Mohon tunggu...
Desy Rokhimatul Fitri
Desy Rokhimatul Fitri Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasisiwi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Anak Sulit Belajar Membaca? Apa Sih Penyebabnya?

4 Oktober 2020   23:10 Diperbarui: 4 Oktober 2020   23:21 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Adakah di antara kalian, kaum orang tua yang menyadari kesulitan anak saat belajar membaca? Atau si kecil memiliki daya ingat yang rendah? Lalu bagaimana cara mengatasinya?

Hampir semua orang tua pasti pernah mengalami kejadian itu, hal ini juga disebut sebagai problematika dalam pembelajaran loh. Apasih penyebabnya?  Sebelum saya jelaskan tentang penyebabnya, saya akan menjelaskan apa itu problematika pembelajaran.

Problematika pembelajaran adalah berbagai permasalahan yang mengganggu, menghambat, mempersulit, atau bahkan mengakibatkan kegagalan dalam mencapai tujuan pembelajaran. 

Terkadang para orang tua merasa marah dan gagal saat anak-anak mengalami problematika dalam belajar tanpa tahu apa penyebabnya. Bukan hanya orang tua, anak pun merasa kesulitan dalam belajarnya. Saat anak masih belajar membaca, anak-anak cenderung kesulitan menghafal huruf atau suku kata. Apalagi ketika dihadapkan dengan metode belajar yang membuat anak mudah stres, pasti sangat tertekan.

Penyebab yang biasanya terjadi adalah kebosanan yang melanda anak karena durasi belajar terlalu lama atau karena metode belajar yang itu-itu saja. Yang itu-itu aja gimana? Yah, hanya belajar membaca tulisan, huruf, atau angka dari buku polos tanpa hiasan warna atau gambar

Berapa sih durasi yang moms terapkan ketika mengajari si kecil? Apakah 30 menit atau 1 jam? Sebenarnya nih, durasi tersebut terlalu lama loh moms. Kok bisa? Jika diperhatikan anak lebih suka aktivitas fisik ketimbang hanya duduk diam sambil belajar membaca, sangat membosankan bagi si kecil. Durasi 5-10 menit saja sudah cukup, jangan sampai anak tidak mau belajar lagi karena bosan dengan waktu belajar, karena disayangkan sekali apabila buah hati tidak mau belajar karena durasi belajar yang terlalu lama. 

Metode belajar ternyata juga sangat mempengaruhi anak ketika belajar loh, moms. "Saya mengajari anak saya dengan huruf berwarna, tapi mengapa masih sulit?". Belajar membaca dengan huruf berwarna saja belum cukup, moms bisa memberikan si kecil dengan mainan yang membentuk huruf atau angka yang pastinya berwarna-warni, kemudian moms dan si kecil bisa bermain tebak tebakan. 

Dengan begitu, anak tidak merasa bahwa apa yang dilakukan tersebut adalah belajar. Metode ini juga menguntungkan, karena dapat melatih kedekatan antara orang tua dan anak.

Moms dan daddy juga bisa menerapkan metode membaca sambil bernyayi. Caranya dengan menyiapkan huruf dan angka lalu bernyayi sambil menunjuk huruf atau angka yang diucapkan. Kemudian bernyanyilah bersama si kecil. Anak juga akan merasa senang dan bahagia.

Menonton video sambil membaca. Pilihlah jenis video yang sesuai dengan umurnya dan juga pilihlah video yang juga menayangkan tulisan atau bisa juga dengan video lagu yang berlirik, karena tanpa disadari anak juga akan melihat atau mencoba membaca tulisan lirik tersebut. 

Kuncinya ada satu, yaitu jangan terlalu menekan, karena anak kecil lebih suka hal yang bersifat menyenangkan dan menghibur, dan masih banyak metode lainnya yang dapat diterapkan pada si kecil, misalnya belajar dengan buku cerita bergambar, buku belajar menulis, atau buku belajar membaca nama benda disertai gambar.

Tidak hanya metode belajar, karena daya ingat juga merupakan faktor penting dalam belajar si kecil. 

"Anak dengan daya konsentrasi yang baik maka daya ingatnya pun akan terasah baik sehingga mampu mengingat ketrampilan yang dipelajarinya dengan lebih baik," kata dokter yang berpraktik di RSAB Harapan Kita, Jakarta, ini.

Anak dengan daya konsentrasi yang rendah maka daya ingatnya pun akan kurang. Pada usia prasekolah seringkali anak yang tidak dapat berkonsentrasi dengan baik tidak dapat duduk tenang ketika di kelas, mendengarkan guru, atau menyelesaikan tugas yang diberikan. Akibatnya penyerapan informasi yang disampaikan tidak optimal. Apabila tidak diatasi tentunya akan mempengaruhi prestasi akademisnya kelak.

Dalam aktivitas sehari-hari, kemampuan konsentrasi dan daya ingat seorang anak diperlukan terutama agar anak mengingat data penting tentang dirinya dan pelajaran yang didapat di sekolah (warna, alfabet, angka). Data yang harus diingat anak di antaranya nama lengkap, usia, nama orangtua, dan alamat rumah. Anak juga harus dapat mengingat di mana lokasi kamar mandi, tempat sampah, ruang makan, tempat menyimpan mainannya, dan lain sebagainya.

Untuk anak usia prasekolah, konsentrasi dan daya ingat dapat dilatih melalui kegiatannya sehari-hari seperti membaca buku cerita atau permainan edukatif secara berulang, mengerjakan permainan puzzle, menjaga rutinitas, membuat lagu untuk hal-hal yang harus diingatnya, dan secara rutin berkomunikasi dengan anak untuk menanyakan tentang aktifitasnya.

Menurut Carolyn Hoyt dalam Developing Your Child's Memory, yang terpenting adalah pengulangan untuk menguatkan informasi yang didapat anak dari pengalaman pertamanya. Untuk melatih konsentrasi anak, Bunda dapat mencoba beberapa teknik di antaranya:

  • Ciptakan satu kegiatan atau permainan di tempat yang tenang sehingga anak tidak mudah teralihkan perhatiannya.
  • Atur kegiatan si Kecil dengan memakai "timer", yaitu aktivitas dilakukan bersama anak dalam kurun waktu tertentu. Misalnya, minta anak menyelesaikan tugas (mewarnai/menyusun puzzle) dalam kurun waktu tertentu. Apabila "timer" berbunyi, maka anak diperbolehkan melakukan aktivitas yang lain.

Apabila aktivitas untuk melatih konsentrasi dan daya ingat di atas dilakukan secara rutin sambil bermain dan tidak memaksa anak, maka anak akan menikmatinya sebagai bermain seperti biasanya. Namun, apabila orangtua melakukannya dengan membuat target anak harus dapat menguasai sesuatu dalam jangka waktu tertentu atau memaksa anak melakukan aktivitas yang tidak disukainya, maka anak akan merasa tertekan dan tidak dapat menikmati kebebasannya untuk bereksplorasi.

Sumber

1

2

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun