Hi Diary, aku kok jadi ingin curhat sih ke kamu. Â Berbagi sedikit keseruan dalam hidupku yang penuh kejutan. Â Lagi-lagi ini ulah Kompasiana karena mengangkat topik LDR (Long Distance Relationship) menyambut Valentine yang kali ini direcokin pandemi.
Sssttt....soalnya begini loh diary, kebetulan tanggal 2 Februari lalu aku dan pasangan baru merayakan 19 tahun perjalanan cinta kami. Â Heheh...tadinya aku tidak mau menuliskannya dalam artikel. Â Tetapi topik LDR membuat aku ngakak ingat perjalanan pernikahan kami hingga ke detik ini.
Percayalah, tentang LDR aku layak dapat summa cum laude! Â Hahhahah...becanda diary. Â Tetapi dengar dulu ceritaku tentang 19 tahun lalu ketika aku dan pasangan menikah. Â Waktu itu tahun 2002 Jakarta dilanda banjir besar. Â Monggo googling banjir besar Jakarta di tahun 2002! Â Wuiihhhh....keseruannya tiada taranya!
Kocak, ada loh tamu yang menghadiri pesta kami numpang gerobak! Â Bahkan salah seorang atasanku seorang expatriates rela mobil mewahnya terendam parah. Â Apalagi kalau bukan demi menghadiri pesta pernikahan sekretarisnya yang gokil ini. Hahah... begitulah kenangan, selalu menyimpan ceritanya sendiri dan menjadi manis akhirnya.
Lalu setahun kemudian pasanganku harus bertugas di Surabaya. Â Sedangkan aku sementara waktu di Jakarta bersama orang tua. Â Meriah, dan sangat meriah karena disaat kehamilan anak pertama. aku harus menjalani sendiri. Â Hanya jika suamiku sedang off 2 bulan sekali maka dirinya akan menemaniku ke dokter kandungan. Â Selebihnya, hehehhe...aku sendirianlah!
Ingat banget waktu itu zaman blackberry, maka jadilah setiap hari kami saling menanyakan kabar via BB. Â Termasuk pasanganku menanyakan hari ini sedang kepingin makan apa? Â Lalu ditanyanya, sudah kesampaian belum? Â Hehehe...lucu nggak sih? Â Aku yang ngidam, tetapi aku juga yang cari sendiri.
Hikkss...harusnya sih sedih, tetapi enggak tuh. Â Mungkin karena suamiku selalu menanyakan kabar kebangetan rutin. Â Kebetulan juga aku ini tipikal cuek, dan tidak menuntut banyak dari pasangan.
Menurutku, kondisi yang ada sudah cukup sulit untuk kami. Â Jadi untuk apa juga pikiran dipenuhi dengan narasi khayalan nggak penting. Â Harus saling jaga dan saling percaya, begitu saja supaya pikiran tidak teracuni yang aneh-aneh.
Kamu tahu diary, sangking jagoannya aku, ketika melahirkanpun aku pergi sendirian ke rumah sakit. Â Hahahah...
Begini ceritanya, sebulan sebelum jadwal perkiraan aku melahirkan, suami sudah bicara ke dokter kandungan kami. Â Memberikan kepercayaan penuh kepada dokter jika ada tindakan medis yang harus dilakukan. Â Maka jadilah aku pergi melahirkan sendirian. Â Iya, aku harus caesar karena nampaknya anak pertama kami kebangetan betah dikandungan.
"Mama, bapak, besok aku mau melahirkan. Â Jadi aku akan nginap di rumah sakit selama 4 hari 3 malam untuk caesar," pamit aku kepada orang tua sehari sebelum berangkat ke rumah sakit. Â Sambil menjelaskan bahwa suamiku akan menyusul sesegeranya dari Surabaya.