Pagi menuju siang ketika Zizi didrop bapaknya di pelataran Perkemahan Pramuka Cibubur. Jangan ditanya teriknya matahari, tetapi bukan itu persoalan Zizi.
"Sudah yah Zi, bapak lanjut ke kantor. Nanti sore bapak jemput di sekitar sini. Kamu cari yah nak," begitu pesan bokapnya Zizi. Lalu mobil bapak pun berlahan meninggalkan Zizi yang merasa nyawanya setengah ikut terbawa bapak.
Dipandanginya sepatu kets yang melekat di kakinya, "Sepatu sial, please be nice ke gw yah. Hidup gw sudah susah sejak ospek nggak jelas ini. Lihat kunciran gw sudah melebihi orang gila. Â Apa iya, lu tega nambah kesusahan gw?" begitu Zizi bercakap dengan kedua sepatunya.
Percaya diri Zizi berjalan memasuki medan perang ospek penerimaan mahasiswa baru. Wajah-wajah angker kakak senior terlihat lebih serem ketimbang Mbak Kunti dan Mas Gondo di malam Jumat. Tetapi bukan Zizi kalau menyerah, dan dengan senyum mengembang ditebarkannya sejuta pesona. Konon kata orang, ngarep aja ada kakak senior jatuh hati. Maka dijamin semua mulus aman terkendali.
"Siap kak, baik kak! Saya Zizi, anak bawang dari jurusan Front Office," lantang Zizi perkenalkan dirinya, dan tentunya diakhiri senyumnya. Heheh..
Dasar kakak senior, nggak ada tuh senyum balasan mereka. Wajah mereka terlihat lurus seperti habis disetrika. Duh...nyebelin banget. Ssstt...kembali Zizi bercakap dengan sepatunya, meminta mereka untuk bersikap baik. Â Wkwkwk...
"Woi...kamu yang senyam senyum kecentilan, sini kamu!" teriak kakak sangar memanggilnya.
"Siap kak, baik kak! Saya Zizi, anak bawang dari jurusan Front Office siap ikut bimbingan kakak," yakin habis Zizi mendatangi seniornya.
"Kamu, giliran kamu sekarang merayap. Setelah itu kamu masuk ke kolam lumpur itu! Tunggu, kamu bisa berenang tidak, jangan bikin susah kalau tidak bisa," songong banget nih kakak batin Zizi ngedumel. Tetapi nggak ada tuh kata menyerah bagi Zizi.
"Siap kak, saya aman kak," jawab Zizi lantang. Sebenarnya nyalinya ciut, bukan karena takut. Tetapi sepatunya ini yang jadi persoalan, sepatunya kegedean! Duh...nyusahin banget sih, panik si Zizi ketika harus nyemplung. Nggak kebayang kalau itu sepatu ngulah.
"Alamaaak...benar aja khan, sepatunya lepas!" dan Zizi panik di tengah kubangan lumpur sampai akhirnya ditemukannya kembali sepatu kirinya itu.