Hal-hal diatas terkait pertimbangan dari sudut pandang sekolah. Â Tetapi bagaimana dengan suara anak?
Ehhhmmm....berbagi pengalaman, saat kedua anakku masuk playgroup saja, aku sudah mempunyai mimpi kemana mereka nantinya lanjut. Â Tetapi, tetap aku memberikan kesempatan mereka untuk berpendapat. Â Dari sisiku, menjelaskan dengan memberikan gambaran plus dan minusnya. Â Demokrasi antara anak dan orang tua ini penting, karena sekolah itu untuk masa depannya sendiri, bukan masa depan orang tuanya. Â Artinya, mereka harus tahu dan bertanggungjawab dengan pilihan yang dijalani nantinya.
Kedua anakku bersekolah di sekolah swasta yang tinggi disiplin dan kental dengan nuansa agama sejak mereka playgroup. Â Kemudian jenjang SD mereka masih melanjutkan di sekolah yang sama. Â Tetapi di usia SD itulah aku mulai mengajak terbuka kedua anakku berdiskusi kemana mereka nantinya akan kuliah. Â Jujur aku mengatakan kepada mereka bawah SMA nanti mereka lanjut di negeri.
Mengapa aku memilih negeri untuk jenjang SMA karena:
- Jalur undangan
Berharap kedua anakku bisa mendapat jalur undangan tembus PTN, melihat di SMA negeri mayoritas memang anak-anak yang berpacu mengejar perguruan tinggi negeri. - Keluar zona nyaman
Menurutku dengan tidak lagi bersekolah di swasta melainkan di negeri maka anakku bisa lebih mandiri. Â Mereka yang selama ini sejak playgroup hingga SMP sudah terlalu nyaman di lingkungan yang sama, dengan komunitas yang sama. Â Mereka harus diberikan tantangan dan wawasan baru. - Belajar toleransi dan sosialisasi
Ini termasuk faktor penting bagiku. Â Di negeri keduanya belajar toleransi, dan (maaf) untuk kami yang non-Muslim ini menjadi pelajaran berharga. Â Menurutku di usia SMA sudah waktunya anak belajar menjadi dewasa dalam bermasyarakat, sebelum nantinya mereka kuliah dan terjun langsung dalam masyarakat tanpa orang tua yang tidak bisa terus diharapkan menjaga. Â Itu sebabnya, aku memilih negeri untuk jenjang SMA kedua anakku. Â Istilahnya, ini seperti Indonesia dalam lingkup kecil. - Sekolah pilihan
Mengenai sekolah, sempat salah seorang anakku meminta SMP saja sudah di negeri. Â Aku memilih tidak, karena menurutku usia SMP belum cukup matang untuk menjaga diri. Â Ngeri dengan pergaulan zaman sekarang yang luarbiasa manuvernya. Â Berbeda dengan usia SMA yang sudah otw dewasa menurutku. Â Pilihan sekolah SMA negeri pun meski lewat PPDB DKI, tetap aku mengajak kedua anakku berunding, memilih yang terbaik. Â Kembali lagi, dengan melihat catatan prestasi dan jarak sekolah.
Nah, kira-kira begitu deh pengalamanku mempersiapkan pendidikan dan memilih sekolah anak. Â Nggak datang tiba-tiba, tapi sejak dini aku dan pasanganku sudah mempersiapkan langkah-langkah pendidikan kedua buah hati kami. Â Bukan hanya kami berdua, tetapi di usia yang cukup, kami sebagai orang tua juga mengajak anak-anak berunding mengenai sekolah mereka.
Jakarta, 11 Januari 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H