Ehhhmmm....berbisnis dengan teman atau mungkin keluarga memang menarik. Â Tetapi, kalau untukku lebih banyak ngeri-ngeri sedapnya, karena kalau untung everybody happy. Â Nah, bagaimana dengan kalau buntung, apa tidak creppy? Â Apalagi, ada pepatah mengatakan rupiah tidak kenal saudara! Â Kebayang dong, apalagi teman? Â Nah, disinilah yang ngerinya menurutku.
Pengalaman pribadi, pernah mencoba berbisnis dengan teman. Â Sebenarnya sih tidak murni bisnis, karena ini menyangkut kegiatan amal galang dana. Â Bukan hanya sekali, tetapi beberapa kali aku meminta bantuan temanku ini yang memang memiliki usaha konveksi.Â
Persahabatan kami sudah hitungan belasan tahun. Â Ini yang membuatku memberanikan diri mencoba dagang dengan meminjam barangnya. Â Heheh...gokil, dagang tanpa modal memang, karena temanku kebangetan baik dan percaya saja denganku.
Campur beberapa baju model baru dan lama diberikan begitu saja, tanpa jaminan uang sepeserpun! Â Segambreng pakaian yang dikemas rapi dalam plastik terpisah, beserta daftar harganya diberikan ke aku tanpa dibatasi waktu kapan harus dikembalikan! Â Pesannya, "terserah mau dijual berapa. Â Pokokek dari aku harganya seperti di daftar. Â Nanti balikan sesuai harga aku wae." Â Heheh...dan itu murmer alias murah meriah!
Singkat cerita, berdaganglah aku untuk menggalang dana. Â Tidak ada masalah, semua berjalan lancar. Â Modal dagang diberikan sesuai hak temanku, dan selisih keuntungan dagang menjadi bagian dari penggalangan dana. Â Tidak hanya sekali, tetapi beberapa kali kami bekerja sama, dan tidak selalu untuk galang dana. Â
Beberapa kesempatan temanku ini juga mengizinkanku meminjam dagangannya untuk modal dagang kerabatku. Â Kembali gokil, tidak perlu menaruh uang jaminan apapun, dan tidak ada batasan waktu!
Tetapi, cerita berbeda ketika aku mencoba berbisnis dengan teman lainnya. Â Nah, kebetulan, aku memang suka banget dengan segala hal yang beraroma etnik, karena yah memang doyan jalan-jalan juga sih. Â Lalu seorang teman di luar negeri mengajak usaha kecil-kecilan bisnis kerajinan unik Indonesia tetapi untuk periode yang singkat, untuk suatu even di Dubai.
Pucuk dicinta, ulam pun tiba! Â Aku mencoba bekerjasama dengan seorang teman lainnya di provinsi berbeda. Â Menanyakan di daerahnya ada kerajinan unik apa saja, tolong difoto dan harganya berapa. Â Heheh...maaf, bisnis dinyatakan layu sebelum berkembang! Â Kenapa begitu?
Lha iyalah...karena temanku ini yang sebenarnya teman baik, sudah memberikan harga selangit dari dirinya! Â Lalu mulai ribut membicarakan keuntungan, dan bla..bla...lainnya yang bikin aku mules duluan! Â Barang yang dicarinya itupun bukan dari pengrajin langsung. Â Jadi kebayang dong berapa kenaikan harganya. Â Padahal, yang aku harapkan temanku ini mencari lewat pengrajin, dan jangan mikir untung diri sendiri dulu! Â Keuntungan itu nantinya dibagi 2, aku dan dia setelah dipotong berbagai biaya tentunya.
Situasi mulai gerah, menurutnya aku bisa saja bermain. Â Toh yang meminta dari luar itu temanku yang dia tidak kenal. Â Heheh...kocak, sudah terbaca! Â Bagaimana bisnis bisa dijalankan jika dia tidak percaya dengan aku? Â Logikanya, aku bisa saja mencari barang sendiri dengan caraku sendiri. Â Tetapi, karena hubungan pertemanan, aku pikir kita bisa kerjasama. Â Ternyata, justru kebalikannya! Â Singkat cerita, aku memutuskan tidak jadi bekerjasama dengan temanku ini, dan memilih untuk jalan sendiri ketika itu.
Belajar dari 2 kejadian berbeda inilah aku sadar diri bahwa bisnis dengan teman atau bahkan saudara itu serem! Â Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
- Teman, dekat belum tentu kenal
Di dalam bisnis, pertemanan dan waktu tidak menjadi patokan kita mengenal pribadi teman kita. Â Sebagai contoh kasus, ketika aku berbisnis pakaian dengan teman yang pengusaha konveksi. Â Bagi dia, kepercayaan merupakan jaminan ketimbang uang. Â Itu sebabnya, dia tidak merasa perlu memintaku menaruh uang jaminan untuk barang dagangan yang aku pinjam. Â Padahal, aku yang meminjam saja ngebet merasa perlu. Â Heheh...rupanya di kasus ini, aku yang "kurang" mengenal karakter temanku ini yang begitu yakin bisa mempercayaiku. Â Berbeda kasus dengan teman satunya yang aku ajak bisnis kerajinan tangan. Â Kesamaan dari kedua kasus ini adalah kepercayaan itu penting, dan di dalam pertemanan sedekat apapun belum tentu ada kepercayaan jika sudah menyangkut rupiah. - Hubungan yang dipertaruhkan
Bahwa berbisnis dengan teman itu ngeri. Â Semisal situasi bisnis buruk, kita harus siap diperhadapkan pada pilihan antara teman atau bisnis. Â Demikian juga selang bisnis berjalan, kita harus mampu memprioritaskan atau menempatkan diri antara hubungan sebagai rekan bisnis atau sebagai teman. Â Harus bisa menempatkan pada porsi yang tepat. Â Konsekuensi dari setiap pilihan sulit pasti ada, memilih bisnis maka kehilangan teman, dan memilih teman maka bersiap bisnis terjun bebas. - Pembagian keuntungan
Topik yang penting karena rentan. Â Rupiah akan selalu menggoda, termasuk di dalam bisnis yang dibangun bersama teman. Â Itulah sebabnya hal rentan seperti ini harus jelas kesepakatannya di awal. - Menjalankan bisnis bersama
Dimaksudkan disini, bahwa di dalam menjalankan bisnis bersama teman, tidak ada kepentingan atau ide pribadi lagi. Â Segala ide, dan keputusan harus untuk satu kepentingan yaitu kemajuan bisnis. Â Tidak perlu ada yang merasa lebih hebat, atau dominan satu dengan lainnya.
Jujur berdasarkan pengalaman yang pernah terjadi, maka aku memilih sangat super bijak dan hati-hati tingkat dewa. Â Sadar diri penuh, ketika sudah mulai bicara bisnis sekalipun dengan teman, maka harus menempatkan diri secara professional. Â Jika ternyata kondisi tidak sehat, maka lebih baik mencari rekan bisnis lainnya ketimbang mempertaruhkan pertemanan.
Satu pribahasa bijak menurutku, "seribu teman kurang, satu musuh kebanyakan." Â Artinya, di posisiku, lebih tidak melanjutkan bisnis dengan teman jika itu membuat persahabatan kami menjadi taruhannya. Â Biarlah masing-masing pada porsinya, bisnis is bisnis, and friendship is friendship.
Jakarta, 21 Januari 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H