Tidak ingin merayakan, tetapi Covid sudah setahun di negeri ini. Â Setahun yang menyiksa, karena menghancurkan segalanya. Â Jika mengatakan airmata, maka tidak terkata nama yang pergi meninggalkan kita. Â Mereka adalah sahabat, orang tua, anak, keluarga, atau sekedar nama yang pernah akrab di keseharian kita. Â Ujungnya tetap saja airmata kesedihan kita semua.
Pertanyaannya, kapan ini berakhir? Â Jawabannya tidak tahu! Â Tetapi yang pasti kerusakan akibat pandemi selain nyawa juga menghantam kehidupan, dan itu nyata! Â Seluruhnya hancur dan luluh lantak! Â Bahkan mereka yang berhasil sembuh dari Covid bukan berarti aman.
Inilah yang mungkin tidak diketahui oleh banyak orang. Â Sembuh dari Covid bukan berarti aman terkendali. Â Ketahuilah, para penyitas Covid harus dihadapkan dengan kehidupan baru! Â Kondisi kesehatan mereka sangat jauh berbeda, dan sangatlah tidak lagi seperti dulu. Â Efek inilah yang dirasakan, dan dikenal sebagai fenomena long Covid.
Menurut pengakuan para penyitas Covid atau survivor Covid, umumnya mereka merasakan kelelahan, sesak napas, atau bahkan nyeri pada otot terus-menerus sebagai kondisi efek jangka panjang yang belum diketahui sampai kapan dirasakan. Â Bahkan ada juga yang mengatakan merasakan kerontokan rambut.
Perlu diketahui, bahwa virus SARS-CoV-2 meskipun menyerang sistem pernapasan, tetapi kerusakan yang disebabkannya bisa terjadi pada organ tubuh lainnya. Â Virus Covid ini bisa merusak hati, jantung, pembuluh darah, ginjal, dan saluran pencernaan. Â Sehingga inilah yang pada beberapa kasus berujung kematian. Â Dinyatakan negatif Covid setelah terpapar, tetapi kerusakan akibat viruslah yang membawa kematian. Â Hal yang sama bagi para survivor, banyak dari mereka yang sembuh mengalami efek.
Masyarakat Indonesia pasti mengenal "Pasien 01" Sita Tyasutami, begitu identitas pasien pertama ketika kali pertama Indonesia dipastikan telah terpapar Covid. Â Menurut pengakuannya setelah setahun "sembuh" dari Covid, tetapi kondisi tubuhnya dirasakan menurun. Â Setidaknya Sita merasakan ini pada Januari 2021 lalu. Â Kemudian memutuskan untuk memeriksa dirinya ke dokter.
"Tiba-tiba mulai Januari tahun ini tuh, saya drop terus gitu. Kemarin sampai sakit empat minggu sakit. Â Seminggu sakit, seminggu sembuh, seminggu lagi sakit, begitu. Â Jadi sampai akhir Februari 2021 ini sudah lima minggu sakitnya," kata Sita kepada Kompas.com. Â Dikutip dari: kompas.com
"Aku cek darah kan. Â Jadi memang ada pengentalan darah yang biasanya itu dialami oleh banyak, sepertiga atau dua pertiga dari penyintas Covid-19. Â Dan itu yang bikin ngos-ngosan, bikin stamina drop," jelasnya. Â Dikutip dari: kompas.com
Mungkin inilah bagian dari edukasi yang harus disosialisasikan dan dipahami oleh masyarakat awam. Â Bahwa ada fenomena long Covid yang sebagian besar ditemukan pada mantan pasien atau survivor Covid-19 dengan gejala sedang, berat, dan kritis. Â Memang, sejauh ini belum ditemukan apakah ada efek sembuh Covid yang dirasakan oleh mereka yang masuk kategori terinfeksi Covid-19 tanpa gejala (OTG).
Perlu dipahami oleh kita bersama bahwa fenomena long Covid bukan berarti karena masih ada virus yang tersisa. Â Di dalam bahasa medis, ini disebut sequelae yang berarti gejala sisa yang muncul setelah dinyatakan sembuh
Kondisi atau efek ini juga dirasakan oleh penyitas Covid, Lektor Kepala di Divisi Mikrobiologi Medik FKH Institut Pertanian Bogor (IPB) Eko Sugeng Pribadi, yang merasakan kondisinya menurun sebagai efek terpapar. Â Menurutnya, susah bernafas panjang, batuk, tak lagi sanggup mendaki anak tangga, kakinya terlampau lemah untuk mengangkat tubuh, dan nafasnya pendek-pendek.
Hal sama juga diakui oleh penyitas Covid, Wali Kota Bogor, Bima Arya Sugiarta yang merasakan stamina tubuhnya tidak lagi seperti sebelum terpapar.
"Ada dua yang sering saya rasakan, pertama adalah mudah lelah. Kalau dulu mah nggak ada cerita, sekarang waktu sore saya harus mulai atur. Kedua semriwing-semriwing, rasanya merasa demam dan meriang tetapi suhu badan normal," ucap Bima. Â Dikutip dari: cnnindonesia.
Di lingkungan saya, menurut cerita sahabat, seorang penyitas Covid bahwa dirinya jauh lebih mudah lelah. Â Kembali menurutnya, sejak dinyatakan sembuh maka rutin beberapa kali harus kontrol kesehatan dikarena kondisi tubuhnya yang sudah tidak prima seperti dulu.
Bahkan ada pengakuan berbeda seorang teman, ada penyitas yang mengalami efek memprihatinkan kehilangan indera perasa dan penciumannya secara permanen.Â
Covid adalah sesuatu yang nyata! Â Segala upaya telah dilakukan pemerintah untuk memeranginya, termasuk dengan vaksin dan Terapi Plasma Konvalesen (TPK). Â Fakta bahwa, setelah sembuh ada kondisi yang harus dijalani harusnya membuat kita bertanggungjawab terhadap diri masing-masing. Â Ada baiknya, memperhatikan protokol kesehatan, tingkatkan gaya hidup sehat dan ambil bagian ikut vaksin
Hidup dan kehidupan ini terlalu berharga untuk dikorbankan karena arogansi dan ketidakpedulian. Â Fakta Covid membawa kematian, dan sembuhpun membuat kehidupan menjadi berbeda, harusnya membuat kita bertangggungjawab. Â Menghargai apa yang kita miliki saat ini, hidup dan kehidupan.
Jakarta, 6 Maret 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H