Dari mulut aku terbang melayang
Tak lagi ku pijak bumi ini, lupa diri aku tersanjung
Manis sungguh bak gula, lengket terus membayang
Tak mau ku bercermin takut nyatanya bohong
Saat mulut merangkai kata, apa lagi yang kau dusta
Ketika hati menyimpan semua rahasia
Tapi siapa yang tahu, karena tak ada bekas tersisa
Tak tinggalkan jejak disana
Saat mulut lalu mencaci dan menyumpah
Bukan kata yang didengar, tetapi luka menganga
Tinggalkan sakit, dan kebencian berujung dendam
Karena kata yang nyatanya sampah
Mulut beribu rasa, karena cinta dan cita dirangkainya disana
Tak perlu memuji untuk menyakiti
Tak usah berbohong untuk kecewa
Nyatanya tutur kata adalah gambaran hati
Bahkan anus tak tak tinggalkan luka
Keluarkan sampah tubuh tak berguna
Jika mulut tak menjadi berkat
Mungkinkah anus lebih mulia
Jakarta, 31 Agustus 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H