Mohon tunggu...
deswita lintang
deswita lintang Mohon Tunggu... Mahasiswa - 21107030025/ Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

be kind, so world will give u good things.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Aksen Jaksel: "Literally Ini Keren Banget, Lo Harus Baca!" Gaya Bahasa yang Dinilai Tidak Nasionalisme atau Malah Keren?

5 Juni 2022   01:53 Diperbarui: 5 Juni 2022   01:58 820
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: Liputan6.com

Biasanya sekolah yang bertaraf Internasional akan sering menggunakan Bahasa Internasional juga dalam komunikasinya. Hal ini juga erat hubungannya dengan ketiga alasan di atas yang diprediksi sebagai penyebab mengapa Aksen Jaksel ini bisa muncul. Dari mulai kelas masyarakat berekonomi yang tinggi, sehingga mereka mampu membiayai anaknya untuk sekolah di taraf Internasional yang dinilai cukup tinggi biayanya, lalu faktor hierarki yang akan menunjukan kehormatan di dalamnya, sampai penduduk yang didominasi oleh usia produktif. Karena itu, Bahasa Inggris yang biasa digunakan kerap kali menjadi tercampur dengan bahasa Indonesia yang ada kemudan menghasilkan Bahasa Jaksel yang kita sering dengar sekarang ini. Kalau menurutmu, apakah alasan ini benar adanya?

5. Culture

Budaya yang turun temurun ini diduga ada di daerah Jakarta Selatan yang terbukti dengan Bapak Susilo Bambang Yudhono, Sandiaga Uno dan Anies Baswedan yang terhitung pernah menggunakan Bahasa Jaksel ini. Jadi, salah satu faktor yang dinilai menjadi penyebab munculnya aksen ini adalah karena faktor budaya atau culture yang memang sudah ada sejak lama dan bukan merupakan budaya baru.

Dari semua faktor yang dianggap menjadi penyebab munculnya aksen Jakarta Selatan yang campur- campur ini, di sini juga Bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu bangsa yang sudah dijunjung tinggi dalam Sumpah Pemuda tahun 1928 ini mendapatkan tantangan karenanya. Nyatanya pemakaian bahasa campur- campur seperti ini tidak selalu bisa dimasukkan ke dalam kategori yang buruk. Karena bisa saja dinilai sebagai cerminan penyerapan yang luas. Di sini juga lah kemampuan guru khususnya Guru Bahasa Indonesia mendapat tantangan untuk bagaimana menciptakan Bahasa Indonesia sebagai pelajaran yang menarik, dan bagaimana menanamkan tingkat rasa nasionalisme oleh guru- guru lainnya. Apapun bahasa yang digunakan, kita sebagai Rakyat Indonesia sudah sepatutnya tetap cinta dan tidak melupakan Bangsa Indonesia kita tercinta, ya!

Tetap semangat dan semoga bermanfaat.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun