Dengan memiliki struktur akar, batang, dan daun yang efisien, tanaman dapat menyerap nutrisi lebih baik dan menggunakan energi secara optimal untuk proses fotosintesis. Varietas yang membutuhkan lebih sedikit input nutrisi juga berkontribusi pada pengurangan limbah dan dampak lingkungan, karena mengurangi kebutuhan akan pupuk dan memberikan efisiensi yang lebih baik dalam penggunaan sumber daya. Oleh karena itu, pemilihan varietas tanaman yang tahan dan efisien tidak hanya mendukung kesehatan tanaman, tetapi juga berperan dalam menjaga keberlanjutan sistem pertanian hidroponik secara keseluruhan (Klepa et al., 2023).
Sistem loop tertutup, atau yang dikenal sebagai closed-loop systems, merujuk pada desain sistem yang disusun dengan tujuan utama untuk mengurangi limbah dan optimalisasi pemanfaatan sumber daya. Konsep ini menjadi relevan dalam berbagai konteks, termasuk dalam budidaya tanaman hidroponik. Dalam budidaya tanaman hidroponik, sistem tertutup melibatkan proses pengumpulan dan penggunaan kembali air yang mengalir keluar dari sistem tanaman. Pengumpulan dan penggunaan kembali air dalam sistem loop tertutup tidak hanya mengurangi pemborosan sumber daya, tetapi juga meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan. Dengan memaksimalkan pemanfaatan air dan mengurangi limbah, praktik ini mencerminkan pendekatan berkelanjutan dalam budidaya tanaman hiroponik (Zhang & Zhihua, 2020).
 Pentingnya penggunaan bahan ramah lingkungan dalam konstruksi sistem hidroponik tidak dapat diabaikan, karena langkah ini berkontribusi secara signifikan dalam mengurangi dampak lingkungan. Memilih bahan-bahan yang dapat didaur ulang atau memiliki jejak karbon rendah menjadi strategi yang efektif dalam menanggapi tantangan lingkungan global. Penerapan prinsip-prinsip keberlanjutan dalam memilih bahan konstruksi tidak hanya mencakup aspek daur ulang, tetapi juga melibatkan pertimbangan terhadap jejak karbon. Dengan mengutamakan bahan-bahan yang memiliki jejak karbon rendah, praktisi budidaya tanaman hidroponik dapat memberikan kontribusi positif terhadap upaya pengurangan emisi gas rumah kaca dan melindungi kualitas udara (Kamionka, 2023).
Pemilihan nutrisi organik dalam sistem hidroponik menjadi aspek krusial dalam upaya mengurangi limbah anorganik. Dengan menggantikan bahan kimia sintetis dengan nutrisi organik, para petani dapat mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Nutrisi organik umumnya berasal dari sumber-sumber alami, seperti kompos, ekstrak tanaman, atau sumber organik lainnya. Penggunaan nutrisi organik tidak hanya menguntungkan lingkungan, tetapi juga dapat memberikan manfaat langsung pada kesehatan tanaman. Komponen-komponen organik ini dapat memberikan nutrisi yang lebih seimbang dan menunjang pertumbuhan tanaman yang lebih optimal, serta meningkatkan kandungan nutrisi dalam hasil panen.Â
Dalam konteks pertanian hidroponik, transisi menuju nutrisi organik mencerminkan pendekatan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Praktik ini merupakan langkah proaktif untuk menjaga kualitas air dan tanah, mengurangi risiko kontaminasi, serta mendukung keberlanjutan ekosistem. Selain itu, pemilihan nutrisi organik juga dapat menjadi bagian dari upaya global untuk mempromosikan pertanian berkelanjutan yang meminimalkan jejak karbon dan mendorong penggunaan sumber daya alam secara bijak. Dengan demikian, adopsi nutrisi hidroponik organik bukan hanya investasi dalam produktivitas pertanian, tetapi juga merupakan kontribusi positif terhadap pelestarian lingkungan (Torres & Galo Somera, 2022).
Penerapan sistem daur ulang air dalam konteks pertanian hidroponik dapat menjadi strategi yang efektif dalam mengatasi tantangan ketersediaan air dan meminimalkan dampak lingkungan. Sistem ini memungkinkan para petani untuk mengoptimalkan penggunaan air, mengurangi kebutuhan air baru, dan secara signifikan mengurangi pembuangan limbah cair. Dengan merancang sistem daur ulang air yang efisien, air yang digunakan untuk memberi nutrisi tanaman dapat disirkulasikan kembali ke sistem tanpa membuangnya ke lingkungan. Langkah ini tidak hanya menghemat sumber daya air, tetapi juga membantu mengurangi tekanan terhadap sumber daya air yang semakin terbatas. Selain menerapkan sistem daur ulang air, penggunaan teknologi dan peralatan yang efisien dalam manajemen air juga menjadi faktor penting dalam mengurangi jejak lingkungan dari kegiatan pertanian hidroponik. Pemilihan peralatan yang hemat air dan menggunakan teknologi canggih untuk mengukur dan mengelola kebutuhan air tanaman secara akurat dapat meningkatkan efisiensi penggunaan air.Â
Teknologi ini mencakup sensor kelembaban tanah, sistem otomatisasi, dan monitoring yang dapat membantu petani mengoptimalkan pemakaian air sesuai dengan kebutuhan tanaman. Dengan demikian, implementasi siklus penggunaan air yang bijaksana bukan hanya mendukung keberlanjutan hidroponik, tetapi juga berperan dalam konservasi sumber daya air global (Henrique De Melo Ribeiro et al., 2020).
Pengelolaan limbah padat, terutama dalam hal penanganan substrat tanam, menjadi aspek krusial dalam praktik budidaya tanaman hidroponik. Strategi bijaksana dalam menangani limbah padat dapat mencakup pemilihan substrat yang dapat didaur ulang atau praktik daur ulang substrat bekas untuk keperluan lain. Dalam konteks ini, pilihan substrat yang dapat didaur ulang tidak hanya berkontribusi pada efisiensi dalam penggunaan sumber daya, tetapi juga membantu mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan dari kegiatan budidaya tanaman hidroponik.Â
Dengan mendaur ulang substrat bekas, praktisi budidaya tanaman hidroponik dapat mengurangi jejak ekologis dan memberikan kontribusi positif terhadap upaya daur ulang secara keseluruhan. Tindakan ini mencerminkan komitmen untuk menghadapi tantangan lingkungan sekaligus mengoptimalkan penggunaan sumber daya secara berkelanjutan. Oleh karena itu, pengelolaan limbah padat dalam budidaya tanaman hidroponik bukan hanya menjadi bagian integral dari praktek bertanggung jawab, tetapi juga menjadi cara praktis untuk meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan (Randhi, 2022).
 Penerapan prakti pertanian berkelanjutan dalam konteks hidroponik dapat menciptakan sistem yang lebih seimbang dan berdampak positif terhadap lingkungan. Salah satu praktik utama adalah rotasi tanaman, yang melibatkan pergantian jenis tanaman yang ditanam pada tempat yang sama secara berurutan. Hal ini membantu mencegah penumpukan patogen tanah tertentu dan menjaga keberagaman mikroorganisme tanah, mendukung keseimbangan ekosistem tanah dalam jangka panjang. Selain itu, penanaman komponen, yaitu menanam tanaman yang saling menguntungkan secara bersamaan, juga merupakan praktik berkelanjutan yang efektif. Penanaman tanaman yang saling mendukung, misalnya, tanaman yang memerlukan nutrisi yang berbeda atau yang dapat melindungi satu sama lain dari serangan hama, dapat membantu mengoptimalkan pertumbuhan tanaman secara alami, mengurangi kebutuhan akan pestisida dan pupuk. Penggunaan kompos sebagai sumber pupuk organik juga menjadi langkah positif dalam mencapai pertanian hidroponik yang berkelanjutan. Kompos terbentuk dari limbah organik yang didaur ulang, membantu meminimalkan limbah dan meningkatkan kesuburan tanah secara alami. Praktik-praktik ini bukan hanya mengurangi dampak negatif pertanian terhadap lingkungan, tetapi juga mendukung ketahanan sistem hidroponik terhadap gangguan dan penyakit. Dengan menerapkan praktik pertanian berkelanjutan, petani dapat memastikan bahwa produksi tanaman hidroponik tidak hanya memberikan hasil yang optimal, tetapi juga berlangsung secara berkelanjutan dan ramah lingkungan (Saikanth et al., 2023)Â
KESIMPULANÂ