Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mulut

31 Agustus 2020   22:28 Diperbarui: 31 Agustus 2020   22:16 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari mulut aku terbang melayang
Tak lagi ku pijak bumi ini, lupa diri aku tersanjung
Manis sungguh bak gula, lengket terus membayang
Tak mau ku bercermin takut nyatanya bohong

Saat mulut merangkai kata, apa lagi yang kau dusta
Ketika hati menyimpan semua rahasia
Tapi siapa yang tahu, karena tak ada bekas tersisa
Tak tinggalkan jejak disana

Saat mulut lalu mencaci dan menyumpah
Bukan kata yang didengar, tetapi luka menganga
Tinggalkan sakit, dan kebencian berujung dendam
Karena kata yang nyatanya sampah

Mulut beribu rasa, karena cinta dan cita dirangkainya disana
Tak perlu memuji untuk menyakiti
Tak usah berbohong untuk kecewa
Nyatanya tutur kata adalah gambaran hati

Bahkan anus tak tak tinggalkan luka
Keluarkan sampah tubuh tak berguna
Jika mulut tak menjadi berkat
Mungkinkah anus lebih mulia

Jakarta, 31 Agustus 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun