Kepada kamu yang pernah singgah. Â Kamu yang bukan sekedar nama. Â Tetapi cerita tentang sebuah masa. Â Usia belia kita yang mengenal cinta. Seandainya memang itu adalah cinta, aku kini terluka. Â Kita pernah merajutnya dengan warna. Â Aku menyebutnya bahagia.
Kamu yang pernah singgah. Â Saat bayangmu mampu buatku tersipu. Â Seperti dirimu yang tak sanggup sembunyikan rona bahagia. Â Apa namanya jika bukan cinta. Â Tak perlu kata, kecuali hanya ingin berdua.Â
Cinta membuat kita mengenal rindu. Â Membenci waktu yang tak pernah menunggu. Â Sehari tak bertemu dunia terasa runtuh. Â Menantimu adalah hal terindah. Â Sekalipun hujan saat itu membasahi sekujur tubuh.
Tetapi cinta itu tak terucap. Â Kamu yang pernah singgah tak pernah berkata. Â Aku tak pernah bertanya. Â Seandainya waktu yang memisahkan kita. Â Haruskah dirimu pergi tanpa kata pisah.
Kamu yang pernah singgah. Â Kamu yang datang lalu pergi. Â Aku bahagia ketika kita bertemu. Â Aku menangis ketika kita berpisah. Â Tak menyesali kenangan kita. Â Karena aku menyimpan namamu dengan cinta.
Kamu yang pernah singgah. Â Adakah sungguh aku singgah di hatimu, menumbuhkan rindu seperti yang ku rasa. Â Izinkan waktu membawaku bertemu. Â Tidak untuk memiliki, sekedar bertanya mengapa dirimu pergi setelah cinta itu bersemi.
Jakarta, 27 Januari 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H