Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Nikah Itu Ibadah yang Indah, Pandemi Itu Musibah

16 Juli 2020   23:21 Diperbarui: 18 Juli 2020   21:30 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Intinya, terlalu banyak yang dipertaruhkan disini, dan terlalu ribet ruwet menyelenggarakan pesta pernikahan di tengah masa pandemi.  Tidak hanya kita dituntut memikirkan keselamatan tamu undangan, tetapi juga lingkungan sekitar harus dijadikan pertimbangan jika pesta dilakukan di daerah perumahan warga.

Bercermin pengalaman menikah di musim banjir, mungkin ada baiknya untuk siapa pun yang ingin menikah di masa pandemi ini menyederhanakan segalanya. Percayalah nyesek banget karena semua menjadi di luar ekspetasi.  

Memang sih banjir dan pandemi adalah dua hal yang berbeda, karena banjir ketika itu tidak bisa diprediksi.  Tetapi, pandemi saat ini jelas-jelas di depan mata kita.

Saran penulis sih, fokus saja kepada inti sebuah pernikahan bahwa Tuhan memberikan pasangan hidup untuk kita.  Jadi, jika memang tidak bisa diulur waktunya, maka menikah secara agama saja dahulu. 

Terpenting sah di mata Tuhan, dan juga negara. Sedangkan urusan resepsi dan adat itu kan buatan manusia. Bisa menyusul nanti jika semua sudah terkendali. Ucapan syukur cukup keluarga inti saja, orang tua kita, dan orang tua pasangan kita.

Puji Tuhan, tahun ini adalah tahun ke 18 penulis mengarungi bahtera rumah tangga. Percayalah menikah tidak seindah pesta yang sehari itu.  

Ada banyak kejutan di dalamnya yang saling melengkapi. Itulah nilai pernikahan, menyelaraskan yang berbeda. Jadi bukan soal gegap gempita pestanya, tetapi bagaimana pernikahan itu nantinya berjalan tetap seindah cinta saat pertama berjumpa.

Kesimpulannya, jika Tuhan sudah mempertemukan belahan jiwa kita, maka biarlah itu sah dimataNya. Sedangkan yang lain hanyalah ornament pelengkap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun