Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Selamat Ulang Tahun Nak

5 November 2020   01:00 Diperbarui: 5 November 2020   01:03 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://sahabatnesia.com/

Banyak kenangan dan airmata saat aku membesarkan Abigail yang lahir sebagai si sulung.  Di dalam tulisanku sebelumnya pada 24 Juli 2020 berjudul "Mama, Apakah Aku Ada Masalah" aku bercerita bagaimana Abigail di usianya 3.5 tahun belum bisa berbicara.  Bagaimana aku berjuang agar putriku ini diterima di playgroup, dan bagaimana ketika dengan terbata dirinya bertanya, "Ma, aku ada asalah?" bermaksud mengatakan masalah ketika aku menggandengnya memasuki halaman terapi anak.  Mata bulat yang menatapku ketika itu meluluhkanku.  Aku harus berjuang membuatnya menjadi putriku yang hebat.  Akulah yang harus berjuang untuknya, tekadku ketika itu.

Begitulah Abigail, yang kini tumbuh menjadi putri membanggakan bagiku, dan keluarga besar.  Berbagai lomba dan prestasi diraihnya sudah. Sejak dirinya belum bisa berbicara, ketika di masa terapi, hingga kini sudah berada di bangku kelas XI sekolah favorit.  Tidak hanya itu, dirinya juga melayani Tuhan di gereja.  Dia yang Maha Kasih, yang telah memberi semua kebahagiaan dan mujizat ini.

Teringat ketika diriku merasa sendiri dengan segudang pertanyaanku, mampukah aku membesarkan Abigail.  Membuatnya tumbuh seperti anak lainnya yang ramai berceloteh?

Hahah...semua justru bak langit dan bumi kini.  Abigail tumbuh menjadi anak periang, dengan segambreng teman yang sama ramainya dengannya.  Bahkan, jika kita bertanya satu, maka akan dijawabnya dengan satu buku!  Hehehe...yup, putriku sangat suka membaca, dan bercerita.  Entah itu verbal, ataupun lewat tulisan atau gambar.  Novel setebal apapun, baik dalam bahasa Indonesia dan Inggris, habis dilahapnya dalam hitungan menit.  Dia juga sanggup untuk menceritakannya kembali semua secara rinci!

Sosok Ibu Madu, dan Ibu Arie adalah sosok guru yang sangat berperan dalam perkembangan putriku.  Kesabaran Ibu Arie mengajarinya ketika di TK, dan Ibu Madu ketika di SD adalah perpanjangan tangan Tuhan.  Bahkan karakter Ibu Madu begitu berbekas di putriku.  Termasuk dalam hal hoby membaca, menikmati hidup dengan hati selalu gembira, serta bersyukur, adalah warisan dari guru favoritnya ini.  "Jangan lupa untuk bahagia ma," itu katanya kepadaku.  Kata-kata yang didapat dari guru kesayangannya itu.

Semua ini adalah perjalanan panjang, bukti penyertaan Tuhan dalam kehidupanku sebagai ibu.  Percayalah, Tuhan itu teramat baik.  Bukan sebuah kebetulan ketika Dia mempercayakan Abigail menjadi putriku.  Darinya aku belajar menjadi ibu yang sebisa mungkin terbaik untuk kedua anakku.  Anak-anaklah yang mengajari arti bersabar, dan mengandalkan Tuhan saat kita merasa sendiri.

Mengajari Abigail berbicara, membedakan kanan-kiri, depan-belakang, membedakan huruf "d" dan "b" benar-benar menguras seluruh kesabaran dan energiku.  Aku dipaksa memutar otak berkreasi membuat yang tidak bisa menjadi bisa, dan harus bisa.

Kini putriku telah tumbuh menjadi seorang gadis.  Dia, bukan sekedar seorang putri yang lahir dari rahimku, tetapi Abigail adalah sahabatku. Terlepas aku adalah mama baginya, kami berdua suka berbagi cerita, bercanda dan bahkan aku bergaul dengan teman-temannya juga.

Kedekatan yang luarbiasa memang.  Disaat aku sedih, dirinya peka sekali, dan akan langsung bertanya, "Mama kenapa diam saja seharian ini?" Bahkan tidak jarang teh manis di sore hari ataupun semangkok mie instant disiapkannya sebagai kejutan untukku.  Heheh...manis memang. Seperti manisnya berjanji, "Mama, kalau aku sudah kerja, dan banyak uang nanti kita jalan-jalan yah ma," katanya suatu hari.

Cerita manis itu berjalan hingga membawa ke hari ini 5 November, saat Abigail genap berusia 17 tahun.  Tidak ada hadiah istimewa yang bisa aku berikan kepadanya seperti kebanyakan anak gadis disaat mencapai usia 17 tahun.

Teringat sewaktu diriku dulu berusia 17 tahun ketika bapak memberikan kejutan manis izin pulang ke rumah dari tugas dinasnya di luar kota.   Hanya khusus untuk membuat masakan kesukaanku.  Rindu yang sama itu aku rasakan kini sebagai orang tua, ingin memberi yang terbaik untuk Abigail.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun