Pilih sekolah tidak bisa seperti cek toko sebelah. Â Beda Rp 500 perak lebih murah, bungkus! Â Hahahh...memangnya mau beli cabe kriting? Â Maaf yah, menurutku pilih sekolah itu perlu pemikiran yang matang! Â Kenapa begitu? Â Wokeh deh, izinkan aku berbagi pengalaman yah.
Dulu sewaktu masih anak-anak, jujur nggak peduli mau sekolah dimana. Â Puji Tuhan dikaruniai orang tua yang peduli pendidikan. Â Puji Tuhan sekali lagi, dikaruniai otak encer. Â Sehingga tidak ada kesulitan masuk di sekolah favorit. Â Nyombong dikit, bermodalkah nilai akhir tinggi, terbuka lebar sekolah "hebat" menunggu kita. Â Tinggal pilih saja mau sekolah yang mana.
Tetapi itu dulu, sekarang zamannya berbeda. Â Meski memang kedua orang tuaku sejak kami kecil selalu menanamkan tanggungjawab belajar. Â Seingatku tidak ada teriakan heboh emak-emak zaman sekarang, "Sudah bikin PR belum? Â Besok ada ulangan apa, sudah belajar belum?" Â Bla..bla..bla..dan bla...bla...beberbagai teriakan konten berbeda lainnya. Â Singkat ceritanya, zaman dulu anak lebih bertanggungjawab terhadap urusan sekolah. Â Yahh...maklumlah, dulu godaannya tidak sebanyak sekarang.
Zaman berubah, otomatis tantangan berubah. Â Itulah sebab perlunya jauh hari orang tua memastikan sekolah anaknya nanti dimana, dan bagaimana pendidikannya ke depan nanti. Â Termasuk diriku yang sekarang sudah menjadi orang tua dari 2 anak remaja.
Bagiku pendidikan itu penting! Â Pendidikan yang aku maksudkan disini adalah yang mendasar, jenjang setidaknya TK hingga SMA/ SMK yah. Â Sedangkan untuk kuliah, itu tergantung talenta dan minat masing-masing.Â
Sangking pentingnya, ketika kedua anakku memasuki usia playgroup saja, aku sudah rempong memastikan kemana langkah selanjutnya nanti. Â Jadi, tidak mentok di playgroup, dan selanjutnya terserah lihat nanti. Â Playgroup bagiku pondasi anak belajar tertib.Â
Itupun kita perlu memastikan apakah anak masuk playgroup dulu, atau langsung TK? Â Kenapa aku akhirnya memutuskan masuk playgroup dulu karena ingin anak-anak belajar sosialisasi dan disiplin. Â Salah jika mengartikan anak akan kehilangan masa kanak-kanak seperti kata orang.
Inilah pertimbangan mengenai pendidikan dan pilih sekolah ala diriku, yaitu:
- Usia sekolah
Seperti kataku tadi, di usia berapa kita memutuskan anak bersekolah. - Akreditasi, terkait fasilitas sekolah
Menurutku, penting memastikan akreditas, catatan prestasi sekolah tersebut, dan fasilitas penunjang pembelajarannya. Â Jika kita bicara sekolah swasta, maka aku memastikan apakah di dalam lingkungan yang sama tersedia playgroup hingga SMA, sehingga mempermudah untuk melanjutkan ke jenjang lebih tinggi. Â Mengenai prestasi, otomatis sekolah dengan catatan prestasi murid dan sekolahnya menunjukkan bagaimana kualitas pendidikan di sekolah tersebut. Â Ini akan memberikan rasa aman, karena artinya anak kita nantinya berada di lingkungan yang sehat. - Uang sekolah, uang kegiatan dan biaya lainnya
Jika kita memutuskan menyekolahkan anak di swasta maka hal ini penting dicari tahu gambarannya. Â Bahkan jika perlu ditanyakan apakah ada potongan harga semisalnya uang sekolah dibayar penuh setahun? Â Ini bukan ngarang, karena ada sekolah yang memberikan discount 1 bulan uang sekolah jika dibayar lunas untuk satu tahun ajaran. - Jarak sekolah
Saat ini jarak juga penting, apalagi untuk yang tinggal di kota besar seperti Jakarta. Â Kita tentunya menghindari waktu habis di tengah jalan. Â Alangkah baiknya mencari sekolah yang dekat dengan tempat tinggal.
Hal-hal diatas terkait pertimbangan dari sudut pandang sekolah. Â Tetapi bagaimana dengan suara anak?
Ehhhmmm....berbagi pengalaman, saat kedua anakku masuk playgroup saja, aku sudah mempunyai mimpi kemana mereka nantinya lanjut. Â Tetapi, tetap aku memberikan kesempatan mereka untuk berpendapat. Â Dari sisiku, menjelaskan dengan memberikan gambaran plus dan minusnya. Â Demokrasi antara anak dan orang tua ini penting, karena sekolah itu untuk masa depannya sendiri, bukan masa depan orang tuanya. Â Artinya, mereka harus tahu dan bertanggungjawab dengan pilihan yang dijalani nantinya.
Kedua anakku bersekolah di sekolah swasta yang tinggi disiplin dan kental dengan nuansa agama sejak mereka playgroup. Â Kemudian jenjang SD mereka masih melanjutkan di sekolah yang sama. Â Tetapi di usia SD itulah aku mulai mengajak terbuka kedua anakku berdiskusi kemana mereka nantinya akan kuliah. Â Jujur aku mengatakan kepada mereka bawah SMA nanti mereka lanjut di negeri.
Mengapa aku memilih negeri untuk jenjang SMA karena:
- Jalur undangan
Berharap kedua anakku bisa mendapat jalur undangan tembus PTN, melihat di SMA negeri mayoritas memang anak-anak yang berpacu mengejar perguruan tinggi negeri. - Keluar zona nyaman
Menurutku dengan tidak lagi bersekolah di swasta melainkan di negeri maka anakku bisa lebih mandiri. Â Mereka yang selama ini sejak playgroup hingga SMP sudah terlalu nyaman di lingkungan yang sama, dengan komunitas yang sama. Â Mereka harus diberikan tantangan dan wawasan baru. - Belajar toleransi dan sosialisasi
Ini termasuk faktor penting bagiku. Â Di negeri keduanya belajar toleransi, dan (maaf) untuk kami yang non-Muslim ini menjadi pelajaran berharga. Â Menurutku di usia SMA sudah waktunya anak belajar menjadi dewasa dalam bermasyarakat, sebelum nantinya mereka kuliah dan terjun langsung dalam masyarakat tanpa orang tua yang tidak bisa terus diharapkan menjaga. Â Itu sebabnya, aku memilih negeri untuk jenjang SMA kedua anakku. Â Istilahnya, ini seperti Indonesia dalam lingkup kecil. - Sekolah pilihan
Mengenai sekolah, sempat salah seorang anakku meminta SMP saja sudah di negeri. Â Aku memilih tidak, karena menurutku usia SMP belum cukup matang untuk menjaga diri. Â Ngeri dengan pergaulan zaman sekarang yang luarbiasa manuvernya. Â Berbeda dengan usia SMA yang sudah otw dewasa menurutku. Â Pilihan sekolah SMA negeri pun meski lewat PPDB DKI, tetap aku mengajak kedua anakku berunding, memilih yang terbaik. Â Kembali lagi, dengan melihat catatan prestasi dan jarak sekolah.
Nah, kira-kira begitu deh pengalamanku mempersiapkan pendidikan dan memilih sekolah anak. Â Nggak datang tiba-tiba, tapi sejak dini aku dan pasanganku sudah mempersiapkan langkah-langkah pendidikan kedua buah hati kami. Â Bukan hanya kami berdua, tetapi di usia yang cukup, kami sebagai orang tua juga mengajak anak-anak berunding mengenai sekolah mereka.
Jakarta, 11 Januari 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H