Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Dulu Diseleksi, Sekarang Menyeleksi

27 Februari 2021   03:39 Diperbarui: 27 Februari 2021   03:58 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://lifestyle.okezone.com/

Belajar dari pengalaman, begitu kata orang. Kalimat sakti ini seperti mantra bagi para pencari kerja, termasuk aku dulu. Yup, dulu setiba di Indonesia setelah kuliah di negeri orang, gampang banget aku diterima kerja. Puji Tuhan, hanya sebulan pulang, langsung mendapat kerja.

Heheh...apa lagi sebabnya jika bukan karena aku lulusan luar. Setidaknya hati kecilku bilang, inilah yang melancarkan semua urusan. Fakta ini paralel dengan pengalamanku selanjutnya pindah tempat bekerja. Selalu perusahaan asing yang tertarik memanggilku.

Kocak, apa bedanya lulusan luar dan dalam, pikirku. Tetapi, begitulah masih banyak perusahaan Indonesia "ngeri" karena beranggapan lulusan luar, ataupun yang pernah bekerja di perusahaan asing pastinya akan banyak tuntutan karena pengalamannya itu menjadi nilai tambah. Wokeh lupakan pengalamanku sebagai pelamar atau pencari kerja.

Seiring waktu, tugasku menuntut lebih sebagai asisten pribadi ekspatriate. Termasuk salah satunya adalah menyeleksi pelamar kerja. Ehhhmmm...kok bukan HRD yang menyeleksi?

Inilah yang aku alami bekerja dengan ekspatriate atau biasa mereka menamai diri user alias atasan langsung, atau yang berkaitan dengannya nanti. Maka mereka ekspatriate ini lebih mempercayakan aku menyeleksi Curriculum Vitae.

Mabok iya, karena satu persatu harus diperhatikan. Kalau aku, mataku ini akan segera mencari rekam jejak alias pengalaman kerja. Barulah kemudian deretan gelar dan terakhir foto pelamar.

Nah, ada yang menarik soal foto pelamar. Ketika aku tinggal di luar dan sempat bekerja, waktu itu saat melamar aku menyertakan pass photo, karena begitulah di Indonesia. Tetapi, ternyata berdasarkan pengalamanku disana, mereka bilang untuk apa. "We need your skill, and off course your character."

Benar juga, di luar tidak seperti di Indonesia yang masih dominan melihat fisik atau penampilan, sekalipun posisi tersebut tidak mengharuskan. Seandainya untuk posisi Customer Service atau Teller misalnya, penampilan penting karena bagian dari image perusahaan. Tetapi, jika untuk backoffice atau IT, apa iya penting?

Maka inilah yang aku lakukan, bagiku penampilan dan gelar tidak prioritas! Aku lebih memilih rekam jejak, dan karakter! Jadi yang aku lakukan adalah memilah-milah CV yang ada, dan kemudian aku sendiri yang melakukan panggilan lewat telepon!

Kenapa aku dan bukan resepsionis atau HRD yang melakukan, adalah untuk memastikan bahwa si pelamar komunikatif dan memiliki kapasitas yang mumpuni untuk posisi yang dilamar. Mengenai deretan gelar tidak menjadi inti pembicaraanku di telepon. Tetapi aku lebih tertarik mendengarkan pembicaraannya. Penting bagiku memilih orang yang rendah hati, selain juga berwawasan.

Aku meyakini, di dalam perusahaan kita ini team work. Itu sebabnya orang-orang yang bekerja haruslah memiliki karakter yang baik. Selain tentunya dari nada suaranya kita bisa menangkap semangatnya dan sekilas tentang kepribadiannya. Jika dirasa cocok olehku, barulah mereka ini aku rekomendasikan kepada para ekspatriate atau user atasanku untuk selanjut bertemu.

Di pertemuan ini kemampuan bekerja harus dipastikan mumpuni oleh user. Tetapi, aku juga memperhatikan kemampuan komunikasi, sikap dan bahasa tubuh mereka. Ini sangat penting karena pembicaraan di telepon belum tentu sama dengan aslinya saat tatap muka. Sekali lagi, aku memilih orang-orang yang tentunya jujur, cakap dalam bidangnya, komunikatif dan pastinya bisa bekerjasama.

JIka semua tahapan sudah terlewati, maka bersama user, kami memilih beberapa kandidat berdasarkan prioritas. Merekalah yang nantiya akan diproses lebih lanjut oleh HRD, masuk ke detail gaji dan fasilitas yang ditawarkan.

Inilah aku ketika menyeleksi pencari kerja. Bagiku gelar berderet dalam dan luar negeri bukan prioritas. Tetapi, pengalaman dan karakter sangatlah penting, karena orang yang memiliki karakter baik dan semangat bekerja akan memudahkan untuk maju. Ketimbang orang yang merasa dirinya pintar tetapi ujungnya jadi beban.

Bahkan di posisi tertentu, terbuka untuk lulusan baru tanpa pengalaman sekalipun. Asalkan ketika aku hubungi dan ketika bertemu, aku menangkap hal baik darinya.

Meminjam kata orang, "Jenius adalah 1 persen inspirasi dan 99 persen keringat." Ini artinya, kerja keras lebih penting, ketimbang gelar berbaris rapi sekalipun.

Jakarta, 27 Februari 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun