Pandemi Covid dengan segala persoalannya sudah tidak terkatakan. Â Tidak ada satu orang pun di dunia ini yang menikmati keberadaan si Covid di muka bumi ini. Â Harusnya nyaris setahun kita berperang dengan Covid, maka tidak perlu lagi mencari kambing hitam siapa yang harus dipersalahkan.
Semua dibuat susah dan semua dibuat puyeng! Â Idealnya kita berusaha membuat kondisi tidak nyaman ini menjadi "nyaman" dengan segala kesulitannya.
Mari kita lihat dunia pendidikan yang "terpaksa" membuat anak-anak harus belajar secara online, atau yang kita kenal dengan istilah Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Jujur saya harus katakan bahwa yang dilakukan pemerintah melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan luarbiasa harus diapresiasi. Demikian juga seluruh tenaga pengajar yang dengan segala keterbatasannya berusaha membuat anak-anak bisa belajar.
Apakah sempurna?
Baik saya jawab tidak! Â Kita mengalami banyak persoalan, dimulai dari kemampuan tenaga pengajar yang gaptek alias gagal tekhnologi, persoalan kuota dan gadget, juga masalah signal. Â Apakah pemerintah diam saja?
Maaf, saya harus jawab tidak! Â Segalanya telah diupayakan pemerintah untuk anak-anak Indonesia. Â Demikian juga para guru berusaha habis-habisan kerja keras mengejar teknologi dan membuat berbagai video materi pembelajaran.
Tetapi saya sangat sedih, marah dan campur aduk karena orang tua masih saja berisik, "Ibu kepsek, Ibu Guru kapan sih anak-anak tatap muka? Â Bu, kalau begini caranya anak-anak tidak maksimal. Â Ibu, saya ini bukan guru. Â Saya tidak bisa mengajari anak bu, bagaimana ini?"
Baik, sekarang mari kita lihat apa yang terjadi di group Whatsapp (WA) anak-anak. Â Saya kebetulan sejak dulu terbuka dengan anak-anak. Â Saya selalu berbagi cerita dengan mereka, demikian juga mereka kepada saya. Â Sehingga dengan seijin mereka, diperbolehkan membaca seluruh isi WA tanpa persoalan. Â Tanpa itu pun, kedua anak saya selalu menceritakan apapun yang mengganjel di pikiran mereka.
Inilah yang kembali kumat curhat si bungsu setelah beberapa waktu lalu mengalami "cyber bullying" karena selalu dimintai temannya untuk menyerahkan hasil tugas-tugas yang diberikan guru. Â Sempat temannya itu berhenti "menekan" tetapi sesekali suka kumat juga belakangan ini.
Nah, shock ketika si bungsu kembali menceritakan percakapan di group WA, ada dua temannya komplain tidak suka PJJ. Â Menanyakan kapan sih bisa segera tatap muka. Â Kemudian mengatakan mereka sama sekali tidak mengerti selama ini. Â Keberatan dengan tugas yang menurut mereka menyiksa, padahal mereka tidak mengerti.