"Ren, kita balik kemah yuks. Â Dingin tahu disini. Â Mending kita balik ke perkemahan, duduk dekat perapian, terus bikin mie instant. Â Lagian, ngapain sih lu disini sendirian. Â Muncul penampakan aja, baru nyahok lu," suara Shinta membujuk Renata.
Gunung Gede malam itu memang kelewat dingin. Â Heheh...namanya gunung sih sudah pasti dingin kalau malam. Â Hanya saja Renata memang memilih sendiri, menenangkan hatinya setelah putus dengan Bimo. Â Itu sebabnya Renata ngabur naik gunung bersama rombongan pencinta alam kampusnya.
"Elu aja balik sendiri gih, berisik disini. Â Biar gua sendiri disini ditemanin bintang doang. Â Soal penampakan gua nggak takut. Â Kata gua, manusia itu lebih horor daripada hantu. Â Lihat aja tuh si Bimo, cowok brengsek tukang selingkuh," sahut Renata dengan nada tinggi.
Duduk sendiri Renata menatap bintang, airmatanya berlahan jatuh dan berujung isak. Â Dua tahun cinta itu dijalin bersama Bimo, tetapi semua hancur karena mahasiswi baru? Â Gila..., buta banget mata gua selama ini. Â Ngerti banget Bimo itu playboy kampus. Â Tetapi 2 tahun itu lama coy! Â Apa iya selama ini gua begitu dodol sampai nggak tahu kalau gua diselingkuhin, dan itu sudah banyak? Â Hingga akhirnya, didepan matanya Renata mendapati Bimo mencium mahasiswi baru yang haram banget baginya disebut nama. Â Terisak Renata sambil menatap bintang. Â Seolah disana ada tempatnya mengadu, berbagi kesedihan.
"Alam memang setia. Â Seperti bintang yang selalu menemani bulan dalam gelap sekalipun. Â Kita nggak pernah sendiri. Â Berbagi kepada alam, nggak membuat kita tersudut. Â Meski memang tidak ada jawaban seperti yang kita mau. Â Tetapi apakah semua yang kita mau pasti terjadi?" sebuah suara kemudian terdengar, lalu duduk tak jauh dari Renata.
Jujur kaget Renata karena tahu-tahu seseorang datang. Â Dilihatnya asal suara itu, seorang cowok atletis dengan wajah sedih, dan dingin. Â Ehhhmm...mungkin dia dari perkemahan lain, pikir Renata.
"Panggil aku Raka, itu namaku," katanya sambil terus memandangi bintang tak bergeming.
"Aku Renata, dan ini malam pertamaku disini bersama teman-teman di perkemahan sana," sahut Renata urung mengulurkan tangannya. Â Dilihatnya Raka terus memandangi bintang, dan di wajah itu terlihat kesedihan yang sangat. Â Ehhmmmm...mungkin dia memiliki cerita yang sama denganku pikir Renata.
Malam itu Renata kembali ke kemahnya, dan entah kenapa wajah Bimo mendadak berganti wajah Raka. Â Cowok misterius, mengusik perhatian Renata. Setahunya disini tidak ada yang berkemah kecuali rombongan kampusnya. Â Tetapi, ah sudahlah mungkin aku saja yang sotoy pikirnya.
Seperti kemarin, maka malam berikutnya Renata kembali ke tempat yang sama. Â Berharap bisa bertemu Raka, dan mengenal lebih dalam. Â Benar saja, dari jauh dilihatnya cowok itu sudah duduk disana. Â Bukan memandang langit, tetapi hanya menatap kosong.