamipun sesegeranya meninggalkan tempat. Â Menghindar tawaran baiknya mengantar kami pulang. Â Hahah.. Di perjalanan kami berdua tertawa habis. Â Berasa lega, dan hilang seluruh rasa kantuk.Â
Tidak ada kelanjutan dari kencan pertama sahabatku. Â Lebih tepatnya, sahabatku yang selalu menghindar dari telepon si pengacara. Â Heehe....sedang aku aman terkendali. Â Menolak tegas ketika ditanya nomorku. Â Lha...untuk apa, aku juga tidak kenal dia sih. Â Peranku khan hanya jadi nyamuk disana. Â Heheh...
Jakarta, 27 April 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H