Selanjutnya, menurut Jean Baudrillard Simulacra tadi bisa menyebabkan hal- hal berikut:
1. Dapat Berakhirnya Kehidupan Sosial
Maksudnya adalah kehidupan sosial yang semakin dimakan oleh teknologi. Contohnya dapat kita lihat saat berkumpul dengan teman, sekaramg seringkali terjadi orang- orang lebih memilih bermain handphone masing- masing atau bermain game. Contoh lain dapat dilihat saat ibu- ibu lebih memilih nonton sinetron daripada mengobrol bersama dengan ibu- ibu lainnya. Jika hal-hal tersebut terjadi, maka dapat dipastikan bahwa kehidupan sosialnya telah berakhir.
2. Distingsi
Merupakan jarak sosial yang diakibatkan oleh pilihan sosial. Contonya pada saat ada sebuah konstruksi bahwa suatu kelompok yang menyukai musik dangdut masuk ke dalam low culture (budaya rendah), maka secara langsung orang- orang akan berimplikasi pada penilaian kelompok tersebut bahwa mereka yg meggemari dangdut adalah orang yang kampungan atau orang desa. Begitu juga sebaliknya, bagi mereka yang mengkonstruksi bahwa musik jazz sebagai high culture maka akan berimplikasi bahwa penggemar musik jazz merupakan orang berkelas. Pola pikir sseperti ini sudah bisa dikategorikan pada distingsi yaitu munculnya jarak sosial.
3. Sampah Visual
Merupakan kebiasaan akut para kapitalis yang gencar memasarkan produknya melalui spanduk atau banner di pigggiran jalan yang justti mendistorsi alam pikiran kita. Contohnya saat melihat iklan kamera digital di pinggir jalan, dan saat kita merasa tidak bisa membelinya, akan membuat kita merasa miskin dan justru akan merusak hari kita yang seharusnya indah, maka pikiran kita sudah terdistorsi. Bisa dikatakan sebagai perkosaan visual, artinya mau tidak mau kita dipaksa untuk melihatnya.
4. Drug Store
Drugstore atau toko obat merupakan istilah yang digunakan baudrillard guna menunjuk pada minimarket yang menjual berbagai barang kebutuhan sehari-hari yang pada umumnya buka 24 jam penuh. Arti dari filosofi toko obat ini, diikuti oleh minimarket-drugstore yang berupaya menghindari spesialisasi barang dagangan. Jadi meskipun dengan tempat yang terbatas, ia akan berupaya memanfaatkan setiap celah ruang yang ada sehingga beragam komoditas konsumsi dapat terpampang di dalamnya. Sebenarnya ini seringkali membantu kita, namun di sisi lain juga membuat kita menjadi lebih komsumtif, karena seringkali kita tidak membutuhkan barang tersebut, namun karena disediakan sehingga kita tertarik dan berujung  membelinya.
Nah, konsep pemikiran Jean Baudrillard ini benar-benar mirip dengan apa yang terjadi di dunia masa kini kan? Apakah kamu juga merasakannya?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI