Mengumbar hal pribadi menjadi konsumsi umum akan membuat orang berpikir bahwa kita bukan seseorang dengan pribadi yang baik karena begitu mudah membuka konflik pribadi di ranah publik.
Semakin banyak orang tahu masalah pribadi kita, maka semakin besar juga kemungkinan menjadi bahan perbincangan publik. Kemungkinan yang terjadi akan ada 2, yaitu mendapatkan dukungan atau dipermalukan.
Perlu diketahui, ada pendapat orang yang lebih memilih atau lebih suka curhat di media sosial mengenai masalahnya, umumnya karena ingin mencari dukungan untuk dirinya sendiri. Â Bisa jadi mereka masuk kelompok orang yang susah bersosialisasi dan interaksi. Â Tetapi, bisa juga cari perhatian alias caper.Â
Sekedar mengingatkan, apapun yang menjadi alasan seseorang curhat atau posting persoalan pribadi menjadi konsumsi publik tidak dapat dibenarkan.
Manusia adalah makhluk sosial, yang memiliki akal dan budi. Â Keduanya sangat penting berjalan parallel. Â Maksud menggunakan akal, apa iya jika aib dibongkar akan mendapatkan jawaban? Â
Apakah dunia maya menjadi solusi satu-satunya, sementara jauh sebelumnya manusia terbiasa untuk berkomunikasi langsung. Â Bertemu, duduk dan membicarakan permasalahan yang ada untuk mencari solusi.
Menggunakan budi, maksudnya kita gunakan hati nurani dengan juga mempertimbangkan perasaan. Â Bahkan dianjur sekali, untuk menahan emosi dan gejolak karena sikap yang menggebu-gebu tanpa mendengarkan hati sering berujung penyesalan. Â
Jangan karena satu persoalan, justru menjadi melukai banyak hati.
Tidak ada manusia bebas persoalan. Â Tetapi tidak ada persoalan yang tidak bisa diselesaikan. Â Semua berpulang ke masing-masing pribadi.Â
Sangat penting mengendalikan diri. Â Boleh marah atau kecewa sesaat karena itu manusiawi sekali. Â Tetapi, janganlah lonjakan emosi mengundang persoalan yang baru. Â Masalah ada untuk diselesaikan, bukan dipublikasikan. Â Tunjukkan nilai atau diri kita lewat sikap ketika menghadapi persoalan.
Jakarta, 9 Maret 2021