Mohon tunggu...
Desya Faradila
Desya Faradila Mohon Tunggu... -

Farmasi Universitas Hasanuddin 2014

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Waspadai Peredaran Obat Palsu di Indonesia

29 November 2014   05:50 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:33 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peredaran obat palsu akhir-akhir ini agaknya mulai menghawatirkan. Pasalnya menurut hasil survey beberapa lembaga bahwa obat palsu dapat di temukan warung, apotik, dan toko obat yang dapat di jangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Obat palsu mengandung bahan-bahan yang berbahaya bagi kesehatan tubuh manusia, obat-obat tersebut tidak dibuat sesuai standar pembuatanobat pada umumnya. Dari sisi kesehatan, obat palsu tersebut sangat berbahaya karena tidak diketahui jumlah takaran sebenarnya dan bisa saja mengandung zat berbahaya bagi tubuh yang dalam jumlah kecil atau berlebih pasti berdampak pada kesehatan pasien, misalnya pasien tak kunjung sembuh, resisten terhadap obat tertentu sehingga kondisinya memburuk dan bahkan dapat menimbulkan kematian. Obat palsu dapat menjadi racun ditubuh dan bisa menimbulkan efek komplikasi penyakit. Obat-obat palsu tidak hanya berdampak pada kesehatan mayarakat saja, namun juga berdampak pada perekonomian masyarakat dan juga perekonomian nasional.

Baru-baru ini beberapa lembaga menaruh perhatian serius pada maraknya peredaran obat palsu dengan melakukan survey dan proyek penelitian. Masyarakat Indonesia Anti-Pemalsuan (MIAP) dan Victory Project adalah proyek penelitian yang dilakukan pakar bidang kesehatan dan farmasi yang di Indonesia dilakukan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia – Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (FKUI-RSCM) dengan tujuan mengukur seberapa jauh peredaran obat palsu di Indonesia belakangan ini. Riset tersebut dilakukan pada beberapa wilayah di Indonesia yang dilakukan pada berbagai macam outlet penjualan termasuk toko obat, apotek, penjualan obat di jalan ataupun penjualan online. Riset victory project dilakukan di empat wilayah di Indonesia yaitu Bandung, Jakarta, Surabaya, Malang, dan Medan dengan sampel obat yang di beli di berbagai tempat penjualan obat baik apotek umum, apotek Rumah Sakit, toko obat, penjual pinggir jalan (Jakarta&Surabaya) serta lewattiga situs penjulan obat online.

Dikutip dari www.ikatanapotekerindonesia.net bahwa dari hasil riset yang mengambil sebanyak 518 jumlah tablet dari 157 outlet menunjukkan bahwa tingkat pemalsuan obat mencapai 45 persen. Perlu menjadi perhatian dari hasil riset ini adalah persentase peredaran obat palsu ternyata juga bisa menembus masuk apotek. Dari 518 jumlah tablet yang diuji menunjukkan obat palsu tersebut yang dijual oleh penjual pinggir jalan 100 persen palsu, sedangkan tiga toko obat sebanyak 56 persen palsu, lewat situs internet 33 persen palsu, dan di Apotik dengan persentase terendah yaitu 13 persen. Dari hasil riset tersebut juga di ketahui bahwa di dalam obat palsu tertentuditemukan kandungan bahan aktif yang kurang atau ada yang berlipat atau melebihi kadar yang seharusnya. Sedangkan menurut wilayah penelitian, di wilayah Jabodetabek dan Jawa Timur ditemukan pemalsuan sampel obat tersebut sebanyak 50 persen. Sementara di Bandung dan Medan persentasenya mencapai 18 dan 20 persen.

Hasil riset lembaga tersebut menunjukkan bahwa perlu ditingkatkan kewaspadaan terhadap maraknya perdaran obat palsu oleh semua kalangan. Hal ini mejadi salah satu bentuk peringatan kepada berbagai pihak akan maraknya obat palsu agar semua alert dan masyarakat mengambil langkah dalam memerangi obat palsu. Apoteker memiliki tugas penting untuk mewaspadai setiap obat yang didistribusikan ke apoteknya. Masyarakat sebagai konsumen obat-obatan juga perlu lebih cermat dalam membeli ataupun mengkonsumsi jenis obat yang akan digunakan. Pemerintah juga dinilai perlu mengambil tindakan dan langkah yang lebih tegas untuk mengurangi maraknya peredaran bebas obat-obatan palsu dengan cara menindak tegas oknum yang terlibat dalamperedaran obat palsu tersebut.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun