Kuusap air mata yang membelah kedua pipi
Air mata yang menetes saat dada merasa sesak
Sesak menahan gemuruh perasaan, begitu pikiran membuka kembali kisah lalu
Ketika raga terdiam menikmati kesendirian
Sederet cerita yang telah berlalu hadir mengeruhkan kalbu.
Aku menangis,
Mempertanyakan mengapa ada kejauhan ini
Seolah jarak menghalangiku untuk menggapaimu, orang-orang yang kurindu
Padahal jika kumau, saat ini juga aku bisa menemuimu!
Kuusap air mata yang membelah kedua pipi
Ahhh... Tegarlah batinku!Â
Jangan menangis,
Bukankah isakmu hanya menyisakan luka
Kau hanya bisa mengingat-ingat apa yang tidak bisa kau jalani lagi
Kau hanya bisa tergeletak, tak berdaya mengulang kenangan!
Bangkitlah,
Simpan rindumu yang menggebu.
Tutup rapat dengan perjuangan, nyatakan dalam doa
Ketika waktu mengumandangkan harimu
Kau akan pulang dan melihat mata kekasihmu,
Kau akan membawa buah,
Kau akan melepaskan rindu yang berarti
Rindu yang bukan sekedar perasaan yang terus kau bebaskan dengan kata dan air mata!
Citayam Depok, 27 Desember 2016
Deswita Ade Risky Panjaitan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H