Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ompung dan Kenanganku Tentangnya

22 Desember 2020   18:50 Diperbarui: 22 Desember 2020   19:09 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di waktu ku masih kecil, gembira dan senang
Tiada duka kukenal, tak kunjung mengerang
Di sore hari nan sepi....ibuku bertelut
Sujud berdoa ku dengar namaku disebut

Di doa ibuku, namaku disebut
Di doa ibuku ku dengar, ada namaku disebut

....
....

Malam itu aku menangis, karena perempuan tua cerewet itu sebenarnya aku sayangi.  Hanya saja tidak pernah aku mengatakannya.

Semua kenangan ompung, cinta mama dan juga pastinya papa menjadi bekalku tidak ingin mengecewakan mereka.  Terngesot-ngesot aku di negeri orang mencoba bertahan.  Puji Tuhan, bekal mencuci piring, memasak ala kadarnya dan menyetrika pakaian dari ompung membuatku tidak canggung mengurus diriku sendiri disana.  Heheh...mengerti aku kenapa dulu ompung begitu kejam mendidikku.

Belajar dan bekerja, itulah yang aku lakukan akhirnya disana.  Aku tidak mau menikmati kiriman orang tua.  Malu!  Aku harus bisa berdiri diatas kakiku sendiri, begitu tekadku. 

Berhasil beberapa pekerjaaan sampingan aku peroleh dengan pendapatan lumayan.  Tetapi tidak membuatku lengah belajar meski harus mengorbankan waktu istirahatku, tidur jam 02.00 dan bangun 04.00 pagi.  Begitu pun, sebagai mahasiswa asing, aku berhasil lulus terbaik, Summa cum Laude!

Singkat cerita, aku pun kemudian kembali ke Indonesia.  Ada hadiah khususku untuk orang-orang yang aku cintai.  Hadiah yang dibeli dari keringatku sendiri menjadi tukang cuci piring, tukang ketik, penjaga orang tua, pembersih rumah dan beberapa kerja sampingan lainnya.

Terkhusus untuk ompungku ini, aku membawakannya baju hangat putih terbuat dari wol asli yang aku beli dari toko berklas di Melbourne ketika itu.  Jangan ditanya harganya, karena keping demi keping dollar harus aku kumpulkan untuk ompung agar terbeli.  Tujuanku, aku rindu melihat senyum bahagianya.

Ompung sudah lama berpulang, tetapi sosoknya tidak pernah hilang dari hidupku.  Baju hangat wol itu kembali kini tersimpan rapi dalam lemariku.  Ada cerita manis dan rindu disana, milikku dan ompung.

Terima kasih Tuhan, aku beruntung.  Selain mama, aku memiliki sosok perempuan lain yang mendidik dan membesarkanku penuh cinta kasih.  Inilah harta berharga milikku dari 2 sosok perempuan penting dalam hidupku, mama dan ompung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun