Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Mama, Apakah Aku Ada Masalah?"

24 Juli 2020   02:12 Diperbarui: 24 Juli 2020   02:04 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: meetup.com

Jujur inilah perjalanan airmata untukku.  Ketika di usianya 3.5 tahun ia ditolak saat aku ingin memasukannya ke playgroup, karena ia tidak mampu bicara.  Berjudi dengan keadaan mungkin terlalu ekstrim, tetapi ketika itu penulis menyanggupi akan mengeluarkan putriku jika dalam 6 bulan tidak mampu mengikuti pelajaran.  Aku berharap dengan bersosialisasi maka putriku akan terpancing bicara.

Tidak butuh waktu lama, aku dipanggil kepala sekolah karena putriku menggigit guru, ataupun sering hilang karena mengumpet di lemari.  Kembali aku meminta kesabaran sekolah untuk memberiku waktu hingga 6 bulan.

Berpacu dengan waktu, singkat cerita, berbesar hati aku membawanya ke sebuah terapi anak.  Memasuki pekarangan sebuah terapi, dan hancur hati aku melihat banyak anak-anak spesial yang Tuhan hadirkan di dunia ini.  Tetapi, hati ini terpukul karena tidak sedikit dari mereka yang nyatanya hanya ditemani oleh pengasuhnya.

Disaat itulah tiba-tiba pelan putri kecilku bersuara, "Mama, ku asalah?"  Sebuah kalimat tidak sempurna yang aku artikan sebuah sebagai pertanyaan darinya yang merasa dirinya bermasalah sehingga aku, mamanya harus membawanya ke tempat terapi.

Penulis tidak bisa melupakan pertanyaan dan tatap matanya sembari menggenggam tanganku.  Hancur, sedih dan remuk mendengarnya menanyakan itu padaku.  "Tidak kak, mamalah yang bermasalah.  Mama tidak tahu cara membesarkan kakak.  Mama harus belajar di tempat ini," begitu kataku.

"Af ma, ka ta af" katanya singkat sambil menatapku.

Waktu terus bergulir, dan aku berjibaku membesarkan putriku.  Disana aku belajar untuk lebih dan lebih lagi banyak waktu diberikan untuknya ditengah kesibukkanku yang juga harus membesarkan adeknya dengan ceritanya tersendiri.

Satu yang penulis ingat, ketika dengan jujur aku meminta putriku duduk berdua di dalam kamar.  Dengan kasih, ku pegang tangannya dan menatap mata bulatnya yang lucu.  "Kak, kakak bisa bantu mama?  Ajari mama bagaimana cara membesarkan kakak yah.  Mama ini tidak mengerti bagaimana membesarkan kakak yang luarbiasa Tuhan percayakan kepada mama.  Jadi, kakak yang ajari mama yah kak."

Mimpi itu kini telah berlalu.  Tidak ada lagi airmataku ketika berjuang membalikkan cara berpikirnya.  Saat ia mengira kanan adalah kiri, dan kiri adalah kanan.  Tidak ada lagi keputusasaanku ketika melihatnya terbalik menuliskan huruf d dan b, dan terbalik menulis angka 7, 5 dan 3.  Terutama tidak ada lagi diam itu, ia tumbuh seperti anak lainya.

Serentetan prestasi pun terus diraihnya.  Putriku dikaruniai talenta musik, menulis dan melukis.  Ia bahkan ikut mewakili sekolah saat acara Asian Games 2018 lalu.  Tidak hanya itu, ia tampil sebagai pribadi yang menyenangkan dengan segudang teman yang merindukan kehadirannya karena ia dianggap suka melawak.  Hal yang dulu tidak pernah aku bayangkan akan terjadi.

Hingga kini tidak pernah aku mendengarnya mengatakan sayang padaku.  Tetapi, kepatuhan, prestasi, dan secangkir teh manis setiap sore cukup bagiku mengetahui ia mencintaiku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun