Dunia memang aneh, karena berdasarkan pengalaman jika dicari pasti sulit menemukan. Â Nah, jika tidak suka, justru itu pula yang harus disukai! Ini benaran kejadian dengan aku yang sangat, amat tidak suka dengan angka!
Sejak di bangku sekolah, aku tidak suka angka. Â Padahal bukannya nyombong, nilai matematika aku sih boleh deh dibingkai karena cakep banget! Â Hahah...tetapi, tidak untuk pelajaran fisika dan kimia, yang...ah...sudahlah lupakan saja. Â Hahah...
Aneh memang, serba nanggung. Â Mata pelajaran matematika dan biologi wokeh, tetapi fisika dan kimia hanya di skala cukup. Â Itu sebabnya, aku menghindari berurusan dengan angka! Â
Di dalam segalanya aku menghindarinya bablas! Â Bahkan ketika di bangku kuliahpun sebisanya aku menghindari tidak mau berurusan dengan angka. Â Sayangnya, Tuhan iseng denganku karena di jurusan yang aku ambil Business Administration terpaksa harus belajar Akunting!
Terus nilaiku jeblok dong? Â Tetttt....salah! Â Nilaiku kebangetan sempurna, dan ini bahaya sekaligus nyebelin. Â Kebetulan aku berkuliah di negeri orang, dan jika nilaiku sempurna artinya aku bakalan segera pulang ke Indonesia. Â Persoalannya, aku sedang menikmati kerja sambilan di sebuah kantor pengacara (Solicitor).
Singkat cerita, dengan nakal di semester berikutnya aku sengaja menggagalkan 2 modul dari 4 modul mata kuliah Akunting agar aku bisa memperpanjang masa tinggalku di Melbourne. Â Tidak gampang pastinya, karena untuk ulahku ini sempat dipanggil Imigration yang mencium aroma isengku. Â
Tetapi mereka tidak bisa berbuat selain memberikan tambahan visa studentku. Â Berjalannya waktu maka selesailah kuliahku dan kembali ke tanah air.
Aku masih seperti yang dulu, tidak suka angka! Â Itulah yang aku katakan di wawancara pekerjaanku di sebuah kantor asing. Â "I am weak on calculating," begitu jawabku ketika ditanya apa kelemahanku.
Apakah aku selamat karena jujur? Â Enggakkkk....aku justru kecemplung! Â Tidak butuh lama untukku sejak pulang ke tanah air langsung diterima bekerja di perusahaan asing tersebut. Â
Simsalabiimmmm....jadilah aku Private Secretary, tetapi posisiku mengharuskan berurusan dengan tender, yang artinya angka, angka, dan angka! Â Nyesek di dada rasanya, tapi semangat mengalahkan segalanya.
Sssttt......aku sampai keringat dingin ketika pertama kali mengerjakan tender. Â "Gilee...kalau gua salah hitung, selesailah hidup gua," kataku dalam hati. Â Gara-gara itulah, mungkin beribu kali aku mengulang dan mengulang menghitung supaya tidak salah. Â Bahkan rela pulang hingga subuh demi memastikan tender yang aku siapkan dijamin gurih, dan menang!
"See, you can do it perfectly," begitu kata atasanku yang sesekali menyempatkan mampir tengah malam ke kantor. Â Tentunya ada saja yang dibawanya, sate ayam, nasi goreng atau apa saja agar aku semangat. Â So sweet memang, tetapi aku jantungan karena memang tidak suka angka.
Berjalannya waktu, seperti kutu loncat aku pindah dari satu perusahaan asing ke perusahaan asing lainnya. Â Maaf yah, bukan tidak betah, tetapi aku mau cari pengalaman dan "peningkatan" segalanya yang bukan berat badan pastinya. Â Hahah... Â Hikss...mau jerit kencang-kencang karena lagi-lagi kena angka dan angka. Â
Menurut mereka, aku itu sebenarnya teliti dan rinci. Â Tidak bisa dan takutnya aku cuma ada di kepala saja. Â "Don't limit yourself." Begitu pesan mereka memotivasiku selalu.
Selesai sudah episode Private Secretary, karena aku memutuskan fokus mengurusi keluarga. Â Tetapi, rombongan angka terus mengejarku. Hahah...tobat deh!
Selain menjadi ibu rumah tangga, kemudian aku terlibat di beberapa kegiatan. Â Pikir punya pikir bagus juga agar menambah teman, dan selalu updated. Â Setengah mati aku berusaha untuk jadi anggota saja, biar aman pikirku.
Tetttt....gagal maning! Â Aku justru kebagian porsi ngeri! Â Jika tidak jadi ketua, maka aku kebagian posisi bendahara. Â Yup, lagi-lagi harus berurusan dengan angka dan segala hitung menghitung yang bikin jelimet. Â Ditolak saja? Â Udah, sudah aku coba tetapi akunya yang gagal menghindar. Â Meski memang sejauh ini semua kepercayaan itu bisa aku emban dengan baik.
Lelucon anakku yang selalu isengin emaknya, "Bagaimana mama? Â Mama nggak suka angka, nggak suka hitung kita sih percaya. Â Tetapi persoalannya, angka suka mama, gimana dong?" Â Hahaha...lalu keduanya kompak mentertawakanku sambil mencolek pipiku.
Please deh, tetapi semakin aku tidak suka, maka semakin aku harus berhadapan dengan angka dan hitung menghitung.Â
Sejauh aku menghindar, justru menjadi semakin dekat. Â Apakah ini termasuk sweet karma atau tidak, yang jelas perjalanan waktu membuatku semakin percaya diri. Â Mungkin ini yang dikatakan dengan "You can run, but you can't hide." Â Hahahha...aku nyerahhh...mending let it flow sajalah.
Jakarta, 13 Februari 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H