Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

The Passion of the Christ, Membuatku Jatuh Cinta PadaNya

23 Desember 2020   03:00 Diperbarui: 23 Desember 2020   03:03 871
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lalu Yesus disalibkan hina oleh mereka.  Dimasa itu salib digunakan untuk menyiksa dan menghukum mati orang yang dianggap terkutuk. Yesus dianggap demikian oleh mereka, dan sebagai pesakitan harus mengangkat sendiri kayu palang yang ditambahkan di puncak tiang.  

Berat salib yang dipikul Yesus konon untuk tiang sekitar 2,4 meter dengan berat sekitar 130 kg, sedangkan palang perkiraannya 1,8 meter dengan berat 57 kg.

Dengan kondisi lemah, dan darah menetes akibat cambuk dan mahkota durinya.  Yesus mengangkat beban berat salib yang merupakan gambaran dosa kita, manusia yang dicintaiNya.  Jujur disinilah saya merasakan berdosa.

Ada saat di film ini saya melihat mata Yesus memandang lembut mereka yang mengolok ataupun melihatnya saat diriNya terjatuh ketika mengangkat salib.  Saya menangis, merasakan mata lembut itu juga untuk saya.  Padahal saya ini menonton, dan itu hanyalah sebuah film.  

Tidak tahu apakah ini satu mujizat dari film ini.  Pastinya film ini membuat saya begitu tersentuh, marah dan tidak menerima Yesus dipermalukan dan disiksa dengan keji seperti itu.

Mungkin memalukan, tetapi beberapa kali saya mengatakan menangis adalah benar.  Ada rindu di hati ini, "Tuhan, andaikan mungkin saya pergi menyusuri jalan salibMu dan melihat bukit Golgata.  Saya ingin merasakan kehadiratMu."

Bagi saya film ini telah sangat menyentuh hati ini, dan membuat saya jatuh cinta pada Yesus Kristus.  Saya sungguh jatuh cinta padaNya.  

Dia bukan lagi Yesus yang saya kenal karena terlahir sebagai seorang Kristen.  Tetapi Yesus adalah Tuhan, yang begitu mencintai saya hingga nyawaNya pun diberikan untuk saya.

Mengapa saya mengatakan demikian, karena ada banyak cara Tuhan berbicara kepada kita.  Persoalannya, apakah kita mau mendengar suaraNya.  Demikian juga film The Passion of the Christ yang bukan tidak mungkin caraNya mengatakan cinta kepada kita.

Baiklah kita bertanya, apakah sanggup kita menanggung goresan pisau?  Bayangkan bagaimana Yesus harus menanggung kesakitan luarbiasa dicambuk, mengangkat salib, dan disalibkan dengan paku, juga ditusuk lambungnya.

Saya tidak sanggup untuk menjadi orang sejahat itu yang rela menyalibkan Yesus.  Hal yang sama saat ini, saya tidak mau mengecewakan dan menyakiti hati Yesus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun