Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ini Natalku, Sukacitaku

25 Desember 2020   00:11 Diperbarui: 25 Desember 2020   00:13 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Natal adalah kabar baik, dan itu tepat banget karena di setiap natal selalu ada sukacita.  Nggak percaya, lihat saja pohon natal, kue natal, dan kado natal.  Semuanya memancarkan kemeriahan dan sukacita dengan warna merah, hijau dan keemasan.

Ini ceritaku tentang natal di saat masih bocah.  Seperti kebanyakan anak lainnya, tidak jauh dari sosok Santa Claus, dan aku sangat mempercayainya!  Masih ingat banget setiap malam natal, aku selalu menaruh kaus kakiku berisi rumput di luar.  Menurut pikiran bocahku, supaya gampang Santa Claus menaruh hadiah untukku, jadi tidak repot-repot harus masuk rumah.  Hahahah...

Terbukti, selalu ada kejutan hadiah natal untukku esok paginya.  Ada yang aku temukan di bawah bantal, dan ada juga yang diparkir di dalam kamarku berupa sepeda.  Tidak tahu bagaimana itu bisa, tetapi ompung bilang karena hadiahnya besar, maka tidak muat ditaruh di kaus kaki. Heheh...seiring waktu akhirnya aku tahu itu hadiah natal dari kedua orang tuaku.

Aku memang memiliki Natal yang berkesan di saat kecil.  Teringat kesibukan kedua orang tuaku membuat sendiri sajian natal.  Menu spesial mama dan bapak adalah ketupat ketan, ketupat nasi dan rendang.  Terus aku ngapain dong?   Aku itu tugasnya mengisi sarang ketupat!  Sarang kecil untuk ketupat ketan, dan sarang besar untuk ketupat nasi.  Percaya nggak percaya, gara-gara ketupat ini, aku bisa loh membuat sarang ketupat.  Heheh...

Bicara menu natal, mama dan bapak adalah jagoanku.  Kolaborasi keduanya sigap banget terjun ke dapur.  Terus terang yah, membuat ketupat ketan itu butuh kesabaran tingkat dewa karena harus direbus dalam santan cair, lalu santan kental.  Tetapi, entah kenapa biarpun melelahkan, tetap saja orang tuaku semangat mempersiapkan menu spesial ini, ditemani rendang dan serundeng.

Ehhmmm....penasaran dengan kue-kuenya nggak?

Kue keringnya sih beli, kecuali kacang goreng yang selalu dibuat mama dengan rajinnya.  Selain itu, selalu ada black forest dan puding coklat di setiap natal kami.  Bukan pamer, itu buatan aku loh!  

Iya, dulu di setiap natal aku juga sibuk dimintai bapak membuat black forest untuk di rumah, dan untuk diberikan kepada Tulang, alias adek mamaku sebutan dalam bahasa Batak.  Lalu Namboru, sebutan untuk saudara perempuan bapak.

Kecuali untuk yang di rumah, maka kue untuk Tulang dan Namboru ini aku berbisnis dengan bapak.  Hahaha...iya, bapak bayar pesanan kuenya ke aku itu!  Kata bapak, bisnis is bisnis.  

Hikss..hikss..miss him a lot, bapakku yang kini sudah di surga itu memang punya seribu macam cara memompa percaya diriku, berani berusaha dengan talentaku membuat kue.

Maka tepatlah mengatakan natal membawa sukacita, karena di saat seperti itulah kami bersama-sama mempersiapkan natal.  Bersama kedua orang tua, aku dan saudaraku ambil bagian sebisa mungkin.  Paling sering sih dimintai isi sarang ketupat, heheh....

Seiring bergulirnya waktu, dan karena kini mama stroke maka acara masak-masak menjelang natal tidak lagi berlanjut.  Hanya urusan kue yang berlanjut, dan itu bagian aku!  Kali ini aku semakin sakti karena sudah bisa membuat kue kering!  Hehhehe....bedanya tidak ada bisnis, seperti ketika bapak masih bersama.

Berbeda ketika dimasa kecil, maka kini kami mempunyai menu pendatang baru namanya lemang, dan biasa dimakan dengan tape yang terbuat dari ketan hitam ataupun rendang. 

Lemang merupakan masakan khas Sumatra, sajian yang terbuat dari beras ketan, kemudian dimasak di dalam bambu dengan cara membakarnya.

Tidak hanya menjadi icon natal kami sekarang ini, spesialnya lemang ini karena dibuat oleh kerabat kami sendiri di daerah Kemayoran. Bayangkan hari gini masih ada pengrajin lemang!  Hebatnya lagi, semua bahan dan prosesnya dilakukan dengan cara tradisional.

Nah, kebiasaan keluargaku setiap natal seluruh Namboru dan Tulang beserta anak mereka, dan cucunya berkumpul di rumah kami setelah mereka selesai ibadah.  Kenapa begitu, karena bapak adalah anak lelaki yang dituakan oleh mereka, begitulah adat Batak.  Kebiasaan itu terus berlanjut hingga kini meski bapak sudah berpulang.

Natal memang bukan semata soal kado dan menu natal.  Tetapi natal adalah rasa bersyukur untuk semua kebaikan Tuhan.  Jika Yesus Kristus memberikan hidupNya untuk kita, maka natal menyadarkan kita juga untuk berbuat hal yang sama, karena itulah cinta dan kasih.

Inilah sukacita natal kami.  Jika tidak karena pandemi, kami juga berbagi kepada orang-orang terdekat, seperti pekerja di rumah, teman, bahkan bajaj langganan yang sudah akrab dengan keluarga kami.

Selamat Hari Natal untuk Kompasianer yang merayakan.  Teruslah menebarkan cinta dan kasih, karena Yesus telah buktikan itu di kayu salib.

Jakarta, 25 Desember 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun