Perdagangan luar negeri, khususnya sektor ekspor, merupakan salah satu mesin pertumbuhan ekonomi suatu negara. Tak heran jika negara kita pun menginginkan peningkatan terhadap nilai ekspornya melalui berbagai ikhtiar, salah satunya dengan mendirikan Indonesian Trade Promotion Center (ITPC).
Sejarah ITPC
Tahun berdiri: 2003
Dasar Hukum: Â Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan, nomor: 18/MPP/Kep/8/2003 Tentang Penjabaran Tugas dan Fungsi Pusat Promosi Perdagangan Indonesia di Luar Negeri
Tugas ITPC:
Mengembangkan pasar dan promosi perdagangan di luar negeri dalam rangka memajukan ekspor Indonesia, khususnya terhadap barang dan jasa non migas.
Media / Teknis ITPC:
- Melakukan pemasaran komoditi ekspor Indonesia di luar negeri
- Memberikan informasi pemasaran komoditi ekspor
- Mengupayakan terbentuknya kerjasama antara pengusaha Indonesia dengan pengusaha di negera perwakilan ITPC masing-masing
- Mendampingi pengusaha Indonesia dalam memasarkan barang dagangannya di negara-negara yang menjadi wilayah kerjanya
- Meningkatkan kegiatan promosi
- Mengusahakan kegiatan penerobosan pasar (inovatif)
Staf ITPC: orang Pemerintahan di bawah Kementerian Perdagangan (Mendag)
Aktifitas ITPC:
- Gathering
- Bazaar
- Pameran
- Rapat Kerja (Raker) internal
Dana / anggaran ITPC:
Berasal dari DJPEN. Contoh, pada tahun  2016 memperoleh alokasi budget sebesar Rp 421,1 milyar
Kawasan/ Negara sebaran ITPC :
Tahun 2016:
- Barcelona, Spanyol
- Los Angeles, AS
- Busan, Korea Selatan
- Lyon, Prancis
- Budapest, Hungaria
- Mexico City, Meksiko
- Chennai, India
- Milan, Italia
- Chicago, AS
- Osaka, Jepang
- Dubai, United Arab Emirates (UAE)
- Santiago, Chili
- Hamburg, Jerman
- Sao Paulo, Jerman
- Jeddah, arab Saudi
- Sydney, Australia
- Johannesburg, Afrika Selatan
- Vancouver, Kanada
- Lagos, Nigeria
(Sumber: Kemdag)
Partner sejenis ITPC:
- Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (DJPEN), Kementerian Perdagangan (Kemdag)
- Atase Perdagangan (di bawah DJPEN)
Kekurangan ITPC:
- Karena staf terdiri dari orang Pemerintahan, maka konsep insentif dan konsep reward tidak dikenal.
- Aktifitasnya masih dinilai besifat rutinitas dan belum bersifat terobosan
Ada catatan khusus dimana Presiden Jokowi pernah menyatarakan rasa tidak puas beliau terhadap kinerja ITPC ini.
Berikut kutipannya, di awal tahun 2016:
"Jangan raker, raker, raker (saja) tapi tidak memunculkan sesuatu yang baru, tidak memunculkan TINDAKAN baru, tidak memunculkan IDE-IDE baru. Kita butuh GAGASAN baru supaya bisa bersaing dengan negara-negara lain."
Di sini, bisa disimpulkan bahwa ketidakefektifan ITPC ditandai oleh:
- Nilai kinerja ekspor barang non migas yang tidak meningkat secara signifikan di negara-negara representatif ITPC
- Perbandingan posisi ekspor Indonesia yang masih berada di bawah negara-negara tetangga lainnya, khususnya ASEAN (masih kalah bersaing)
Solusi untuk ITPC :
- Revitalisasi kelembagaan
- Sistem 'reward'Â
Artinya, staff (perorangan) atau kantor perwakilan (institusional) diizinkan menerima fee setiap kali ia berhasil menjaring satu (klien) calon investor ataupun calon pembeli/ pengimpor (konsep ini diusulkan oleh Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia/ GAPMMI). - Swasta boleh ikut berkontribusi
- Sebagian biaya operasionalnya didorong untuk diupayakan sendiri (otonom) berdasarkan fee atau persentase, dengan tujuan agar lebih efisien dan termotivasi mencari klien (tidak 100% nirlaba)
- Perluasan pangsa pasar dengan menambah perwakilan di berbagai negara, terutama yang memiliki pangsa pasar jumbo, semisal China, Rusia, Pakistan, dan Bangladesh
- Pengembangan produk-produk untuk ekspor distandarkan secara internasional - atau lebih spesifik lagi, disesuaikan dengan permintaan importir - dengan bantuan informasi yang diperoleh dari ITPC
- Sistem 'punishment'. Â Â Â Konsep ini dapat diberlakukan dengan cara menutup dan merelokasi ITPC yang wanprestasi. Ini misalnya pernah terjadi pada ITPC Copenhagen (Denmark) yang direlokasi ke Hanoi (Vietnam). Juga, pada ITPC Lyon (Prancis ) yang direlokasi ke Istanbul (Turki).
Peran ITPC sebagai ujung tombak eksportir, masih dirasa kurang greget-nya?
Secara keseluruhan, menurut pihak Kamar Dagang dan Industri Indonesia/ KADIN, kinerja institusi ini memang cenderung akan dikatakan tak bagus, saat ITPC belum optimal dalam memfasilitasi pengusaha nasional untuk mengakses pasar-pasar tujuan ekspor.
  _____________________________________________________
(Diolah dari berbagai sumber)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H