Mungkin artikel ini tidak penting-penting banget. Â Tetapi untuk penulis ini penting banget, dan percayalah untuk mereka yang senasib dengan penulis pun akan menganggap ini penting. Â Buktinya, mama penulis saja sempat meragukan, apa iya bisa? Â Heheh...duh...ngomongin apa sih penulis? Â Kok, ngebulet nggak karu-karuan.
Kilas balik ke masa lalu ketika berstatus mahasiwi di negeri orang, Melbourne tepatnya. Â Pernah dalam salah satu artikel penulis mengatakan, bahwa salah satu yang bikin kangen Indonesia yah makanannya. Â Selain sambal, perkedel menjadi makanan yang dirindukan penulis ketika itu.
Kerinduan nyaris terpenuhi ketika salah seorang sahabat penulis, Herry menyanggupi untuk membuat kroket. Lha, kok kroket? Â Hahah...ini karena Herry kangen kroket! Â Katanya, sudahlah kroket dan perkedel itu mirip-mirip, dari kentang juga keduanya. Â Mau nggak aku bikinin? Â Begitu ancaman Herry ketika itu.
Sekedar info saja, Herry ini mahasiswa Indonesia yang meski cowok tapi doyan masak. Â Itu sebabnya, selama bersekolah disana nyambi bekerja jadi cook helper. Â Kesaktiannya memasak tidak diragukan lagi deh.
Singkat cerita, disepakati acara masak memasak diadakan saat weekend di flat salah seorang sahabat kami. Â Sedangkan perkakas dapur jadi tugasku. Â Maklum, urusan dapur aku terbilang lengkap, bahkan cobek saja aku punya. Â Ini semua karena kepepet kangen masakan Indonesia, membuat aku berjibaku mencoba masak.Â
Eksekusipun dimulai, diawali dengan mengukus kentang dan melumatkannya. Â Nah, urusan ini menjadi bagianku. Â Menurut Herry, karena aku yang kebelet mau perkedel yang diplesetin jadi kroket sekarang. Â Maka porsi kerjaku harus lebih banyak. Â Sedangkan sahabatku, Reiko si pemilik flat hanya kebagian cuci doang. Â Hikss...agak curang, tapi demi rinduku masakan Indonesia, saat itu patuh saja.
Wokeh, semua terlihat berjalan sempurna. Â Tinggal eksekusi menggoreng kroketnya. Â Abrakadabra....wala...byarr...kentangnya bubar jalan pecah tak berbentuk! Â Ngakak kami bertiga, setelah sebelumnya terpana melihat serpihan kecil kentang mengapung diatas minyak panas.
Dibuang? Â Heheh..enggak dong. Â Nyadar betul ini bukan kroket, dan apalagi perkedel, dengan sukacita kami menikmatinya. Â Ditemani teh panas di dinginnya Melbourne ketika itu kami menikmati kroket hancur.
Sembari kebingungan kok hancur, salahnya dimana yah? Â Sementara Chef Herry membuat pengakuan polos, dirinya belum pernah bikin kroket. Â Ini baru eksekusi pertama karena idem dengan aku kebelet kangen masakan Indo. Â Hiks...
Nah, kembali di ceritaku sore ini yang berhasil membuat perkedel. Â Mengingatkanku kepada Melbourne dan dua sahabatku. Â Berandai-andai bisa sombong, "tuh, aku bisa buat perkedel loh". Â Hahah...
Berbagi rahasia kepada pembaca, ternyata kunci membuat perkedel itu adalah kentangnya digoreng dan lalu dilumatkan. Â Jadi lebih baik tidak dikukus, karena kalau digoreng kandungan air pada kentang jadi hilang. Â Air inilah penyebabnya perkedel suka pecah ketika digoreng, hal yang sama berlaku juga untuk kroket. Â Khan mereka sepupuan. Â Hahah...
Selain itu rahasia lainnya adalah mencampurkan larutan kaldu, mentega dan terigu, mirip dengan resep adonan kue sus. Â Tetapi kali ini kita campurkan pada kentang yang sudah dihancurkan setelah digoreng tadi itu. Â Lalu masukan goreng bawang, potongan sledri, 2 butir telur, garam dan merica. Â Bentuk dan siap digoreng deh. Â Tentunya setelah dicelupkan ke kocokan telur yah.
Wokeh deh, sedikit berbagi sukacitaku yang berhasil membuat perkedel. Â Berbekal 1 kilo kentang, jadi deh 30 potong perkedel. Â Ludes, licin dinikmati seisi rumah, termasuk mama yang sempat meragukan kesaktian aku. Â Hehehe...mantap!
Berharap artikel ini bisa dibaca oleh dua sahabatku Herry dan Reiko. Â Miss you both gaes.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI